Mohon tunggu...
Dimas Yuri Ramdhana
Dimas Yuri Ramdhana Mohon Tunggu... Lainnya - Editor dan Penulis Lepas

https://www.froyonion.com/news/potensi-diri/kejar-cita-cita-ala-charles-bukowski

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Muhammad Ali Bukan Sekadar Atlet

16 Januari 2023   09:56 Diperbarui: 19 Januari 2023   08:29 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Hari itu mungkin tidak terbayang bagi si penjaga pintu hotel. Seorang Muhammad Ali berhenti di pintu, menyapa, dan mengajaknya berbincang. Muhammad Ali membuat orang penting menunggu di lobi untuk dirinya sekadar berbincang dengan si penjaga pintu. Momen seperti itu bukan hanya "sekadar" dan bayangkan Muhammad Ali selalu menyempatkan diri dengan orang-orang apa pun status pekerjaannya.

Nama Cassius Clay melambung setelah mendapatkan medali emas di Olimpiade tahun 1960. Dan semakin terkenal ketika berhasil mengalahkan Sonny Liston pada tahun 1964.

Pada awal-awal keemasannya tersebut, justru ia bergabung dengan kelompok agama Islam yang ketat sekaligus minoritas di Amerika. Kontroversi memang, namun namanya tidak meredup, justru semakin berkibar dengan nama yang baru, yaitu Muhammad Ali.

Muhammad Ali memang luar biasa di panggung tinju. Gerakannya cepat dan keahlian kakinya luar biasa. Ali pernah berkelakar bahwa memang tinju jabnya tidak terlalu keras, namun kau akan kelelahan melawannya karena pukulanmu akan selalu meleset.

Kelihaiannya bergerak dan "menari" ia manifestasikan ke dalam sebuah kalimat yang terus terngiang hingga kini. "Float like a butterfly, sting like a bee". Selain itu, tercipta teknik baru dari Muhammad Ali menghindari pukulan yang diberi nama rope-a-dope.

Teknik itu terekam dalam momen di mana Muhammad Ali menghindari pukulan beruntun dari George Foreman dalam satu kali kesempatan. Ia meliuk-liuk seperti kupu-kupu, kemudian menyengat seperti lebah. Lalu, George terjerembab. Pertarungan yang bertajuk "Rumble in the Jungle" akhirnya dimenangkan oleh Muhammad Ali.

Muhammad Ali adalah petinju yang luar biasa. Ia atlet yang berjaya. Namun, Muhammad Ali bukan sekadar atlet yang hanya memikirkan juara. Ia adalah atlet yang memikirkan sisi lain di luar ring. Tinju adalah jalannya, dan Muhammad Ali adalah intinya. Dunia ditakdirkan bertemu dengan seseorang yang bernama Muhammad Ali.

Dunia perlu Muhammad Ali dalam keseimbangannya. Ia tak selalu dicinta, ada juga yang membencinya. Ali bukanlah orang yang ingin dicintai semua orang. Bagaimana bisa Ali bersikap demikian, padahal dirinya adalah pembangkang dan tak bisa dikekang? Namun demikian, bisa-bisanya ia menjadi inspirasi dan menebar nilai-nilai begitu besar pada masanya.

Muhammad Ali mengajarkan kepercayaan diri kepada pemuda kulit hitam. Ia sering kali berbicara di depan publik dan berkata bahwa dirinya tampan dengan percaya diri.

Pada masanya isu rasis masih terasa dan orang kulit hitam selalu menjadi sasaran diskriminasi yang membuat para pemuda menjadi rendah diri. Muhammad Ali merasakannya dan tidak ingin para pemuda merasa rendah diri. Tuhan telah menciptakan mereka begitu indah dan sempurna. Mereka tidak seharusnya merasa begitu.

Kepercayaan diri Muhammad Ali tidak hanya memengaruhi orang kulit hitam, tetapi juga kepada orang-orang dari ras lain. Seorang bocah berkulit putih melakukan gerakan latihan bertinju dan ingin menjadi seorang Muhammad Ali.

Muhammad Ali yang merupakan seorang petinju mendapatkan hukuman tidak boleh bertinju karena satu hal; menolak wajib militer Amerika untuk pergi perang ke Vietnam. Alasannya, Muhammad Ali tidak ingin terlibat dalam peperangan yang membuatnya harus membunuh seseorang.

Ia bilang, "I ain't got no quarrel with them Viet Cong."

"Aku tak punya masalah dengan Vietkong."

Sang petinju mempunyai sikap yang sama dengan kaum hippie, sipil, sampai mantan tentara yang pernah dikirim ke medan perang, yang menolak peperangan di Vietnam.

Banyak yang harus Muhammad Ali korbankan atas prinsipnya tersebut. Gelar tinjunya dicabut dan ia dilarang bertinju. Timnya bubar karena tidak adanya pemasukan. Muhammad Ali terjerumus dalam kebangkrutan. Dalam situasi seperti itu, ia masih teguh memegang prinsip melawan pemerintah Amerika. Beberapa pejabat Amerika memojokkannya dan tidak menghormati Muhammad Ali.

Setelah perang Amerika-Vietnam berhenti, kondisi Muhammad Ali mulai membaik. Dari sisi politis tentang prinsipnya melawan pemerintah, hingga sisi pekerjaannya sebagai petinju.

Muhammad Ali adalah seorang enterteiner sejati. Ia memberikan hiburan yang menarik. Ia tahu bahwa pada masanya televisi sedang berkembang dan meluas di masyarakat. Muhammad Ali memanfaatkan hal tersebut dengan baik.

Tiap Ali berada dalam kamera, semua mata tertuju ke sana, seperti konferensi sebelum pertandingan, wawancara dokumenter, menjadi bintang tamu di acara bincang-bincang. Muhammad Ali juga diundang ke kampus-kampus untuk memberi kuliah umum.

Sebelum dan sesudah pertandingan pun sorotan akan lebih banyak kepada Muhammad Ali yang sesumbar dan mencela lawannya dengan perkataan yang mengundang tawa. Apa yang dilakukan Conor McGregor yang "cerewet" telah dilakukan oleh Muhammad Ali dengan cara kelasnya tersendiri. He's the guy on the mic.

Atlet besar seperti Kobe Bryant, Maradona, Messi, atau Cristiano Ronaldo memiliki pengaruh. Akan tetapi, apa yang dilakukan Muhammad Ali memberikan pengaruh yang berbeda. Ia memberikan inspirasi banyak orang dari sisi humanis, politis, hingga religi. Bahkan, Muhammad Ali masuk ke dalam komik dan melawan Superman.

Dengan begitu banyak hal positif yang Muhammad Ali miliki, bukan berarti Muhammad Ali tidak mempunyai kelemahan dan sisi negatif.

Muhammad Ali mengakui bahwa ia melakukan kesalahan pernah bergabung dengan kelompok Islam yang keras. Pada perkembangannya, keislaman Ali lebih terasa "rahmatan lil alamin" bagi banyak orang. Ia pun sering memberi kuliah umum tentang toleransi di universitas.

Ada satu cerita dari penulis biografi Muhammad Ali, yaitu Thomas Hauser. Suatu malam Natal, Muhammad Ali meneleponnya dan mengucapkan selamat Natal kepadanya. "Aku Yahudi," jawab Hauser.

"Bayangkan," lanjutnya, "orang Islam mengucapkan hari raya umat Kristen kepada orang Yahudi. Ada pesan bagi yang mendengarkan?"

"Kita semua menuju tempat yang sama," jawab Ali.

Pernikahan Muhammad Ali juga tidak berjalan baik. Ia adalah pria yang penuh gejolak dan gelora. Hasrat dirinya terus membara dan tak bisa dikungkung. "Pernikahannya dengan Muhammad Ali seperti roller coaster. Meskipun begitu, aku tak menyesalinya," ujar mantan istri Ali.

Satu lagi dampak negatif dari Muhammad Ali adalah Joe Frazier, lawan bebuyutannya, mantan kawannya, yang memberikan kesempatan kepada Muhammad Ali naik kembali ke atas ring. Joe Frazier berbadan besar, namun tidak pandai berbicara seperti Muhammad Ali.

Ali memperoloknya di depan kamera. Ia melakukan psywar dan menyerang kepribadian Joe Frazier. Setelah itu, hidup Joe berubah. Orang-orang yang bertemu dengannya ikut-ikut mengolok di jalan. Joe si bodoh! Joe si idiot!

Selain itu, Muhammad Ali selalu menempatkan dirinya sebagai pahlawan kulit hitam. Hal itu membuat Joe Frazier terlihat berada di sisi sebaliknya. Ia dicap sebagai "pengkhianat", "pembantu kulit putih", dan sebagainya. Apa yang dikatakan Ali kepada Joe juga memengaruhi keluarga Joe. Oleh karena itu, ia sangat marah kepada Muhammad Ali.

Pada masa pensiunnya, Muhammad Ali merasa bersalah atas apa yang menimpa Joe Frazier dan memanggilnya sebagai kawan. Namun, di sisi lain, Joe sulit melupakan atas apa yang telah Muhammad Ali katakan tentang dirinya selama ini.

Generasi terkini banyak yang menempatkan Muhammad Ali hanya sebagai seorang petinju. Namun, orang-orang yang hidup pada masa 1960-an, khususnya di Amerika, merasakan bahwa Muhammad Ali memberikan pengaruh yang sangat besar, lebih dari sekadar seorang atlet.

Muhammad Ali dikenang sebagai atlet yang mempunyai prinsip dan teguh pendirian. Dengan memegang prinsipnya, ia terlihat sebagai seorang pembangkang dan tak bisa diatur. Bahkan namanya pada Hollywood Walk of Fame berbeda dengan bintang-bintang lain yang berada di lantai. Nama Muhammad Ali ada di dinding, tidak terinjak.

Sumber:

Film Ali (2001)

Buku Muhammad Ali A Tribute to the Greatest

Situs Liputan6

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun