Mohon tunggu...
Dina Amalia
Dina Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Bouquiniste

Biasa disapa Kaka D! | Hidup pada dunia puisi dan literasi | Etymology Explorers | Mengulik lebih dalam dunia perbukuan dan kesehatan | Contact: dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Joko Pinurbo: Sudah Rampung Menunaikan Ibadah Puisi

29 April 2024   18:11 Diperbarui: 2 Mei 2024   19:26 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

JokPin, sapaan hangat Joko Pinurbo, salah satu penyair terbaik yang Indonesia miliki. Bagi sebagian orang mungkin belum mengenalnya, tetapi bagi penggemar dan pegiat sastra, beliau hangat dikenal bersama dengan karya-karya puisi yang sangat luar biasa, juga seperti cermin bagi dirinya, yakni sangat sederhana.

Mengulas kebelakang, kali pertama mengenal beliau bukanlah langsung dari karya-karya puisinya, melainkan dari buku favorit saya yang selalu ada di meja kerja, yakni buku puisi 'Pelajaran Berlari' karya Mas Didik Siswantono. 

Pada halaman yang berjudul 'Bus Nguing-Nguing', JokPin abadi di dalamnya. Puisi pada halaman tersebut sangatlah sederhana namun sangat penuh makna, tetapi pada saat saya membaca pertama kali juga bertanya-tanya, siapa itu JokPin? begitu rapih tulisan ini dituju untuknya.

Sumber Foto: Dokumen Pribadi -- Dina Amalia
Sumber Foto: Dokumen Pribadi -- Dina Amalia

Terlepas dari karya 'Bus Nguing-Nguing', saya juga terngiang atas nama yang tertera pada cover buku Mas Didik, yakni bertuliskan 'Pengantar: Joko Pinurbo'. Ketika membaca sebatas judul, saya cuek saja dan berpikir 'hanya nama', tetapi buku yang tinggal di meja kerja ini malah semakin membuat saya terus bertanya-tanya, 'siapa itu Joko Pinurbo?'. 

Kemudian, saya baca pengantar buku Mas Didik yang ditulis oleh JokPin pada 8 Febuari 2015, sangat detail dan genap sekali memberikan warna pada buku puisi ini, kata-katanya sangat sederhana namun mampu memberikan makna yang mendalam untuk beberapa puisi pilihan yang diulas pada buku ini. Tetap saja, begitu selesai mengulik pengantar, tidak tertera informasi yang saya cari, 'siapa itu Joko Pinurbo?'.

Dari buku puisi 'Pelajaran Berlari' yang diantarkan oleh JokPin tersebutlah, baru saya mencari tahu siapa beliau, dan apa saja karya-karyanya yang bisa saya nikmati. Bertemulah saya kemudian, dengan karya JokPin yang ketika pertama kali membacanya, saya agak kebingungan atas judulnya, yakni 'Selamat Menunaikan Ibadah Puisi'. 

Judul unik yang terus mengiang dikepala, berisi 190 puisi sederhana, bercampur dengan celotehan khasnya yang jenaka, kalau membacanya suka membuat kita ketawa-ketiwi sendiri. 

JokPin, melalui karya buku puisi yang membius ini, sangat bercengkerama sekali dengan barang-barang kesehariannya dan juga organ tubuh, seperti celana, ranjang, kulkas, toilet, dada, payudara, wajah, dan masih banyak yang lainnya, ia berhasil membawa sekelilingnya ke dalam alunan puisi hingga kaya makna.

Karya-karya JokPin, berhasil mengubah sudut pandang saya terhadap puisi. Ketika semasa sekolah dasar hingga menengah, saya sering membaca beberapa karya puisi dan bertemunya selalu dengan puisi yang baku, sampai berpikir bahwa puisi itu kebanyakan mengandung kata-kata yang hiperbola atau baku sekali. Hingga akhirnya saya bertemu dengan karya-karya Jokpin, dimana puisi-puisi yang dibuatnya sangat sederhana dan apa adanya, pilihan kata-katanya tidak berat malah sangat bersahabat sekali dengan bahasa sehari-hari.

Warisan dari JokPin

Karya-karya JokPin menjadi salah satu warisan terbaik yang diberikan untuk dunia sastra Indonesia. Warisannya lengkap sekali, seperti pandangannya yang segar atas kehidupan sosial, identitas politik, dunia digital, kekuasaan, hingga sudut pandang perempuan. Semua tercakup dalam karya Celana, Baju Bulan, Kekasihku, Buku Latihan Tidur, Perjamuan Khong Guan, dan beberapa karyanya yang lain.

Karya salah satu penyair terbaik ini, sangat unik-unik, tidak sebatas membawa judul yang menarik saja, melainkan isinya masing-masing punya makna yang mendalam. Salah satunya seperti Kolom Agama dan Sebuah Cerita untuk Gus Dur, judul yang unik ini berisikan tentang agama seseorang yang terkadang selalu menjadi pertanyaan "Apa agamamu?". 

Pertanyaan tersebut juga menjadi cermin dizaman sekarang, dimana kerap kali agama seseorang yang mungkin kita baru kenal atau sering kita lihat menjadi pertanyaan tersendiri. Dalam karyanya ini, JokPin mengungkapkan dan membawakannya dengan sangat halus juga santun, yakni menggunakan perumpamaan hidangan disekelilingnya seperti kopi dan kue yang diakhiri dengan kalimat "Tuhan saja tidak pernah bertanya apa agamaku."

Penyair Terbaik itu Kini Telah Berpulang

Sudah beberapa bulan ini, setiap hari, sedang giat-giatnya membaca karya-karya beliau, selain menjadi koleksi, juga tak pernah absen untuk membacanya meski sudah berulang kali.

Tepat 27 April 2024, di sore hari ketika sedang asik baca-baca berita harian menggunakan handphone Ibu, begitu kagetnya ketika membaca headline yang muncul dari Kompas.id bahwa JokPin telah berpulang.

Bagi saya, beliau penyair terbaik yang sudah memberikan warna dihati para pembaca. Karya-karyanya sangat manis, kerap kali mewakilkan kondisi lingkungan dan diri si pembaca. Selamat jalan, Bung. Selamat sudah rampung menunaikan ibadah puisi. Karya-karya Bung, akan tetap hangat terkenang.

Penulis: Dina Amalia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun