Dalam politik global, nama Donald Trump dan Vladimir Putin kerap menjadi sorotan utama. Meski berasal dari latar belakang, budaya, dan sistem politik yang berbeda, keduanya memiliki kesamaan dalam pendekatan kepemimpinan: memprioritaskan kekuatan nasional dengan mengorbankan hubungan internasional dan prinsip demokrasi. Artikel ini akan menguraikan kesamaan keduanya dari segi kebijakan, retorika, dan dampaknya terhadap masyarakat domestik maupun dunia.
Donald Trump: "Make America Great Again" yang Berujung Polaritas
Donald Trump, mantan presiden Amerika Serikat yang kembali menang pada Pemilu 2024, menjanjikan pendekatan yang lebih keras terhadap imigrasi, perdagangan, dan kebijakan luar negeri. Ia menggembar-gemborkan deportasi massal, penghentian suaka, dan tarif tinggi terhadap barang impor, khususnya dari Tiongkok. Janji-janji ini terlihat selaras dengan retorika populisnya untuk "mengembalikan kejayaan Amerika".
Namun, kebijakan ekonomi Trump selama menjabat tidak semuanya menghasilkan dampak positif. Penelitian menunjukkan bahwa perang dagang yang ia lancarkan terhadap Tiongkok meningkatkan biaya barang-barang konsumsi bagi warga AS hingga ribuan dolar per tahun. Selain itu, reformasi pajak yang ia terapkan cenderung menguntungkan korporasi besar dan golongan kaya dibandingkan masyarakat kelas menengah ke bawah.
Kritik lain yang sering diarahkan pada Trump adalah kegagalannya membangun kesepakatan jangka panjang di tingkat global. Dalam isu perubahan iklim, misalnya, Trump menarik AS keluar dari Perjanjian Paris, yang mengakibatkan ketegangan dengan sekutu tradisional Amerika. Retorika anti-imigrasinya juga memecah belah masyarakat domestik, sementara hubungan dengan NATO seringkali diwarnai ketegangan.
Vladimir Putin: Nasionalisme Ekstrem dengan Harga yang Mahal
Di sisi lain, Vladimir Putin telah memimpin Rusia selama lebih dari dua dekade dengan tangan besi. Ia sering kali memanfaatkan isu nasionalisme untuk mengkonsolidasikan kekuasaan. Salah satu contohnya adalah invasi ke Ukraina pada 2022, yang disebut Putin sebagai upaya melindungi kepentingan Rusia dari ancaman Barat. Namun, invasi ini menimbulkan kecaman internasional dan serangkaian sanksi ekonomi yang menghantam Rusia.
Meskipun demikian, Putin tetap populer di Rusia berkat kontrol media yang ketat dan propaganda yang menggambarkan Rusia sebagai korban kebijakan agresif Barat. Namun, realitasnya, perang di Ukraina telah menyebabkan ribuan nyawa melayang dan jutaan warga Rusia hidup dalam kondisi ekonomi yang semakin sulit. Nilai rubel merosot, sementara inflasi dan pengangguran melonjak.
Seperti Trump, Putin juga menggunakan pendekatan populis untuk menjaga legitimasi kekuasaannya. Ia menggambarkan Rusia sebagai benteng terakhir melawan dekadensi Barat, sebuah narasi yang disambut baik oleh pendukungnya. Akan tetapi, kritik dari dalam negeri mulai muncul, terutama dari kelompok intelektual dan pemuda yang menentang perang di Ukraina.
Kesamaan Strategis Trump dan Putin
Meski tampak berseberangan, Trump dan Putin memiliki banyak kesamaan dalam pendekatan mereka terhadap kekuasaan. Keduanya memanfaatkan populisme untuk memobilisasi dukungan, dengan menekankan narasi "kami versus mereka." Bagi Trump, "mereka" adalah imigran ilegal, China, dan politisi Demokrat; sementara bagi Putin, "mereka" adalah NATO, Ukraina, dan aktivis liberal.
Keduanya juga mengadopsi pendekatan unilateral dalam kebijakan luar negeri. Trump sering mengabaikan aliansi internasional, sementara Putin dengan terang-terangan mengabaikan norma-norma internasional demi melindungi apa yang ia sebut sebagai "kepentingan Rusia." Hal ini menciptakan ketegangan global yang berdampak pada stabilitas geopolitik.
Lebih lanjut, gaya kepemimpinan keduanya sering kali dipengaruhi oleh narsisme politik. Trump dikenal karena keinginannya untuk selalu menjadi pusat perhatian, sering kali menggunakan media sosial untuk menyerang lawan politiknya. Di sisi lain, Putin memanfaatkan citra dirinya sebagai pemimpin yang tangguh dan tidak kenal takut, sering kali terlihat dalam foto-foto propaganda yang menggambarkannya sedang berburu atau mengendarai kuda.
Dampak Kebijakan terhadap Masyarakat
Trump dan Putin sama-sama menghadapi kritik karena kebijakan mereka cenderung mengorbankan kesejahteraan rakyat. Kebijakan Trump terhadap imigran telah menyebabkan perpecahan sosial, sementara tarif tinggi terhadap barang impor memperburuk inflasi. Di Rusia, kebijakan perang Putin menyebabkan penurunan drastis dalam standar hidup, dengan ribuan warga terpaksa meninggalkan negara itu untuk mencari peluang di luar negeri.
Dampak ini tidak hanya dirasakan di dalam negeri tetapi juga meluas ke dunia internasional. Kebijakan proteksionisme Trump memperburuk hubungan perdagangan global, sementara perang yang dipicu Putin di Ukraina menyebabkan krisis energi dan pangan yang memengaruhi negara-negara berkembang.
Kesimpulan: Pemimpin yang Sama dengan Nama Berbeda
Pada akhirnya, Donald Trump dan Vladimir Putin adalah dua sisi mata uang yang sama. Meski berbeda konteks, gaya kepemimpinan dan kebijakan mereka memiliki pola yang serupa: menggunakan kekuasaan untuk memperkuat posisi pribadi, sambil mengorbankan kepentingan masyarakat luas dan stabilitas global.
Dalam dunia yang semakin kompleks, gaya kepemimpinan seperti ini bukanlah solusi. Tantangan abad ke-21---seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan global, dan konflik bersenjata---memerlukan pemimpin yang berpikiran terbuka, kolaboratif, dan berfokus pada keberlanjutan. Namun, selama politik populisme masih mendominasi, dunia mungkin terus terjebak dalam siklus ketidakpastian dan konflik yang tak kunjung usai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H