Mohon tunggu...
Dimas Yuri Ramdhana
Dimas Yuri Ramdhana Mohon Tunggu... Lainnya - Editor dan Penulis Lepas

https://www.froyonion.com/news/potensi-diri/kejar-cita-cita-ala-charles-bukowski

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perbincangan tentang Perjalanan di Tokomie

28 September 2023   14:11 Diperbarui: 1 Oktober 2023   10:46 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senyum perempuan penjaga toko itu berhenti di jendela dan menuju kepada lelaki yang baru tiba. Ia membiarkan lelaki itu ke dalam duduk di bawah penyejuk udara menghilangkan matahari daerah Kelapa Gading yang melekat dalam keringat.

Lelaki tersebut bergabung dengan seorang perempuan yang sudah duduk di tengah restoran sejak tak ada orang. Mereka berkelakar, berbincang, berbicara lewat mata. Rindu mereka berada dalam rasa penasaran dan rasa lapar, menjelma menjadi kosakata dengan perhatian, lalu melihat menu pada gambar dan tulisan.

"Pilih dua?"

"Kamu satu, aku satu."

"Yang ini sama-sama?"

"Yang ini kamu, yang ini aku."

Dua mangkuk: mie ayam & mie pok dengan mie lebar dan pipih, serta bakso goreng, liang teh, dan es jeruk sonkit datang bergabung diam di depan dan menunggu dicicip.

Lelaki itu sudah menoleh beberapa kali ke dinding bata, melihat poster karya seni bernuansa Cina; huruf Mandarin, serta warna yang kontras berwarna cerah.

"Kamu sengaja membuatku lapar ya? Kamu sengaja membuatku lahap ya?" Si lelaki sendirian bergumam.

Tahukah kamu bahwa warna kuning dan merah membuat orang lebih nafsu makan? Adapun warna biru dan hijau, baik tua maupun muda, membuat orang ingin rebahan.

Rasa menjelajah membawa mereka pada Kelapa Gading. Hal itu karena, Jakarta Selatan dan Jakarta Barat sudah terlalu sering.

Namanya menjelajah, bisa tahu arah, bisa jadi di mana entah, atau antah-berantah. Nikmati saja. Kadang lebih penting perjalanannya, ceritanya, atau pendampingnya. Jika sumber bahagianya pada tiga hal tersebut, apa pun yang terjadi; entah menyasar ke mana, tak jadi soal. Beda jika sumber bahagianya berbeda. Sekali menyasar, hancur seluruh mood perjalanan.

"Di sini sejuk, nyaman, dan beraroma mawar," ucap Nona.

Naga mengipasi-ngipasi kausnya. "Peliketku dari luar masih sedikit terasa."

"Ketiak dan keringatku juga begitu sebelumnya. Kini sudah terselamatkan." Nona memuja pendingin udara. Senyumnya mengembang.

"Ke tempat makan tanpa pendingin udara, asal sama kamu pun aku tak sungkan," ucap Naga.

"Ooh, kalau aku tidak. Sebaiknya jangan ajak aku tempat untuk berpanas-panasan, Mas Naga." Nadanya halus, lembut, namun bermakna penekanan sangat.

Pada momen ini, Naga tahu bahwa atas perempuannya ia sudah memahami dan mengerti. Ia juga menjadi tambah mengerti mengapa laki-laki sebaiknya jangan terlepas dari pertemanan sesama laki-laki. Tapi ingat satu hal, sudah paham dan mengerti, bukan berarti tidak akan salah lagi.

"Maaf ya tiba-tiba aku pilih tempat makannya," ucap Naga.

"Aku juga maaf tiba-tiba minta pergi keluarnya," ucap Nona.

"Tak apa. Aku malah senang."

Dalam hati, Naga berkata: semoga hatimu tetap senang sampai pulang bagaimanapun perjalanannya atau rasa makanannya.

"Bapakku kadang suka menaburi sedikit garam di cangkir kopi atau tehnya," kata Nona.

"Loh, kenapa!?" Naga heran.

"Supaya rasanya makin keluar."

Nona menunjuk ke es sonkit.

"Dan es ini sungguh segar dan... ada rasa asinnya."

Naga meminumnya. "Iya! Di sela manis jeruk terasa asinnya. Tapi loh kok enak!?"

Itu yang namanya perjalanan. Tidak terduga rasanya. Ada sesuatu yang nyeleneh dan di luar keinginan, namun justru itu membawa cerita. Akan tetapi, Naga ingat dunia selalu berputar. Ia harus siap menghadapi sesuatu yang sebaliknya.

"Enak. Kenyang," ujar Nona setelah menghabiskan pesanannya. Satu obstacle hari ini sudah terlewati setidaknya, pikir Naga.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun