Mohon tunggu...
Dina Amalia
Dina Amalia Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Hidup pada dunia puisi dan literasi yang berkiprah pada penulisan buku serta media. | Contact: dno.dwriter@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Membaca Sejarah dari Majalah Lawas

1 April 2024   10:57 Diperbarui: 2 April 2024   01:00 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah Gadis Edisi Bonus Ekslusif -- World of Our Westlife 2001 | Lembar Potret Kegiatan Fans Gathering).

Majalah lawas bagi sebagian orang mungkin menjadi barang yang sudah tidak layak atau tidak penting lagi, karena hanya lembaran-lembaran kertas yang sudah usang, apalagi di masa saat ini yang bisa mencari dan membaca apapun melalui perangkat digital. Tak sedikit juga yang memilih untuk membuang tumpukan-tumpukan majalah begitu saja.

Padahal, majalah lawas itu bagaikan bendungan fakta dan informasi di masa lampau. Rekam jejak masa lampau yang bertebaran di pelosok nusantara termuat di dalam lembaran-lembaran majalah lawas. Ketika kita membacanya, seperti terlempar kembali ke masa-masa tersebut.

Perjuangan -- Pascaperang

Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah National Geographic Edisi Lubang Biru Bahama | Lembar Potret Susuhunan Surakarta menumpangi kereta)
Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah National Geographic Edisi Lubang Biru Bahama | Lembar Potret Susuhunan Surakarta menumpangi kereta)

Seperti majalah National Geographic Edisi Lubang Biru Bahama, yang isinya memuat beberapa sejarah dunia, diantaranya yakni tulisan yang berjudul "Lawatan Pascaperang Keliling Jawa" dari arsip Mei 1948. 

Tulisan tersebut memuat bagaimana wajah-wajah Indonesia pada awal kemerdekaan, dimulai dari wajah Batavia setelah 5 tahun lamanya Jepang menawan pulau Jawa dengan sisipan potret Susuhunan Surakarta yang sedang menumpangi kereta kencana atau kereta sultan Jawa dengan dikelilingi oleh beberapa abdi kerajaan.

Masih dari arsip yang sama tahun 1948, tulisan tersebut memuat tentang "Kulit Putih dan Pribumi", yakni perbandingan nasib keduanya yang sangat berlawanan pada masa lampau di Batavia, dimana kaum pribumi memiliki tubuh yang kurus kering, berbeda dengan kulit putih yang tubuhnya berisi karena mengonsumsi makan-makanan dengan sangat cukup. 

Kemudian, juga dibagikan potret dua bocah perempuan sedang tidur nyenyak tanpa mengenakan pakaian, tulisan tersebut memaparkan bahwa kondisi saat itu sangat kekurangan kain hingga pakaian akibat dari perang.

Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah National Geographic Edisi Lubang Biru Bahama | Potret Warga yang Pulang Belanja Naik Bus / Delman).
Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah National Geographic Edisi Lubang Biru Bahama | Potret Warga yang Pulang Belanja Naik Bus / Delman).
Tulisan tersebut juga memuat bagaimana susahnya untuk bisa bepergian di Batavia pada masa pascaperang, kendaraan umum seperti taksi sangatlah langka dan bensin pun dijatah sangat ketat sekali. Alternatif yang bisa digunakan pada masa-masa itu hanya numpang mobil lewat, berjalan kaki, atau naik delman.

Jelajah Kota

Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah Tempo Edisi Khusus 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika -- Bandung 1955 | Lembar Jelajah Kota Kembang).
Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah Tempo Edisi Khusus 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika -- Bandung 1955 | Lembar Jelajah Kota Kembang).

Selain perjuangan ataupun berita harian, majalah juga terdapat sisi lainnya seperti Jelajah kota, salah satunya pada majalah "Tempo Edisi Khusus 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika -- Bandung 1955" memuat tentang keindahan alam Kota Kembang, yang menjadi salah satu tempat wisata paling Indah dengan khas gunung berkabut tipis, yakni Tangkuban Perahu.

Majalah ini juga memperkenalkan Bukit Moko yang bisa dinikmati dengan pemandangannya yang begitu asri dan sejuk.

Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah Tempo Edisi Khusus 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika -- Bandung 1955 | Lembar Jelajah Kota Bandung).
Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah Tempo Edisi Khusus 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika -- Bandung 1955 | Lembar Jelajah Kota Bandung).

Masih di Edisi KAA, memuat tentang Belajar Meneropong Dunia dari sudut Jawa Barat. Pada halaman khusus ini, diperkenalkan Observatorium Bosscha yang menjadi tempat tertua peneropongan bintang.

Melalui tulisan tersebut sekaligus menginformasikan, bahwa di tempat ini kita bisa melihat seperti apa keindahan bulan, bintang, hingga benda di angkasa melalui teropong. Lengkap dengan alamat dan pengetahuan beberapa kota lainnya, dijabarkan pada majalah ini.

Seni -- Film dan Teater

Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah Tempo Edisi Khusus 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika -- Bandung 1955 | Lembar Seni Film).
Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah Tempo Edisi Khusus 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika -- Bandung 1955 | Lembar Seni Film).
"Gedung Produksi Film Negara" tulisan tentang seni khususnya film yang termuat pada majalah Tempo Edisi 60 Tahun KAA. Di lembaran mengenai film ini, termuat potret pameran seni rupa lab laba-laba dan juga peralatan-peralatan produksi film pada masa lampau. 

Tulisan yang juga termuat pada lembaran ini mengungkap bahwasannya ada sekitar 853 - 1.000 film tersimpan rapih, salah satunya seperti Si Unyil, hingga film-film lainnya.

