Manusia adalah makhluk sosial. Mereka membutuhkan orang lain untuk dapat berbuat sesuatu jika mereka tidak dapat melakukannya sendiri. Latar belakangnya adalah kebutuhan akan dukungan untuk mencapai suatu tujuan. Satu per satu dukungan yang muncul bukan tidak mungkin akan memunculkan akan perubahan arah cita-cita kebijakan jika diterapkan dalam kelompok masyarakat atau suatu pemerintahan. Prinsip demokrasi dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat tidak dapat lepas dari hal ini.
Hadirnya Internet dan Media Online di Indonesia
Gagasan internet dalam sejarahnya muncul pertama kali oleh JCR Licklider dari Massachutts Institute of Technology (MIT) pada 1962. Ia mengungkapkan ide tentang jaringan global yang memungkinkan orang-orang mampu mengakses data dan program kapan saja dan di mana saja. Ide ini direalisasikan dalam sebuah percobaan di MIT oleh Larry Roberts dan Thomas Merill dengan menghubungkan komputer TX-2 dengan komputer Q-32 di California pada 1965 melalui kabel telepon kecepatan rendah. Ini adalah tonggak awal mulai berkembangnya internet hingga dapat menjangkau skala nasional dan internasional. Lambat laun internet mulai menyentuh telepon seluler yang kemudian berkembang menjadi telepon pintar dengan tersedianya banyak aplikasi.
Di Indonesia internet hadir pertama kali melalui Indonet sebagai penyedia jasa layanan internet komersil pertama nasional pada 1994. Kehadiran internet ini memacu media massa di Indonesia memunculkan media versi online. Hal ini juga menjadi bagian operasi bawah tanah media massa membongkar keburukan pemerintah orde baru kala itu
. Namun, kini media massa online sudah secara terbuka memperkenalkan diri pada masyarakat dan perlahan sudah menjadi kebutuhan masyarakat. Tanpa branding media yang berlebihan, masyarakat datang dengan sendirinya karena kebutuhan individu dan bersama. Media memberitakan informasi dengan berbagai sudut pandang serta penyajian yang bermacam seperti teks, foto, video. Tetapi dari tahun ke tahun independensi berita seolah luntur karena kepentingan politik pemilik media. Masyarakat sudah menyadari hal tersebut.
Media Sosial dan Fenomena Grup Berbasis Persaudaraan
Perkembangan jaman terus maju hingga kemudian muncul situs yang dapat diakses secara privat dengan mendaftarkan diri dan memperoleh akun pribadi. Masuk dalam kategori media sosial, situs-situs tersebut berlomba memunculkan platform untuk menunjang kebutuhan pemilik akun berinteraksi sosial di media online. Di sini, satu akun dengan akun lainnya dapat saling berhubungan, berteman, bahkan berinteraksi secara langsung. Namun, interaksi langsung di dunia maya dapat dilakukan tergantung dari platform yang disediakan oleh server situs yang bersangkutan.
Tahun ke tahun, media sosial seperti contohnya Facebook dapat meraih pengguna hingga berjuta-juta orang. Tidak lepas dari itu, Facebook menyediakan akun atau laman untuk grup bagi mereka yang ingin membuat kelompok terbatas untuk kepentingan bersama seperti alternatif media jika ingin bertemu atau rapat. Berbeda dengan fanpage di Facebook yang menyediakan laman bagi sebuah akun yang dipegang oleh admin di mana semua akun dapat secara umum mengikuti laman ini dengan cara klik like atau suka. Fanpage biasanya dibuat oleh pihak manajemen artis, pejabat, atau mereka yang mempunyai selera terhadap suatu pesan seperti humor yang menyasar segmentasi yang terbatas.
Berbicara terkait implementasi media sosial dalam lingkup kehidupan geografis lokal (kota), sudah banyak terbentuk grup Facebook tiap kota yang dipegang admin yang berisi berita terkait kejadian atau hal-hal lain yang terjadi di sekitar kota yang bersangkutan. Penulis mencoba ambil salah satu contohnya adalah grup Facebook Info Cegatan Jogja.
Melihat nama grup tersebut, tentu kita akan mengarah pada pemikiran tentang laman berbagi informasi terkait operasi lalu lintas polisi yang menghentikan sejumlah kendaraan untuk pemeriksaan kelengkapan surat kendaraan. Awal mula munculnya Info Cegatan Jogja memang berisi informasi seperti yang disebutkan di atas. Namun lambat laun informasi yang diberikan justru tidak hanya terkait operasi lalu lintas polisi saja, tetapi juga info kecelakaan, kemacetan, hingga cuaca. Grup yang awal mula aktif oleh informasi yang diberikan oleh admin, kini bergeser dan keaktifan berbagi informasi justru datang dari para pengikut grup Facebook ICJ.
[caption caption="Laman grup Facebook Info Cegatan Jogja (2015)"][/caption]
Beberapa tahun belakangan penulis mengamati aktifitas di grup Facebook ICJ. Informasi kemacetan, cuaca buruk, pencurian, penangkapan maling, bencana, info orang hilang, kecelakaan, dan bahkan rencana mobilisasi massa bisa didapat di sini. Respon yang diberikan sesama pembaca sangat cepat. Ini tidak lepas juga dari banyaknya pengguna telepon pintar. Tidak hanya sekedar memberikan doa, komentar, perkembangan kejadian, sesama pengikut fanpage juga bereaksi untuk mengejar pelaku kriminal. Pun grup Facebook ini dinilai menjadi alternatif untuk mencari pertolongan dengan memanfaatkan media sosial.
Banyak kejadian seperti permasalahan sosial atau kriminal dibagi di sini. Di antaranya juga dapat ditemukan jalan keluarnya seperti penemuan pelaku kriminal atau barang yang hilang. Melalui informasi kejadian kriminal yang terus dibagikan dan diketahui hampir seluruh masyarakat Yogyakarta, pelaku kriminal dapat ditangkap oleh pihak lain yang juga mendengar informasi serupa. Luasnya geografis yang dijangkau membuat ICJ seolah menjadi sarana mengadu yang pas ketika terjadi permasalahan seperti kriminal sehingga bisa mendapat tanggapan secara cepat.
Salah satu contohnya adalah ajakan kepedulian sosial ekonomi. Pada suatu waktu terdapat akun yang membagikan informasi ke grup Facebook ICJ terkait perempuan tua (Jawa: simbah) yang berjualan barang atau makanan sederhana. Ajakan ini tentu menggugah kepedulian para pembaca karena di usianya yang bisa dibilang tidak produktif lagi, ia masih sanggup berjualan demi menyambung hidup. Akun tersebut mengajak teman-teman yang tergabung dalam grup ICJ untuk ‘nglarisi’ (membeli atau memborong dagangan secara sukarela) agar dapat menyenangkan atau setidaknya membantu perekonomian pedagang tersebut. Feedback yang ditimbulkan dalam aktivitas seperti ini benar-benar luar biasa dan belum pernah ditemukan sebelumnya dalam level kelompok atau grup media sosial manapun.
Salah satu kepedulian lain adalah menawarkan jasa kawal bagi mereka yang takut pulang sendirian mengingat adanya potensi pencurian dengan kekerasan di jalan-jalan yang sepi. Mereka yang membutuhkan pertolongan untuk dikawal bisa memposting status ke grup Facebook ICJ terkait jalan yang akan dilaluinya. Responnya bisa saja cepat karena komentar seolah tidak pernah sepi. Bantuan yang diberikan bersifat sukarela dan tidak mengharapkan imbalan.
Berawal di level lokal melingkupi Daerah Istimewa Yogyakarta, kini ICJ telah menyatukan hampir seluruh daerah di Indonesia. Mereka yang tergabung dalam grup Facebook ICJ bisa meminta bantuan orang di daerah lain jika ingin atau sedang melakukan perjalanan panjang. Bantuan yang dibutuhkan biasanya penunjuk jalan atau ketika kendaraan sedang mogok.
Berkaca dari aktivitas ICJ di Facebook tersebut, penulis mencoba membayangkan bagaimana bila ICJ membangun situs media massa secara independen dengan basis public social-relationship. Maksud dari hal di atas adanya keterbukaan bagi semua pihak untuk memberikan informasi di sekitarnya yang dikemas dalam bentuk kronologi, kabar atau dapat juga berupa berita dalam bentuk tulisan, suara, atau video layaknya media baru yang mencakup karakteristik digital, hypertext, networked, virtual, dan simulated (Martin Lister, 2009).
Tidak hanya itu, mereka dapat juga meminta bantuan dan atau menawarkan bantuan. Terkait berita, hal ini tidak lepas kaitannya dengan fenomena citizen journalism yang telah banyak dan sering dilakukan oleh masyarakat. Beberapa media nasional telah menyediakan platform citizen journalism seperti media massa lokal dan televisi nasional seperti NET. CJ. Namun kelemahan yang masih ditemui dari citizen journalism tersebut adalah kurangnya kesadaran masyarakat terhadap batasan-batasan seperti kode etik dan sembilan elemen jurnalisme.
Maka dari itu, hadirnya situs media massa independen ICJ bisa menjadi jalan meluruskan cara pemberitaan oleh masyarakat sesuai regulasi jurnalistik yang ada. Dalam prosesnya nanti, admin berhak melakukan audit berita yang dibuat oleh seseoranng agar menghindari kepalsuan berita. Pihak ICJ kemudian melibatkan agen di sekitar lokasi kejadian untuk dapat mengkroscek ke tempat kejadian perkara agar memperkuat bukti kebenaran berita.
Kemudian dengan tidak melupakan aktivitas yang rajin terjadi di grup Facebook, ICJ dapat menyediakan platform live chat atau laman bantuan layaknya 911 emergency. Sebelumnya, mereka harus mendaftarkan dahulu untuk mendapatkan akun supaya dapat menggunakan platform ini. Untuk memudahkan mendapat bantuan dalam radius yang dekat, situs ICJ memberikan pilihan wilayah dan kemudian pihak admin mengirimkan pesan via WhatsApp, Blackberry Messenger, atau Line sesuai dengan kontak yang dituliskan oleh akun-akun yang telah terdaftar di situs yang berada di sekitar lokasi.
Mereka yang sanggup membantu dapat langsung mengkonfimasi melalui ketiga aplikasi tadi sehingga dapat diteruskan pada pemohon bantuan. Jika tidak ada tanggapan atau pemilik akun tidak dapat membantu, maka ICJ dapat menurunkan agennya untuk membantu pemohon.
Dengan melihat latar belakang Yogyakarta dengan identitas kota pelajar, kota budaya, kota wisata, dan kota kuliner, diharapkan mampu menggugah situs ICJ dengan mengeluarkan berbagai rubrik info. Misalkan terkait pendidikan, ICJ dapat berbagi informasi terkait penerimaan siswa atau mahasiswa baru. Kemudian terkait kuliner dan wisata, informasi seperti peta wisata dan peta kuliner murah bisa menjadi hal menarik. Mengingat Yogyakarta kini mulai disinggahi oleh turis mancanegara atau mereka pendatang luar negeri yang menetap di kota ini, situs dapat disediakan dalam berbagai pilihan bahasa seperti Indonesia, Inggris, dan Jawa.
Tidak lupa juga, situs ICJ dapat menyediakan laman berbagi info berupa timeline layaknya Facebook supaya keakraban antar akun dapat terjalin. Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi, kehadiran situs Info Cegatan Jogja dengan media massa independennya bukan tidak mungkin dapat merangkul semua kalangan. Semua orang, tidak hanya di Yogyakarta saja, tetapi di seluruh dunia dapat bergabung dan saling berbagi. Situs Info Cegatan Jogja dengan berbagai platformnya optimis dapat menumbuhkan rasa persaudaraan yang lebih besar lagi. Bahkan mungkin mencakup seluruh negara.
Ketika muncul pertanyaan “dari mana dana supaya dapat membangun situs ini?”, kembali lagi pada prinsip persaudaraan seperti sapaan akrab di grup Facebook, “Lur..” atau “Sedulur..”. Mereka, siapa saja, yang telah memiliki akun dapat membangun bersama-sama situs ini. Sumbangan bukan berupa uang, tetapi kemampuan masing-masing orang membangun situs dan memunculkan banyak platform. Masyarakat harus memahami apa kebutuhan mereka sebagai makhluk sosial. Kesadaran akan membantu dan dibantu harus dibangun secara kuat supaya di tengah jalan nantinya tidak ada kata ‘macet’ dan lelah demi kepentingan bersama. Mereka yang lelah dengan media massa online yang telah diduduki orang dengan kepentingan politik dapat menjadikan ICJ sebagai alternatif berbagi dan mendapat informasi. Masukan dari berbagai pihak tentu dapat mendukung terbangunnya situs sesuai kebutuhan dan bahkan keinginn masyarakat luas.
Sumber:
- Lister, Martin, et al. (2009). New Media: a Critical Introduction.
- http://www.artikeltik.com/sejarah-internet.html
- http://www.kumau.info/2015/04/generasi-pertama-media-online-di.html
- https://ayomenulisfisip.files.wordpress.com/2011/02/sejarah-media-online.ppt
- http://www.republika.co.id/berita/rol-to-campus/uin-sunan-gunung-djati/12/10/22/mcap54-jurnalisme-online-jadi-primadona
- Deuze, Mark. (1999). Journalism And The Web : An Analysis of Skills and Standards in an Online Environment. London: Sage.
- Deuze, Mark. (2004). What is Multimedia Journalism?. Amsterdam: University of Amsterdam.
- http://mojok.co/2016/03/tiga-alasan-kenapa-icj-perlu-go-nasional/
- http://www.cahyogya.com/2014/10/sticker-info-cegatan-jogja-icj.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H