Mohon tunggu...
Dimas Satria Putra
Dimas Satria Putra Mohon Tunggu... Penulis - Writer, Videographer and Editor

Your Documentary

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Potensi ICJ Menuju Go Internasional dengan Media Independen berbasis Public Social-Relationship

15 April 2016   11:50 Diperbarui: 15 April 2016   11:58 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Beberapa tahun belakangan penulis mengamati aktifitas di grup Facebook ICJ. Informasi kemacetan, cuaca buruk, pencurian, penangkapan maling, bencana, info orang hilang, kecelakaan, dan bahkan rencana mobilisasi massa bisa didapat di sini. Respon yang diberikan sesama pembaca sangat cepat. Ini tidak lepas juga dari banyaknya pengguna telepon pintar. Tidak hanya sekedar memberikan doa, komentar, perkembangan kejadian, sesama pengikut fanpage juga bereaksi untuk mengejar pelaku kriminal. Pun grup Facebook ini dinilai menjadi alternatif untuk mencari pertolongan dengan memanfaatkan media sosial.

            Banyak kejadian seperti permasalahan sosial atau kriminal dibagi di sini. Di antaranya juga dapat ditemukan jalan keluarnya seperti penemuan pelaku kriminal atau barang yang hilang. Melalui informasi kejadian kriminal yang terus dibagikan dan diketahui hampir seluruh masyarakat Yogyakarta, pelaku kriminal dapat ditangkap oleh pihak lain yang juga mendengar informasi serupa. Luasnya geografis yang dijangkau membuat ICJ seolah menjadi sarana mengadu yang pas ketika terjadi permasalahan seperti kriminal sehingga bisa mendapat tanggapan secara cepat.

            Salah satu contohnya adalah ajakan kepedulian sosial ekonomi. Pada suatu waktu terdapat akun yang membagikan informasi ke grup Facebook ICJ terkait perempuan tua (Jawa: simbah) yang berjualan barang atau makanan sederhana. Ajakan ini tentu menggugah kepedulian para pembaca karena di usianya yang bisa dibilang tidak produktif lagi, ia masih sanggup berjualan demi menyambung hidup. Akun tersebut mengajak teman-teman yang tergabung dalam grup ICJ untuk ‘nglarisi’ (membeli atau memborong dagangan secara sukarela) agar dapat menyenangkan atau setidaknya membantu perekonomian pedagang tersebut. Feedback yang ditimbulkan dalam aktivitas seperti ini benar-benar luar biasa dan belum pernah ditemukan sebelumnya dalam level kelompok atau grup media sosial manapun.

            Salah satu kepedulian lain adalah menawarkan jasa kawal bagi mereka yang takut pulang sendirian mengingat adanya potensi pencurian dengan kekerasan di jalan-jalan yang sepi. Mereka yang membutuhkan pertolongan untuk dikawal bisa memposting status ke grup Facebook ICJ terkait jalan yang akan dilaluinya. Responnya bisa saja cepat karena komentar seolah tidak pernah sepi. Bantuan yang diberikan bersifat sukarela dan tidak mengharapkan imbalan.

            Berawal di level lokal melingkupi Daerah Istimewa Yogyakarta, kini ICJ telah menyatukan hampir seluruh daerah di Indonesia. Mereka yang tergabung dalam grup Facebook ICJ bisa meminta bantuan orang di daerah lain jika ingin atau sedang melakukan perjalanan panjang. Bantuan yang dibutuhkan biasanya penunjuk jalan atau ketika kendaraan sedang mogok.

            Berkaca dari aktivitas ICJ di Facebook tersebut, penulis mencoba membayangkan bagaimana bila ICJ membangun situs media massa secara independen dengan basis public social-relationship. Maksud dari hal di atas adanya keterbukaan bagi semua pihak untuk memberikan informasi di sekitarnya yang dikemas dalam bentuk kronologi, kabar atau dapat juga berupa berita dalam bentuk tulisan, suara, atau video layaknya media baru yang mencakup karakteristik digital, hypertext, networked, virtual, dan simulated (Martin Lister, 2009).

 Tidak hanya itu, mereka dapat juga meminta bantuan dan atau menawarkan bantuan. Terkait berita, hal ini tidak lepas kaitannya dengan fenomena citizen journalism yang telah banyak dan sering dilakukan oleh masyarakat. Beberapa media nasional telah menyediakan platform citizen journalism seperti media massa lokal dan televisi nasional seperti NET. CJ. Namun kelemahan yang masih ditemui dari citizen journalism tersebut adalah kurangnya kesadaran masyarakat terhadap batasan-batasan seperti kode etik dan sembilan elemen jurnalisme. 

Maka dari itu, hadirnya situs media massa independen ICJ bisa menjadi jalan meluruskan cara pemberitaan oleh masyarakat sesuai regulasi jurnalistik yang ada. Dalam prosesnya nanti, admin berhak melakukan audit berita yang dibuat oleh seseoranng agar menghindari kepalsuan berita. Pihak ICJ kemudian melibatkan agen di sekitar lokasi kejadian untuk dapat mengkroscek ke tempat kejadian perkara agar memperkuat bukti kebenaran berita.

            Kemudian dengan tidak melupakan aktivitas yang rajin terjadi di grup Facebook, ICJ dapat menyediakan platform live chat atau laman bantuan layaknya 911 emergency. Sebelumnya, mereka harus mendaftarkan dahulu untuk mendapatkan akun supaya dapat menggunakan platform ini. Untuk memudahkan mendapat bantuan dalam radius yang dekat, situs ICJ memberikan pilihan wilayah dan kemudian pihak admin mengirimkan pesan via WhatsApp, Blackberry Messenger, atau Line sesuai dengan kontak yang dituliskan oleh akun-akun yang telah terdaftar di situs yang berada di sekitar lokasi. 

Mereka yang sanggup membantu dapat langsung mengkonfimasi melalui ketiga aplikasi tadi sehingga dapat diteruskan pada pemohon bantuan. Jika tidak ada tanggapan atau pemilik akun tidak dapat membantu, maka ICJ dapat menurunkan agennya untuk membantu pemohon.

            Dengan melihat latar belakang Yogyakarta dengan identitas kota pelajar, kota budaya, kota wisata, dan kota kuliner, diharapkan mampu menggugah situs ICJ dengan mengeluarkan berbagai rubrik info. Misalkan terkait pendidikan, ICJ dapat berbagi informasi terkait penerimaan siswa atau mahasiswa baru. Kemudian terkait kuliner dan wisata, informasi seperti peta wisata dan peta kuliner murah bisa menjadi hal menarik. Mengingat Yogyakarta kini mulai disinggahi oleh turis mancanegara atau mereka pendatang luar negeri yang menetap di kota ini, situs dapat disediakan dalam berbagai pilihan bahasa seperti Indonesia, Inggris, dan Jawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun