Dalam beberapa tahun terakhir, diskursus mengenai posisi strategis Indonesia di panggung internasional semakin hangat, terutama setelah adanya peluang untuk bergabung dengan BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan). Sebagai sebuah aliansi ekonomi yang berkembang, BRICS dianggap sebagai alternatif terhadap dominasi ekonomi Barat, khususnya yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Namun, dalam konteks Marhaenisme, ideologi yang berbasis pada pemikiran Bung Karno, keputusan untuk bergabung ke dalam BRICS harus ditelaah secara lebih mendalam.
### Marhaenisme dan Kedaulatan Ekonomi
Marhaenisme, sebagai ideologi kerakyatan, menekankan pentingnya kedaulatan ekonomi bagi rakyat kecil (Marhaen). Prinsip ini mengutamakan pemberdayaan ekonomi rakyat melalui penguasaan sumber daya secara mandiri, tanpa ketergantungan pada kekuatan asing. Dalam konteks ini, setiap keputusan politik luar negeri, termasuk keanggotaan dalam BRICS, harus dievaluasi berdasarkan dampaknya terhadap kesejahteraan rakyat kecil.
BRICS, meskipun menawarkan peluang kerja sama ekonomi dan perdagangan yang luas, juga memiliki risiko tersendiri. Aliansi ini didominasi oleh negara-negara besar seperti China dan Rusia, yang memiliki kepentingan geopolitik dan ekonomi yang berbeda dari Indonesia. Dalam sejarahnya, salah satu prinsip utama Marhaenisme adalah melawan bentuk imperialisme ekonomi, baik yang datang dari Barat maupun Timur. Oleh karena itu, Indonesia perlu memastikan bahwa keterlibatannya di BRICS tidak mengorbankan kedaulatan ekonomi nasional.
### Potensi Manfaat dari BRICS
Dalam laporan terbaru Bank Dunia tahun 2024, negara-negara BRICS menyumbang lebih dari 31,5% PDB global, mengalahkan kontribusi negara-negara G7 yang hanya sekitar 30%. Selain itu, BRICS sedang mengembangkan sistem pembayaran alternatif untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS, sebuah langkah yang dapat memberikan peluang bagi Indonesia untuk mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar dan memperkuat stabilitas ekonomi.
Bagi Indonesia, potensi manfaat bergabung dengan BRICS meliputi:
1. **Diversifikasi Pasar Ekspor:** Indonesia dapat memanfaatkan pasar besar di negara-negara BRICS untuk mengekspor produk unggulan seperti kelapa sawit, karet, dan batubara.
2. **Kerja Sama Infrastruktur:** Dengan pengalaman China dalam pembangunan infrastruktur, Indonesia dapat mendapatkan investasi besar untuk mendukung pembangunan dalam negeri.
3. **Teknologi dan Inovasi:** India dan Rusia memiliki keunggulan dalam teknologi informasi dan ruang angkasa, yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi di Indonesia.