Selain itu, juga diuraikan bahwa pameran yang ditampilkan ini memakai pita seluloid film yang sudah terlantar. "Seluloid ini adalah sejarah. Catatan masa lalu kita." ungkap Edwin, sutradara dari film Postcard from the Zoo.

Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah Tempo Edisi Khusus 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika -- Bandung 1955 | Lembar Seni Teater).
Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah Tempo Edisi Khusus 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika -- Bandung 1955 | Lembar Seni Teater).

Selain film, majalah ini juga memuat tentang seni teater, yakni Sirkus Wayang. Sebuah pertunjukan yang memadukan antara teater, wayang golek, wayang kulit, hingga orkes madun. 

Dalam tulisan di lembar khusus ini, dipaparkan beberapa gabungan konsep yang digunakan dalam pertunjukan teater, seperti musik yang digabungkan antara lagu-lagu rakyat dengan lagu-lagu pop, lalu juga dimainkan dengan musik gamelan.

Selain itu, nuansa pertunjukannya pun seperti turut hadir di dalam tulisan majalah ini, karena tercakup lengkap dari mulai beberapa dialog teaternya, alurnya, hingga wawancara si dalang.

Seni - Musik

Kalau zaman sekarang para penggemar musik bisa mendapatkan informasi konser ataupun fans gathering dengan sangat mudah melalui media sosial, beda halnya dengan para penggemar di era 2001-an yang mendapatkan informasi melalui majalah.

Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah Gadis Edisi Bonus Ekslusif -- World of Our Westlife 2001).
Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah Gadis Edisi Bonus Ekslusif -- World of Our Westlife 2001).

Seperti yang termuat pada bonus majalah Gadis 2001 "Ekslusif -- World of Our Westlife", dimana majalah tersebut berisi informasi tentang fans gathering yang diadakan oleh beberapa fans club dari grup musik Westlife di Jakarta. 

Uniknya, jika ingin ikut kumpul diacara fans gathering, proses daftar pada masa itu memakai surat, mengingat zaman dulu masih belum kenal dengan handphone dan masih sangat asri sekali berkomunikasi menggunakan surat.

Selain itu, untuk waktu, tempat, hingga rundown acara fans gathering juga dijabarkan detail pada lembar khusus majalah.

Majalah musik ini juga lengkap sekali dengan perkenalan anggota grup musiknya, apa saja albumnya, bagaimana kehidupan harian anggotanya, hingga lirik lagunya pun tertera, dan ada juga review atau ulasan dari para penggemar untuk grup musik favorit mereka.

Jadi, majalah musik pada era 2001-an ini sebagai media untuk mendapatkan kabar terbaru dari grup musik populer.

Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah Gadis Edisi Bonus Ekslusif -- World of Our Westlife 2001 | Lembar Potret Kegiatan Fans Gathering).
Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah Gadis Edisi Bonus Ekslusif -- World of Our Westlife 2001 | Lembar Potret Kegiatan Fans Gathering).

Tak ketinggalan, majalah musik lawas ini juga turut menyertakan potret-potret suasana fans gathering Westlife di Jakarta, seperti keseruan MC dan penggemar yang sedang tanya jawab, terlihat merchandise, keseruan bermain games, hingga potret penggemar yang turut bernyanyi di atas panggung.

Iklan

Ketika mendengar kata iklan tentu sudah tidak asing lagi, dimana-mana penuh dengan iklan, entah di baliho, televisi, internet, brosur, radio, billboard, dan tempat lainnya, baik iklan jasa ataupun iklan produk.

Tetapi, rasanya beda sekali ketika melihat kembali iklan-iklan yang termuat dalam majalah lawas, dimana iklan tampil dengan ciri khasnya, seperti pada lembaran monokrom, hingga penawaran yang menarik dan detail. Iklan dalam majalah biasanya tidak hanya ada pada satu halaman saja, melainkan tersedia dibeberapa halaman.

Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah Tempo No.10 Tahun 1993 | Lembar Potret Iklan Optik Express).
Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah Tempo No.10 Tahun 1993 | Lembar Potret Iklan Optik Express).

Seperti contoh iklan Optik Express yang termuat pada majalah Tempo No.10 Tahun 1993. Iklan dalam lembaran ini sangat khas monokrom, lengkap dengan tawaran diskon, menarik perhatian dengan waktu pembuatan yang cepat, hingga menyertakan beberapa alamat yang sudah tersebar dibeberapa daerah.

Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah Forun Keadilan No.19 Tahun 1995 | Lembar Potret Iklan Bank BCA).
Sumber Foto: Dokpri. Dina Amalia (Majalah Forun Keadilan No.19 Tahun 1995 | Lembar Potret Iklan Bank BCA).

Kemudian, iklan BCA yang termuat pada majalah Forun Keadilan No.19 Tahun 1995. Iklan yang terlihat legendaris sekali dengan tawaran hadiah mobil Mercedes Benz hingga elektronik lainnya seperti movie camera palm, hingga disc karaoke. Iklan bank pada masa-masa ini juga lengkap dengan informasi transaksi.

Iklan-iklan yang tampil dalam majalah lawas tentu menjadi bagian dari sejarah. Ketika bisa melihat kembali iklan-iklan di majalah lawas rasanya tidak terganggu, justru senang bisa melihatnya kembali, bisa bernostalgia menikmatinya lagi, terlebih kebanyakan produk/jasa yang dulu ditawarkan mungkin sudah tidak ditemukan lagi di masa kini.

Itulah sejarah-sejarah singkat yang mewarnai isi majalah lawas, masih ada hingga kini, masih bisa dibaca dan dinikmati suasananya. Dengan membaca majalah-majalah lawas, tentu sebagai salah satu bentuk untuk menghargai warisan budaya yang ratusan sejarahnya dituang melalui karya tulisan hingga foto.

Penulis: Dina Amalia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun