Nama Dosen : Prof. Apollo Dr, M.Si.Ak
Nama : Dimas Bayu Prasetyo
NIM : 42321010039
Universitas Mercubuana - Desain Komunikasi Visual
Sebelum kita memasuki materi Komunikasi efektif menggunakan teori Martin Bubber, Sebaiknya kita memahami terlebih dahulu apa itu kominkasi efektif secara umum. Apa itu komunikasi ? Komunikasi adalah penyampaian suatu pesan, gagasan ataupun ide dari satu pihak ke pihak lainnya. Biasanya, komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan yang dapat mudah dipahami oleh kedua belah pihak. Selain secara lisan dan tulisan ada juga cara lain untuk menyampaikan pesan yaitu dengan menggunakan gestur tubuh contohnya senyum, mengedipkan mata, menganggukkan kepala dan sebagainya.
Komunikasi efektif adalah sebuah interaksi antara 2 atau lebih orang secara individu maupun kelompok yang saling memberikan pesan, gagasan, pemikiran atau ide yang memberikan perubahan sikap sehingga menjalin sebuah hubungan yang baik anatara pembicara dan lawan bicaaranya. efektifitas pada komunikasi efektif dapat di ukur atau dilihat dari tercapai atau tidaknya tujuan si pembicara (komunikator) menyampaikan pesannya ke penerima pesan.
Banyak sekali fisafat - filsafat yang memberikan pendapat bagaimana caranya efektif dalam berkomunikasi seperti Martin Dubber yang memberikan pendapatnya tentang teori komunikasi efektif. Martin Dubber adalah seorang filsuf Jerman kelahiran Australia yang terkenal dengan filsafat dialognya. ia lahir pada 8 Februari 1878 yang lahir di Wina, Austro-Hungaria dan meninggal pada 13 Mei 1965 yang memiliki aliran pemikiran Eksistensialisme yang berpusat pada pembedaan antara relasi Aku-Engkau.
Pada tahun 1902, Buber menjadi editor dari majalah mingguan Die Welt, meskipun pada akhirnya ia mundur dari kerja organisasinya di Zionisme. Selain sebagai seorang filsuf, Buber juga dikenal sebagai teolog dan juga sebagai politikus. Pemikirannya yang terkenal terdapat didalam bukunya yang berjudul "Aku dan Engkau" yang dalam bahasa jermannya adalah "Ich un Du" yang ditulis pada tahun 1923, "Musa" yang Ditulis pada tahun 1946, "Antara Manusia dan Manusia" yang ditulis pada tahun 1947, dan "Gerhana Tuhan" yang ditulis pada tahun 1952. Martin Buber juga seorang yang keturunan langsung dari rabbi (Guru yang agung dalam Yudaisme) abad ke-16 yaitu Meir ben Isaac Katzenellenbogen, yang dimana dikenal sebagai Maharam Padua.
Lewat dari bermacam tulisan dari bukunya yang ia tulis, Buber mengemukakan pemikirannya yang utuh mengenai apa makna jadi manusia pada masa modern ini. Ada pula hal lain yang dapat mengenai tentang pemahaman diri yang menyangkut pada suatu hubungan dengan orang lain sehingga mempunyai kekuatan tertentu untuk menyelenggarakan berbagai macam hal.
Keterampilan berbicara secara interpersonalnya yang sangat baik serta sangat efisien sangat dibutuhkan oleh manusia supaya dia sanggup menempuh seluruh aktivitasnya dengan mudah. Terutama pada saat seseorang sedang melaksanakan kegiatannya dalam suasana yang formal dan resmi, semisal dalam lingkungan kerja. Hal ini lebih berguna lagi pada saat kegiatan kerja seseorang adalah berhadapan langsung dengan orang lain yang dimana sebagian besar kegiatannya ialah aktifitas komunikasi interpersonal.
Dalam hubungan antara Saya - Obyek atau Aku - Anda dibutuhkan ruang interpersonal karena harus saling sama - sama menjaga kekhasannya sambil tetap menjalani hubungannya. sehingga manusia dapat menerima orang lain selaku dirinya yang otentik. sebab dengan saling menguasai individu satu dengan individu yang lainnya hingga hendak terciptalah itikad maupun tujuan tertentu dari masing - masing orang tersebut.
Martin Buber sendiri mengidentifikasi 3 kategori interaksi dalam hubungan saya-obyek ini dimana suara sendiri lebih dihargai dari pada suara orang lain. Segala pemikiran filsafat dialogis martin buber tertuang dalam bukunya, Ich und Du ( i and Thou ) yang terbit dan ditulis pada tahun 1923. baginya, bermula dari seluruh sesuatu yang merupakan sebuah hubungan relasi. Pada dasarnya manusia hidup dalam relasi, apalagi dalam berbagai macam ragam kedekatan yang kompleks. menurutnya manusia tidak mungkin bisa hidup terisolir tanpa melangsungkan sebuah relasi apa - apa.
Terdapat tiga lingkup relasi suatu hubungan kedekatan dalam hidup manusia yaitu :
- Pertama, Bersama - sama dengan alam. Bagi Buber lingkup hubungan relasi ini terletak dibawah wilayah bahasa.
- Kedua, Hidup Bersama - sama dengan manusia yang lain. Hubungan dalam lingkup ini jelas dan nyata serta memasuki wilayah bahasa
- Ketiga, Hidup bersama - sama dengan Spiritual beings, Hubungan yang tidak memiliki bahasa namun menciptakannya yang sangat unik dari ketiga lingkup tersebut ialah relasi dengan manusia. Sebab dalam hubungan dengan manusia, bahasa dapat digunakaan dengan sempurna hingga menjadi suatu urutan serta obrolan yang berbalas - balasan.
What - Apa itu Teori Hubungan Aku-Engkau ( I and Thou ) dan Aku-Benda ( I-It ) ?.
Menurut buber corak hubungan dasar fundamental antarmanusia adalah Aku-Engkau (I-Thou) dan hubungan antar Aku-Benda (I-It). Didalam prakteknya, teori hubungan ini melahirkan keterlibatan terhadap tanggapan dan apresiasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi.
Hubungan Aku-Engkau (I-Thou) dilandasi oleh hubungan yang setara, hubungan yang menghendaki nang lain didalam subjektifitasnya (hubungan antar subjek - subjek). Ketika manusia mengakui dan menghargai yang lain sebagai subjek, disanalah kenyaman dan cinta kasih terwujud.
Kata " Engkau " juga diidentifikasikan oleh buber adalah yang dapat eksis antara manusia dengan tuhan. hal ini juga dapat diartikan dengan bagaimana cara seseorang dalam menentukan hubungan dengan manusia dan non manusia bahkan tuhan (kalau mau). buber berpendapat bahwasannya ini adalah satu satunya caraa untuk berinteraksi dengan tuhan dan bahwa relasi Aku-Engkau ini dengan apapun, maupun siapapun, terhubung melalui suatu cara dengan relasi abadi kepada tuhan.
Hubungan Aku-Benda (I-It), dilandasi oleh hubungan relasi untuk menguasai yang lain. Di dalam hubungan ini, terdapat ruang dan jarak sehingga bisa dikatakan bahwa benda menjadi sebuah objek bagi subjek (manusia). Oleh karena terjadi penguasaan, benda dapat dikenali seluruhnya.
Hubungan kedekatan antara I-It ialah kedekatan dimana subjek I mengobjektifikasikan yang lain menjadi It, dengan metode I menggunakan anggapan, pengalaman, serta pendefinisian terhadap It yang mempunyai suatu tujuan tertentu terhadap yang lain, serta secara tersirat kita sudah mempunyai konsep - konsep pemikiran dan tendensi terhadap objek tersebut, hingga kedekatan tersebut telah bisa ditentukan tidak seutuhnya, sebab I menyadari yang berelasi dengannya dengan batasan - batasan tersebut, serta mengenali whole being yang lain adalah suatu yang tidak dapat dimungkinkan dalam kedekatan ini.
Why - Kenapa teori Martin Buber Aku-Engkau (I-Thou) dan Aku-Benda (I-It) bisa menjadikan komunikasi menjadi efektif ?.
Dari beberapa penjelasan dan pembahasan diatas kita sudah tau definisi dari Komunikasi efektif teori Martin Buber yang dia tuangkan dalam bukunya yang berjudul aku – engkau ( I – Thou ) dan Aku – Benda ( I – it ). Ada banyak sekali teori – teori komunikasi efektif yang dibuat oleh filsafat – filsafat terkenal. Mungkin saat membaca penjelasan di atas anda sebagai pembaca penasaaran atau masih bingung kenapa teori I and Thou bisa menjadi sebuah cara berkomunikasi yang efektif ? dalam point “why” ini adalah point untuk menjelaskan kenapa pemikiran martin buber yang ditulis dibukunya yang berjudul I and thou ini bisa menjadi teori komunikasi efektif.
Pada penjelasan sebelumnya i and thou diartikan sebagai Aku - Engkau ( i - Thou ) yang dimana antara aku dan entitas yang lahiriah dalam aku - engkau ini kita dapat menyenangkan diri kita dalam berkomunikasi antar manusia atau non manusia ( tuhan ) agar tetap bisa terjalin dalam berkomunikasi secara efektif antara sesama manusia dan tuhan. lalu aku - dia ( i - It ) yaitu aku dan benda hal ini menjadikan komunikasi menjadi efektif antara aku dan benda seperti mengamati suatu benda. Benda disini juga bisa disubjekan menjadi orang contohnya seperti mengamati sebuah pohon secara tidak langsung itu terjadi suatu komunikasi karna ada sebuah pikiran tentang pohon yang diamati tersebut. Oleh karena itu teori ini bisa menjadi efektif untuk berkomunikasi.
I and Thou, alias pemikiran dialogis, kayak yang dikembangkan Buber, merupakan perpaduan yang aneh antara yang sangat partikular dan abstrak yang puitis. Hal ini tidak cukup sistematis dalam menguraikan prinsip- prinsip intelektual buat penuhi syarat selaku filsafat buat sebagian filsuf akademis, tetapi menawarkan perspektif filosofis dengan nada yang diterapkan secara spesial. Dengan menegaskan kalau pertemuan yang sesungguhnya secara unik bertabiat langsung, kalau orang- orang wajib berjumpa dengan orang lain dengan sesedikit bisa jadi konsepsi lebih dahulu, etika diskusi nonpreskriptifnya berlaku sangat baik buat ikatan antarbudaya. Pengetahuan tentang suasana serta aplikasi orang lain bisa menolong orang menjawab pertemuan budaya yang tidak diketahui. Tetapi pengetahuan saja tidak lumayan. Yang lain bukan semata- mata perwakilan dari budaya ataupun kelompok, serta keasyikan dengan pengetahuan tentang karakteristik kelompok bisa membuat komunikator kehabisan keunikan orang- orang di hadapan mereka.
Demikian pula, sangat banyak ketergantungan sadar pada budaya sendiri ataupun afiliasi kelompok bisa berarti perbedaan antara jadi( serta dikira selaku)" orang" asli, di satu sisi, serta" orang" yang mementingkan diri sendiri, di sisi lain. Yang awal bisa berdialog serta mencermati pada dikala itu, sedangkan yang kedua terperangkap dalam jaring" aku"—karakteristik aku, ras ataupun etnis aku, Kerutinan aku, metode saya melaksanakan suatu.
"How" Bagaimana jika Thou ditukar dengan It dan sebaliknya ?
Bagaimana sih jika Thou dan It ditukar dan sebaliknya apakah bisa ? Bagi sosiologi Durkheim, Tuhan tidak berarti apa- apa sebab yang berarti merupakan kesakralan warga yang dimanifestasikan melalui ritual- ritual agama. Prekonsepsi- prekonsepsi ini menimbulkan orang itu tidak ingin yakin pada Tuhan. Tetapi, kala subyek memutuskan melalui grace buat membuka diri serta muncul dalam interaksi dengan wujud ataupun rasa yang tidak bisa jadi terdapat di dunia ini, kemudian perasaan serta ikatan itu dihayati jadi lebih berarti dari apapun, seluruh prekonsepsi psikologi serta sosiologi yang sudah dipelajari dapat lenyap sebab by grace subyek memutuskan buat membuka dirinya serta menerima Tuhan tanpa butuh bukti- bukti obyektif It. Ikatan dia serta Tuhan merupakan I– Thou.
Kebalikannya, Thou pula dapat berganti jadi It kembali. Seandainya seorang yang sudah membuka dirinya secara merata serta menyangka relasinya dengan Thou lebih berarti dari apapun pula, dia tetaplah rentan dengan fakta- fakta obyektif It. Bila kembali pada contoh diatas, sesuatu kala orang itu mengalami bermacam kemalangan hidup. Cintanya terhadap Tuhan yang sudah diperoleh melalui keterbukaan lebih dahulu tidak lagi dihayati selaku ikatan yang sangat berarti. Thou jadi tidak sangat berarti. Sebab kerenggangan ikatan ini, dalam kemalangan hidupnya, dia menyalahkan Tuhan atas seluruh yang terjalin atas dirinya. Penyalahan atas Tuhan ini disebabkan timbulnya kembali prekonsepsi berupa prasangka terhadap Tuhan, yang melaporkan kalau bersumber pada ajaran agama, Tuhan mempunyai kuasa buat membuat manusia mengidap. Prekonsepsi yang kembali timbul ini sudah melemahkan posisi Tuhan selaku Thou serta menjatuhkannya jadi It.
Jadi, It bisa berganti jadi Thou, serta begitu pula kebalikannya.
Sumber :
Modul Kuliah IV _ Martin Buber
Teori - teori Komunikasi - Zaenal Mukarom - UIN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H