Biografi Toshihiko Izutsu
Beliau adalah seorang filsuf dan akademisi kelahiran Jepang yang berfokus pada kajian Timur. Izutsu lahir di Tokyo, Jepang pada tanggal 4 Mei 1914. Dikarenakan ayahnya seorang penganut Buddha dan seorang penulis kanji, izutsu sudah akrab dengan meditasi zen dan koan sedari kecil. Ketika berumur 20an, ia kuliah di Universitas Keio dan mengambil jurusan Sastra.
Dia merupakan seorang yang pintar dan berbakat. Hal ini bisa dibuktikan dengan cara ia mempelajari bahasa Arab, ia hanya butuh waktu satu bulan sekaligus menamatkan pembacaan Al-Qur'an. Izutsu sudah selesai menerjemahkan Al-Qur'an dari bahasa Arab ke bahasa Jepang pada tahun 1958. Hingga saat ini, terjemahannya masih digunakan oleh akademisi Jepang sebagai rujukan utama karena akurasi linguistiknya sangat tepat. Wikipedia.com
Semantik Toshihiko izutsu
Semantik merupakan studi yang berfokus pada pencarian makna dari sebuah kata. Izutsu menggunakan kajian semantik untuk menafsirkan setiap kata dalam Al-Qur'an. Al-Qur'an memiliki makna dasar dan relasional. Makna dasar dari setiap ayat-ayat Al-Qur'an bisa di cari dengan menggunakan kamus bahasa Arab dan Tradisional, sedangkan makna relasional harus menggunakan metode analisis sintagmatik dan paradigmatik.
Al-Qur'an juga mempunyai makna sinkronik dan diakronik. Makna sinkronik merupakan sebuah makna yang diambil dari kata tetap atau tidak berubah ,sedangkan makna diakronik menekankan kepada konsep waktu. makna dapat berubah sepanjang waktu sejalan dengan wilayah, masyarakat, dan waktu tertentu. Konsep sinkronik dan diakronik digunakan oleh Izutsu untuk melakukan penelitiannya terhadap historisitas setiap makna dalam Al-Qur'an.
(Author. hmicabangsemarang.com)
Pembahasan
Dalam pembahasan kali ini saya akan menggunakan semantik Toshihiko Izutsu untuk memahami makna بَحْرٌ dalam Al-Qur'an. Sejak zaman dahulu hingga sekarang, makna sinkronik dari kata بَحْرٌ tidak mengalami perubahan makna yang signifikan yaitu lautan, tempat luas yang dapat menampung air dalam jumlah yang sangat banyak.
Namun, dalam perkembangannya makna diakronik dari kata بَحْرٌ mengalami beberapa perubahan, yaitu bisa digunakan sebagai perumpamaan luasnya sebuah tempat. Contohnya seperti kata بَحَرْتُ كَذَا yang artinya aku sudah memperluas (memperdalam) ini yang sering digunakan untuk penyerupaan dari luasnya suatu tempat. Mufradat gharib fi Qur'an juz 1 (diterjemahkan oleh Ahmad Zaini Dahlan) h. 144
Di kalangan bangsa Arab, kata بَحْرٌ juga bisa bermakna unta yang dibelah telinganya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang berbunyi :
مَا جَعَلَ اللّٰهُ مِنْۢ بَحِيْرَةٍ
Artinya : "Aku tidak pernah mensyariatkan bahirah (unta yang dibelah telinganya)." (QS : Al-Maidah :103)
Hal ini dikarenakan dalam tradisi bangsa Arab, ada tradisi yang di mana unta yang sudah melahirkan sepuluh kali akan dibelah atau dilubangi telinganya, kemudian unta tersebut tidak boleh diberikan beban di atasnya dan tidak boleh ditunggangi sama sekali. Oleh karena itu, kata بَحْرٌ bisa bermakna bahiroh. Mufradat gharib fi Qur'an juz 1 (diterjemahkan oleh Ahmad Zaini Dahlan) h. 144
kata بَحْرٌ juga bisa dimaknai dengan kuda yang larinya sangat cepat. Hal ini sesuai dengan hadist Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik R.A yang berbunyi :
وَجَدْتُهُ بَحْرًا
Artinya : "Aku menjumpai (kuda) yang sangat cepat". (Muttafaq 'Alaih)
Kata tersebut digunakan untuk perumpamaan luasnya jarak yang ditempuh oleh kuda berlari. Oleh karena itu, kata بَحْرٌ bisa dimaknai dengan kuda yang larinya sangat cepat. Kata بَحْرٌ juga bisa dimaknai dengan orang yang mempunyai ilmu yang luas (alim). Contohnya seperti dalam kalimat الْتَبَحُّرُف الْعِلْمِ yaitu memperluas (memperdalam) ilmu. Mufradat gharib fi Qur'an juz 1(diterjemahkan oleh Ahmad Zaini Dahlan) h. 145
Terakhir, kata بَحْرٌ bisa bermakna air asin. Contohnya seperti dalam syair yang berbunyi :
وَقَدْعَدَمَاءُالْاَرْضِ بَحْرًافَزَادَنِيْ - اِلَي مَرَضِ اَبْحَرَالْمَشْرَبُ الْعَذْبُ
Air bumi telah menjadi garam, dan itu menambah sakitku, di mana air minum yang segar telah menjadi asin.
Kata بَحْرٌ bukan hanya bermakna air asin saja, tetapi bisa bermakna air tawar. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang berbunyi :
۞ وَهُوَ الَّذِيْ مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هٰذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَّهٰذَا مِلْحٌ اُجَاجٌۚ ا
Artinya : "Dua air laut yang mengalir, yang ini tawar lagi segar, yang ini asin lagi pahit." (QS : Al-Furqan : 53)
Kata بَحْرٌ bisa dimaknai dengan air tawar dikarenakan berdasarkan ayat tersebut, air laut ada yang rasanya asin dan ada juga yang tawar seperti air sungai. Oleh karena itu, kata بَحْرٌ bisa dimaknai dengan air tawar. Hal ini sesuai dengan kebiasaan orang Arab yang menyebut kata الْشَمْسُ dan kata الْقَمَرُ dengan kata قَمَرَانِ yang artinya dua bulan. Mufradat gharib fi Qur'an juz 1 (diterjemahkan oleh Ahmad Zaini Dahlan) h. 145
Berdasarkan pembahasan di atas, makna diakronik dari kata بَحْرٌ memiliki beberapa makna, yaitu lautan, bahirah (unta yang dibelah telinganya), kuda yang larinya sangat cepat, orang yang luas ilmunya, air asin dan air tawar. Semoga pembahasan kali ini bermanfaat dan saya mohon maaf apabila tulisan ini masih banyak kesalahan. Wassalamualaikum 🙏
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H