Muhammad Ali mengakui bahwa ia melakukan kesalahan pernah bergabung dengan kelompok Islam yang keras. Pada perkembangannya, keislaman Ali lebih terasa "rahmatan lil alamin" bagi banyak orang. Ia pun sering memberi kuliah umum tentang toleransi di universitas.
Ada satu cerita dari penulis biografi Muhammad Ali, yaitu Thomas Hauser. Suatu malam Natal, Muhammad Ali meneleponnya dan mengucapkan selamat Natal kepadanya. "Aku Yahudi," jawab Hauser.
"Bayangkan," lanjutnya, "orang Islam mengucapkan hari raya umat Kristen kepada orang Yahudi. Ada pesan bagi yang mendengarkan?"
"Kita semua menuju tempat yang sama," jawab Ali.
Pernikahan Muhammad Ali juga tidak berjalan baik. Ia adalah pria yang penuh gejolak dan gelora. Hasrat dirinya terus membara dan tak bisa dikungkung. "Pernikahannya dengan Muhammad Ali seperti roller coaster. Meskipun begitu, aku tak menyesalinya," ujar mantan istri Ali.
Satu lagi dampak negatif dari Muhammad Ali adalah Joe Frazier, lawan bebuyutannya, mantan kawannya, yang memberikan kesempatan kepada Muhammad Ali naik kembali ke atas ring. Joe Frazier berbadan besar, namun tidak pandai berbicara seperti Muhammad Ali.
Ali memperoloknya di depan kamera. Ia melakukan psywar dan menyerang kepribadian Joe Frazier. Setelah itu, hidup Joe berubah. Orang-orang yang bertemu dengannya ikut-ikut mengolok di jalan. Joe si bodoh! Joe si idiot!
Selain itu, Muhammad Ali selalu menempatkan dirinya sebagai pahlawan kulit hitam. Hal itu membuat Joe Frazier terlihat berada di sisi sebaliknya. Ia dicap sebagai "pengkhianat", "pembantu kulit putih", dan sebagainya. Apa yang dikatakan Ali kepada Joe juga memengaruhi keluarga Joe. Oleh karena itu, ia sangat marah kepada Muhammad Ali.
Pada masa pensiunnya, Muhammad Ali merasa bersalah atas apa yang menimpa Joe Frazier dan memanggilnya sebagai kawan. Namun, di sisi lain, Joe sulit melupakan atas apa yang telah Muhammad Ali katakan tentang dirinya selama ini.
Generasi terkini banyak yang menempatkan Muhammad Ali hanya sebagai seorang petinju. Namun, orang-orang yang hidup pada masa 1960-an, khususnya di Amerika, merasakan bahwa Muhammad Ali memberikan pengaruh yang sangat besar, lebih dari sekadar seorang atlet.
Muhammad Ali dikenang sebagai atlet yang mempunyai prinsip dan teguh pendirian. Dengan memegang prinsipnya, ia terlihat sebagai seorang pembangkang dan tak bisa diatur. Bahkan namanya pada Hollywood Walk of Fame berbeda dengan bintang-bintang lain yang berada di lantai. Nama Muhammad Ali ada di dinding, tidak terinjak.
Sumber:
Film Ali (2001)
Buku Muhammad Ali A Tribute to the Greatest
Situs Liputan6