Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Melawan Hegemoni Global: Strategi Kaderisasi Revolusioner Melalui Beasiswa Luar Negeri

13 Januari 2025   04:05 Diperbarui: 13 Januari 2025   04:05 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.fenesia.com/berikut-3-untuk-mahasiswa-baru-agar-cepat-akrab-dengan-lingkungan-kampus/

Dalam dinamika globalisasi, dominasi kekuatan besar sering kali menempatkan negara berkembang, termasuk Indonesia, pada posisi yang sulit. Hegemoni global tidak hanya terlihat dalam ranah politik dan ekonomi, tetapi juga merambah ke ranah pendidikan dan budaya, di mana negara-negara maju sering menjadi penentu arus pengetahuan dan teknologi. Menyikapi tantangan ini, perlu ada langkah strategis untuk membangun kemandirian bangsa. Salah satu langkah revolusioner adalah kaderisasi SDM melalui program beasiswa luar negeri yang tidak hanya mencetak individu kompeten, tetapi juga progresif dan berorientasi pada perubahan.

Beasiswa Luar Negeri Sebagai Alat Kaderisasi Revolusioner

Dalam perspektif pemikiran Paulo Freire, pendidikan harus menjadi alat pembebasan. Freire menekankan pentingnya "kesadaran kritis" yang memungkinkan individu untuk memahami ketidakadilan struktural dan berjuang melawannya. Dalam konteks ini, beasiswa luar negeri dapat menjadi wahana pembentukan generasi muda yang tidak hanya terampil, tetapi juga memiliki visi untuk merombak ketimpangan global.

Konsep ini juga sejalan dengan pandangan Antonio Gramsci tentang "intelektual organik." Menurut Gramsci, intelektual sejati adalah mereka yang menyatu dengan rakyat dan menggunakan pengetahuan mereka untuk menciptakan perubahan sosial. Beasiswa luar negeri harus diarahkan pada pembentukan intelektual organik yang mampu mengartikulasikan aspirasi rakyat dan melawan hegemoni global.

Peluang yang Ditawarkan Beasiswa

Program beasiswa luar negeri, seperti Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA), memberikan kesempatan bagi generasi muda untuk menimba ilmu di institusi pendidikan terbaik dunia. Pada tahun 2023, LPDP mencatatkan lebih dari 200.000 penerima beasiswa, meskipun jumlah ini masih kurang dari 0,1 persen populasi Indonesia. IISMA juga mengirimkan 1.600 mahasiswa ke berbagai perguruan tinggi internasional, seperti di Inggris, Amerika Serikat, dan Australia.

Mahasiswa ini tidak hanya belajar teknologi mutakhir atau manajemen modern tetapi juga mengalami langsung dinamika internasional. Mereka diharapkan mampu membawa perspektif baru yang dapat diaplikasikan untuk pembangunan Indonesia. Namun, angka ini masih jauh dari cukup untuk membangun basis kader revolusioner yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan global.

Teori Revolusioner dan Strategi Kaderisasi

Kaderisasi revolusioner melalui beasiswa luar negeri harus didasarkan pada teori dan prinsip yang solid. Karl Marx, dalam teorinya tentang "basis dan suprastruktur," menegaskan bahwa perubahan struktural hanya dapat terjadi jika ada kekuatan progresif yang memahami dinamika ekonomi-politik. Program beasiswa luar negeri harus memastikan penerima memahami bagaimana sistem global bekerja, sehingga mereka dapat berperan sebagai agen perubahan dalam mengatasi ketimpangan internasional.

Pemikiran Mao Zedong tentang "pendidikan rakyat" juga relevan. Mao percaya bahwa pendidikan harus diarahkan untuk membangun kemandirian bangsa. Dalam hal ini, penerima beasiswa luar negeri harus didorong untuk belajar di bidang strategis, seperti teknologi energi terbarukan, bioteknologi, atau kebijakan publik, yang secara langsung berkontribusi pada kemandirian nasional.

Langkah Strategis untuk Optimalisasi Beasiswa Luar Negeri

1. Memperluas Aksesibilitas

Pemerintah harus memperluas cakupan penerima beasiswa, khususnya bagi individu dari daerah tertinggal dan komunitas marjinal. Hal ini penting untuk memastikan bahwa seluruh rakyat Indonesia memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses pendidikan berkualitas.

2. Mengintegrasikan Pendidikan Revolusioner

Kurikulum beasiswa harus mencakup pengajaran tentang teori-teori revolusioner dan progresif. Penerima beasiswa harus dipersiapkan sebagai pemimpin yang tidak hanya memahami bidang teknis tetapi juga memiliki kesadaran kritis terhadap ketidakadilan global.

3. Membangun Komunitas Alumni yang Kuat

Para penerima beasiswa harus terus terhubung melalui komunitas alumni yang aktif dan progresif. Komunitas ini dapat berfungsi sebagai wadah untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan ide-ide revolusioner.

4. Komitmen Pengabdian Pasca-Studi

Salah satu tantangan utama program beasiswa adalah risiko brain drain. Untuk mencegah hal ini, penerima beasiswa harus diikat dengan komitmen untuk berkontribusi pada pembangunan nasional setelah menyelesaikan studi mereka.

5. Evaluasi dan Pemantauan Berkelanjutan

Evaluasi terhadap kinerja dan kontribusi alumni harus dilakukan secara berkala. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa tujuan utama kaderisasi tercapai dan para alumni benar-benar menjadi agen perubahan.

Tantangan dan Solusi

Kendala utama dalam program beasiswa luar negeri adalah risiko asimilasi budaya dan pengaruh ideologi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai nasional. Untuk mengatasi ini, penerima beasiswa harus dipersiapkan dengan pelatihan prakeberangkatan yang menekankan pada identitas nasional dan nilai-nilai Pancasila.

Selain itu, insentif untuk kembali ke tanah air, seperti lingkungan kerja yang kondusif, akses ke posisi strategis, dan dukungan untuk berwirausaha, harus diperkuat. Langkah ini penting untuk memastikan bahwa para lulusan dapat berkontribusi secara maksimal di dalam negeri.

Kesimpulan

Melawan hegemoni global memerlukan strategi yang terencana dan komprehensif. Kaderisasi revolusioner melalui beasiswa luar negeri adalah salah satu langkah penting dalam upaya ini. Dengan mengintegrasikan pemikiran tokoh progresif seperti Paulo Freire, Antonio Gramsci, Karl Marx, dan Mao Zedong, program beasiswa dapat menjadi alat efektif untuk mencetak pemimpin-pemimpin yang siap melawan ketimpangan global.

Indonesia memiliki potensi besar untuk mencetak generasi pemimpin yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga memiliki visi revolusioner. Dengan komitmen yang kuat dari pemerintah, masyarakat, dan para pemangku kepentingan, langkah ini dapat menjadi pijakan menuju kemandirian bangsa yang sejati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun