Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Simfoni Tanpa Nada

26 Desember 2024   16:21 Diperbarui: 26 Desember 2024   16:21 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di panggung gelap demokrasi,

tirai janji perlahan terkoyak,

suara rakyat dibungkam,

digantikan bisik lembut para elite,

seperti angin yang bersekongkol dengan senja,

menghapus jejak langkah sang matahari.

Kursi-kursi megah di balik gedung marmer,

melahirkan titah tanpa nyawa,

seperti boneka kayu

yang kehilangan tali penggerak,

hanya terpajang dalam teater sunyi,

menanti perintah dari tangan tak terlihat.

Wacana pilkada tak langsung,

adalah mentari yang dicuri malam,

cahayanya redup,

membekukan harapan yang dahulu menghangatkan,

bagi desa-desa dan kota-kota

yang kini tersesat dalam labirin kekuasaan.

Rakyat, engkau laut yang bergelora,

namun badaimu diredam tembok tirani,

mereka ingin mengubah arusmu,

mengarahkannya ke pelabuhan pribadi,

menenggelamkan kapal-kapal impianmu

di dasar keserakahan mereka.

Di mana suara jiwa yang dulu lantang?

Di mana nyanyian merdeka dari bibir nelayan?

Kini, demokrasi adalah lukisan tanpa warna,

kanvasnya retak oleh ambisi,

dan tinta hitam menyelimuti segalanya,

menghapus bayangan masa depan.

Wahai mereka yang duduk di singgasana tinggi,

ingatlah, angin dapat berubah arah,

laut yang kalian kikis

akan mengamuk dengan gelombang baru,

maka sebelum waktu menelan,

dengar dan lihatlah,

suara rakyat adalah mercusuar

yang tak dapat kalian padamkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun