*****
Hai, sang jiwa, kau akan kulatih!
Seperti belajar mengendalikan mobil, rekan-rekan yang berpuasa seperti sedang steering the course of their path despite obstacles standing on their way.
Pelatihan inilah inti berpuasa.
Maka, apa jadinya kalau teman-teman yang berpuasa meminta hak istimewa?
Semuanya diminta untuk menyesuaikan. Tidak boleh makan dan minum di depan kita. Tidak boleh membuat kita marah atau kecewa, dan tidak boleh ini dan itu.
Lah, kalau begini, jadinya siapa yang berpuasa?
Apabila lingkungan dia paksa berubah, dan tidak boleh protes.
Rekan-rekan yang tidak berpuasa harus menahan diri untuk tidak makan di depan kita.
Yang terjadi adalah malah tidak jadi berpuasa karena tidak ada objek latihan.
Analoginya, mau berlatih berkendara, tetapi tidak ada mobil lainnya di jalan raya.
Di sini, yang sedang berpuasa dan menahan dirinya justru rekan-rekan penulis yang sedang tidak berpuasa. Nah, puyeng jadinya kan yang nda puasa malah berpuasa, tapi yang puasa malah menjadi seenaknya.
Bagi penulis, hal-hal seperti ini justru melahirkan arogansi.
Ini adalah berpuasa yang semena-mena.
Di akhir cerita, apakah bisa sebuah kemenangan diraih apabila faktanya semuanya dipaksa mengalah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H