Agaknya sebagian besar orang sudah ngga asing lagi dengan kata 'Rajin' dan 'Ambisius', apalagi bagi teman-teman yang masih duduk dibangku perkuliahan.
2 kata tersebut acap kali dipandang sama ketika dilihat dalam sikap seseorang, bahkan sering kali dikonotasikan menjadi negatif, padahal 2 kata tersebut memiliki arti yang hakikatnya berbeda.
Sesuai judul, "'Rajin' dan 'Ambisius': Dua Hal Berbeda yang Dipandang Sama", artikel ini akan mengulik lebih jauh 2 kata tersebut, seperti apa praktiknya, dan dibarengi dengan kasus-kasus yang sering kali mengkonotasikannya ke arah negatif, terutama di dunia perkuliahan.
Dalam Penafsiran Umum
'Rajin' dan 'Ambisius', yakni sama-sama kata sifat. Kata 'Rajin' dalam KBBI, memiliki arti suka bekerja (seperti belajar), selalu berusaha dengan giat, dan juga selalu bersungguh-sunguh dalam bekerja. Selaras dengan KBBI, hal yang sama juga ditafsirkan WikiDiff, bahwa 'Rajin' yakni memiliki arti gigih dan bekerja keras. Turunan dari kata 'Rajin' yakni 'Ketekunan'.
Sedangkan, kata 'Ambisius' dalam KBBI, berarti memiliki keinginan keras untuk menggapai sesuatu (seperti cita-cita, harapan) dan penuh dengan ambisi, kalimat yang dicontohkan yakni seperti 'dia sangat berambisi untuk menaiki posisi/jabatan'. Selaras juga dengan KBBI, hal yang sama juga ditafsirkan WikiDiff, bahwa 'Ambisius' yakni menyolok, dikendalikan ambisi, dan sangat menginginkan suatu jabatan, kekuasaan hingga kehormatan.
Dari penjabaran 2 kata tersebut sangat jelas terlihat bahwasannya berbeda makna.
Secara Praktik
Dalam kehidupan sehari-hari, 'Rajin' dan 'Ambisius' juga sangat berbeda ketika dipraktikkan, namun kebanyakan orang menganggap bahwa hal tersebut sama.
Hal yang melatarbelakangi sebuah sikap 'Rajin' biasanya dari kebiasaan yang memang sering dilakukan, seperti terbiasa hidup disiplin, terbiasa manajemen waktu, cenderung aktif, dan melakukan berbagai hal tanpa menunggu diperintah.
Disiplin
Disiplin bisa menjadi salah satu hal yang melatarbelakangi sikap 'Rajin' seseorang, dimana dirinya memiliki rasa bertanggung jawab terhadap hal-hal yang dilakukannya. Contoh kecil seperti ada project dari dosen, maka ia mengerjakannya bahkan tepat waktu dalam mengumpulkannya.
Manajemen Waktu
Sikap 'Rajin' juga bisa dilatarbelakangi dari Manajemen Waktu ataupun Journaling, yakni salah satu agenda kegiatan yang terbiasa ditata, hingga membuat journaling seperti menata dalam tulisan apa saja yang kita butuhkan, menulis semua jadwal kegiatan yang akan kita lakukan, merencanakan apa saja yang akan kita kerjakan dalam beberapa waktu kedepan, dan sebagainya.
Ketika seseorang terbiasa dengan memanajemen waktu yang baik, biasanya akan terlihat dari sikapnya yang melakukan berbagai hal sangat tertata rapih dan jarang merasa kebingungan akan melakukan hal apa selanjutnya. Istilah jaman sekarangnya yaitu 'gabut', bagi orang yang terbiasa memanajemen waktu biasanya tidak mengenal lagi kata gabut, karena sangatlah produktif untuk segala kegiatan atau aktivitas yang akan dilakukannya, sekalipun hal tersebut mungkin hanya bersantai dengan menonton film, membaca buku, dan sebagainya.
Cenderung Aktif
Cenderung aktif yang dimaksud dalam hal ini bukan sebuah hal yang mencerminkan seseorang tidak fokus, melainkan sikap dimana seseorang itu tidak bisa diam, seperti selalu inginnya gerak, inginnya mengeksplor banyak hal, hingga menjadi produktif. Contohnya, seseorang yang aktif mengikuti kegiatan organisasi, dimana didalamnya banyak sekali aktivitas rutin dan berbagai acara yang dilaksanakan.
Melakukan Berbagai Hal Tanpa Menunggu Diperintah
Sikap 'Melakukan Berbagai Hal Tanpa Menunggu Diperintah' biasanya akan lebih memperlihatkan bahwa diri seseorang tersebut rajin, karna kebanyakan orang dalam melakukan hal apapun biasa menunggu perintah baru menjalankannya, bahkan jika sudah ada perintah pun masih banyak yang suka berleha-leha atau menunda-nunda.
Jika ditarik benang merahnya, sikap 'Rajin' sendiri yakni memang benar-benar pribadi yang optimis dan memiliki rencana-rencana yang matang dimulai dari hal-hal kecil yang akan dilakukannya, namun tetap menyesuaikan antara kemampuan dengan impiannya.
Sedangkan, 'Ambisius' dilatarbelakangi oleh sebuah pencapaian, dimana seseorang menggebu-gebu untuk menggapainya. Dalam menggapai hal yang diinginkan tersebut, beragam cara akan dilakukan, supaya bisa tergapai keingingannya.
Sifat ini bisa dinilai ke arah positif ataupun negatif, tergantung bagaimana seseorang yang ambisius ini bersikap, apakah menyikapinya dengan cara yang baik atau sebaliknya.
Sebagai contoh positif, jika seseorang ingin menggapai cita-citanya memasuki Universitas yang diinginkan, maka dia akan fokus belajar dan terus memotivasi dirinya sendiri. Dalam hal seperti ini, ia mampu mengendalikan dirinya sendiri dan tidak mudah terpengaruh hal-hal yang mengganggu disekitarnya. Sikap ambisius ini sendiri biasanya memang dilatarbelakangi oleh the real pengetahuan-pengetahuan yang dimilikinya dan juga mempunyai rasa confidence yang tinggi.
Sedangkan, dalam hal negatif, jika seseorang yang berambisi untuk menggapai hal yang diinginkannya namun ternyata bisa merugikan orang lain, yakni dimana ia terlalu fokus terhadap hal yang diinginkannya dan membuat sebuah target, sampai-sampai hal yang dilakukannya menimbulkan rasa gelisah atau khawatir. Hal tersebut akan terasa berlebihan hingga membuat dirinya kekurangan rasa empati terhadap lingkungan sekitarnya.
Melasir dari Ruang Kreasi, bahwa 'Ambisius' cenderung untuk memaksakan kehendak, hingga tidak suka atas pencapaian orang lain. Kata lainnya, ambisius itu takut tersaingi, tidak suka jika ada orang lain atau kerabat terdekatnya jauh lebih unggul dibandingkan dengan dirinya. Jadi berbagai cara akan dilakukan supaya bisa menyaingi dan terlihat lebih unggul.
Sebagai contoh negatif, ketika mengampu pendidikan kuliah dan melaksanakan tugas akhir skripsi, seluruh mahasiswa tentunya akan sama-sama mengerjakan, namun ditemukan mahasiswa yang juga sedang skripsi dan biasa dikenal sebagai anak yang pintar. Sayangnya, disela perjalanan skripsi timbul rasa cemas dan ketakutan yang luar biasa terhadap dosen penguji hingga ketakutan jika harus mengulang judul yang sudah diajukan, sehingga rasa 'akan melakukan apapun, yang penting tercapai' dilakukannya, dan terjadilah proses 'mendekati dosen' dan melakukan apa saja 'yang penting aman'. Hal tersebut tentu sangat merugikan mahasiswa yang lain, yang benar-benar belajar dan mengerjakan karyanya sendiri. Baik dalam proses berjalannya sidang hingga nilai akhir pun tentu saja akan berbeda antara mahasiswa yang mendekati atau 'melobi', dengan mahasiswa yang benar-benar berjuang untuk karyanya sendiri.
Berbeda, Namun Kerap Kali Dipandang SamaÂ
Dari penjabaran diatas yang dibarengi dengan penjelasan beberapa sumber, 'Rajin' dan 'Ambisius' sangatlah berbeda. Namun, sebagian besar orang memandangnya sama. Bagi teman-teman yang masih kuliah ataupun yang sudah lulus kuliah pun pasti agaknya tidak asing dengan 2 hal ini.
Ternyata banyak sekali teman-teman mahasiswa yang merasa risih juga terhadap panggilan 'anak ambis'. Panggilan tersebut sering kali dilontarkan, tapi juga sering kali salah kaprah karna tidak tahu betul apa arti yang sesungguhnya.
Terkait 2 hal ini, tentu setiap orang memiliki pandangan yang beragam, dan banyak juga yang mengungkapkan melalui media sosial ataupun web blog. Salah satunya akun College Menfess yang memperlihatkan poster gambar berisikan perbedaan antara optimis dengan ambisius di media X, dan dibarengi dengan komentar "Jadi gini ya guys bedanya. Jangan rajin dikit dibilang ambis :( aku bukan orang yg pernah disebut ambis, tapi sedih aja kalo ada temen lain yang emang rajin dikit-dikit dibilang ambis". Dan masih banyak lagi teman-teman yang mengungkapkannya.
2 hal ini memang sering kali ditemukan / didengar di dunia pendidikan, salah satunya masa-masa perkuliahan. Ngga asing di dengar ketika ada mahasiswa yang begitu fokus setiap kali belajar, selalu tepat waktu mengumpulkan ketika ada project atau tugas dari dosen, aktif menjawab pertanyaan dosen atau berdiskusi disaat pembelajaran berlangsung, dan sebagainya, namun hal tersebut malah menjadikannya disebut sebagai 'anak ambis', bahkan acap kali dikonotasikannya ke arah negatif, hingga menjadi stigma buruk.
