Mohon tunggu...
Dimasmul Prajekan
Dimasmul Prajekan Mohon Tunggu... Guru - berbagi kebaikan untuk kehidupan

Anak desa mencari makna hidup

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pancasila dan Jalan Tengah Pendidikan Indonesia

12 Februari 2021   05:27 Diperbarui: 12 Februari 2021   05:30 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam pada itu Penguatan Pendidikan Karakter ( PPK ) era kepemimpinan Mendikbud Muhajir Efendi, sebenarnya mengarah pada penerapan karakter Pancasila. 

Nilai -- nilai relegiusitas, nasionalisme, gotong royong, kemandirian, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, merupakan ekplorasi lebih lanjut dari nilai --nilai Pancasila, yang sudah mengakar lama dalam kebatinan bangsa Indonesia. 

Antara karakter moral seperti kejujuran, ketakwaan, sopan santun, ketaatan, dengan karakter kinerja seperti tanggung jawab, disiplin, kerja keras diharapkan mampu menjadi jawaban ketika serbuan nilai --nilai liberal yang liar dan barbarian merangsek masuk dalam kehidupan bangsa.

Munculnya diskursus profil pelajar Pancasila di era Nadiem Makariem, sebagai upaya lanjutan dari Penguatan Pendidikan Karakter ( PPK ). Profil pelajar Pancasila yang diinginkan tentu tidak perlu berdiri sendiri tanpa beririsan dengan tema --tema yang pernah bergaung sebelumnya. Hal ini sebagai indikasi keberlanjutan program positif pendidikan kita. 

Tidak seharusnya sesuatu yang baik harus dibabat habis diganti yang serba baru. Kita menganut falsafah santri, kita melestarikan nilai -- nilai lama yang baik dan siap menerima nilai --nilai baru yang lebih baik.

Esensi profil pelajar Pancasila akan menjadi ikhtiar antisipatif terhadap lahirnya ektrimitas pemikiran yang resisten terhadap jalan tengah pendidikan. Keprihatinan ini bermula dari munculnya fenomena yang berseberangan dengan keinginan bersama. 

Gejala menipisnya cinta tanah air, egoisme kelompok, dan penonjolan pernak pernik golongan, disintegratif, perlu dicarikan solusinya sebelum menjadi bom waktu yang siap meledak sewaktu --waktu.

Profil pelajar Pancasila dengan  6 ( enam ) ciri seperti bernalar kritis, mandiri, kreatif, gotong royong, kebhinnekaan global, dan akhlak mulia perlu diterjemahkan lebih detil lagi dalam kurikulum pendidikan. Saya sangat setuju dengan formula ini, kendati sejatinya merupakan ekplorasi dari gagasan lama yang sudah ada. 

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ( Civic ), Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Pancasila dan Kewargannegaraan dengan berbagai aktualisasianya, sudah dikemas cantik dalam kurikulum kita sejak 1968. Hanya pada pembelajaran tentang Pancasila, masih stagnan di ranah knowledge, belum menyentuh aspek afektif dan psikomotor.

Maka urgensi Pendidikan Pancasila, akan mengarah pada penilaian sikap nyata sehari -- hari. Pancasila tak lagi sekadar barang sakti yang dihafalkan dan dikeramatkan. 

Tapi ia harus diturunkan ke bumi untuk diamalkan. Kegagalan Pendidikan Pancasila selama ini, karena masih terbelenggu pada teori semata, belum dibreakdown dalam bentuk tindakan nyata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun