Dimdim lagi ambil air wudhu, karena udah waktunya sholat dhuhur. Di sela-sela Dimdim wudhu, tiba-tiba terdengar suara
"Sholat Dim?"
Dimdim melirik kanan-kiri mencari suara tersebut, ternyata suaranya terdengar dari arah belakang, suara makhluk cebol bernama Resi. Melihat Resi, Dimdim hanya menyahut dengan anggukan kepala sambil membatin
"Udah tahu orang lagi wudhu ya pasti mau sholat, masa mau main petak umpet?" Sungguh sapaan yang nggak penting.
Resi mulai jera dengan perlakuan Dimdim yang cuek motor bebek. Suatu ketika, Resi nangis di pojokan kelas. Disanalah Resi mengungkapkan perasaanya dengan tangis air mata. Dimdim sebagai cowok, memberikan pengertian pada Resi
"Res, mending kita temenan ajah, percaya sama Aku temenan jauh lebih enak, lagian kan kita satu kelas".
Problematika antara Dimdim dan Resi akhirnya selesai, Resi nggak pernah lagi mengirim pesan, memberikan sapaan yang nggak penting, justru Resi malah bersikap dingin sama Dimdim. Tapi tetap hal yang nggak pernah berubah dari Resi, cebol.
Tak butuh waktu lama, Resi-pun bergandengan dengan cowok lain. Memang edan (Baca: Gila) nih jengglot, secepat itu loh. Secepat itu kah move on?
Beberapa waktu kemudian Dimdim mulai bosan dengan kesendirian. Dimdim mendapat bisikan setan dari teman
"Dim, kamu itu terlalu serius menjalani hidup, yang ada di pikiran kamu masa depan, masa depan dan masa depan mulu. Come on lah, kamu masih remaja, nikmatilah masa remaja dengan kehadiran cinta. Dewasa kok sebelum waktunya"
Ada benernya  sih, Dimdim juga ngerasa satu tahun masa SMK hanya ginih-ginih ajah, seperti terkurung di dalam kamar, tidak merasakan luas dan indahnya dunia luar. Masa nanti tiga tahun masa SMK hanya ginih-ginih ajah? Kan nggak enak. Nah pada saat itulah Dimdim mulai mengarungi lautan cinta demi mendapat pelabuhan cinta yang tepat (Ceilah bahasanya).