Apalagi masa-masa dimana mahasiswa menyelesaikan tugas akhir skripsi. Penyelesaian skripsi sendiri bukan menjadi ajang lomba, siapa yang selesai duluan dialah yang paling pintar, tentu bukanlah seperti itu. Melainkan memang sebuah kewajiban mahasiswa untuk menyelesaikan tugas akhirnya untuk memperoleh sebuah gelar. Biasanya pun setiap Universitas memiliki timeline atau penjadwalan dari mulai proses mengerjakan, bimbingan, sidang, hingga wisuda, yang semua itu biasanya dilakukan serentak atau berbarengan. Jadi, tidak ada istilahnya berlomba-lomba.
Namun, sayangnya masa-masa akhir perkuliahan ini banyak sekali kebisingan yang mengganggu. Seperti ketika ada mahasiswa yang memang sering melakukan bimbingan, mau menggali informasi terkait topik skripsi kepada dosen, sungguh-sungguh dalam mengerjakannya, melakukan riset ke berbagai sumber, membantu teman-teman yang kebingungan dalam mengerjakan, bahkan terkadang bisa lebih dulu selesai dalam melakukan penelitiannya, dan memang the real memiliki kedisiplinan diri yang begitu luar biasa tanpa melakukan kecurangan dalam menyelesaikannya. Tetapi, perjuangan yang sungguh-sungguh itu terkadang malah dipandang sebagai 'anak ambis' yang mengarah kepada stigma buruk, seperti sering kali dilontarkan kata-kata 'anak ambis ih' 'terlalu kerajinan ah' hingga dinilai 'terlalu menggebu-gebu'.
Padahal itulah yang seharusnya memang dilakukan sebagai mahasiswa akhir yang sedang menyelesaikan tugas akhirnya, tapi hal baik seperti itu ternyata masih mengundang pikiran orang lain untuk berkomentar buruk yang bahkan menjadi perbincangan di lingkungan Kampus.
Seperti pada penjelasan yang telah dibahas, bahwa sikap 'Rajin' sendiri yakni memang benar-benar pribadi yang optimis dan memiliki rencana-rencana matang dimulai dari hal-hal kecil yang akan dilakukannya. Sedangkan, 'Ambisius' dilatarbelakangi oleh sebuah pencapaian, terkadang cenderung untuk memaksakan kehendak, dikendalikan ambisi, hingga tidak suka atas pencapaian orang lain. Namun, 'Ambisius' sendiri bisa dinilai ke arah positif ataupun negatif, tergantung bagaimana seseorang yang ambisius ini bersikap, apakah menyikapinya dengan cara yang baik ataupun sebaliknya.
Jika dilihat dari contoh sikap mahasiswa diatas, adalah bukan sikap ambisius, melainkan rajin. Mengapa? Karena ia memiliki kedisiplinan diri yang begitu luar biasa tanpa melakukan kecurangan dalam menyelesaikan tugas akhirnya, walaupun terlihat lebih unggul karena proses yang ia jalani dibarengi dengan ketekunannya, ia tetap membantu teman-temannya yang merasa kebingungan dalam mengerjakan tugas akhir. Tidak ada rasa memaksakan kehendak, karena the real dari kedispilinan dirinya dan berproses untuk menyelesaikan karyanya / tugas akhirnya.
Jika, seseorang 'the real rajin' atau bahkan memang 'ambisius', sekiranya ia memanfaatkannya ke arah yang positif, tidak jadi masalah, yang terpenting tidak merugikan atau tidak menjatuhkan orang lain dalam menggapainya.
Seperti yang sering kali orang tua hingga guru kita ajarkan, bahwa 'Sekiranya kita mau menilai seseorang, baiknya kita introspeksi diri dulu', seperti dalam hal ini, jika kita tengok diri kita, 'apa jangan-jangan kita yang terlalu malas yaa, bukan mereka yang ambis'.
Dalam 2 hal 'Rajin' dan 'Ambisius', perlu diketahui bahwasannya jika kita tidak paham akan artinya, namun sering kali melontarkannya hingga salah kaprah, maka tentunya akan menimbulkan stigma buruk hingga dapat menghambat pertumbuhan mereka, 'hanya karena panggilan yang dilontarkan'. Seperti yang diungkapkan pada media Kumparan, bahwa stigma tentang 'anak ambis' bisa membatasi potensi-potensi yang mereka miliki. Cukup saling menghargai dan jadikan sikap positif mereka sebagai inspirasi untuk diri kita, mungkin saja diri kita sendiri yang belum mampu melawan rasa malas seperti banyak hal yang sudah mereka terapkan.
Semoga artikel ini bisa bermanfaat ya dan membantu dalam memahami arti 'Rajin' dan 'Ambisius' yang selalu dipandang sama padahal berbeda.
Penulis: Dina Amalia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H