Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merleau-Ponty: Fenomenologi Persepsi

17 November 2024   13:42 Diperbarui: 17 November 2024   13:44 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maurice Merleau-Ponty adalah salah satu filsuf terkemuka dari aliran fenomenologi. Dalam karyanya yang paling berpengaruh, Phenomenology of Perception (1945), ia memperkenalkan pendekatan unik untuk memahami pengalaman manusia melalui perspektif tubuh dan persepsi. Pemikiran Merleau-Ponty mendefinisikan ulang bagaimana kita memahami hubungan antara manusia dan dunia, melampaui dualisme Cartesian yang memisahkan tubuh dan pikiran.

Fenomenologi sebagai Metode

Fenomenologi adalah studi tentang pengalaman sebagaimana ia muncul dalam kesadaran manusia. Pendekatan ini bertujuan untuk menggali makna pengalaman tanpa prasangka teoritis, sehingga memungkinkan kita melihat dunia sebagaimana adanya. Bagi Merleau-Ponty, fenomenologi tidak hanya berbicara tentang pengalaman subjektif, tetapi juga tentang bagaimana pengalaman tersebut berakar pada tubuh dan interaksi kita dengan dunia.

Merleau-Ponty menentang gagasan bahwa persepsi hanya sekadar hasil dari mekanisme indera atau pikiran yang memproses data eksternal. Sebaliknya, ia berargumen bahwa persepsi adalah hubungan langsung antara tubuh dan dunia, di mana makna diciptakan melalui interaksi. Dengan kata lain, dunia tidak hanya "ada" secara objektif di luar kita, tetapi selalu dipahami melalui tubuh yang hidup dan berperan aktif dalam membentuk persepsi tersebut.

Tubuh sebagai Subjek

Salah satu sumbangan terbesar Merleau-Ponty adalah konsep tubuh sebagai subjek pengalaman, bukan hanya objek biologis. Ia menyebut tubuh sebagai "corps propre" atau "body-subject," menekankan bahwa tubuh adalah pusat pengalaman kita tentang dunia. Tubuh bukanlah alat pasif yang digunakan oleh pikiran, melainkan agen aktif yang menghubungkan kita dengan lingkungan.

Melalui tubuh, manusia terlibat dengan dunia secara langsung. Misalnya, ketika kita meraih sebuah objek, kita tidak terlebih dahulu menghitung jarak atau memikirkan langkah-langkah untuk mencapainya; tubuh kita secara otomatis "tahu" bagaimana bertindak. Kesadaran kita tidak terpisah dari tubuh, tetapi inheren di dalam tindakan dan pengalaman tubuh.

Pendekatan ini menantang tradisi filsafat Barat yang sering memisahkan tubuh dan pikiran, sebagaimana terlihat dalam dualisme Ren Descartes. Bagi Merleau-Ponty, pengalaman manusia tidak dapat dipahami tanpa mempertimbangkan tubuh sebagai mediator antara subjek dan dunia.

Persepsi sebagai Interaksi

Persepsi, menurut Merleau-Ponty, adalah proses aktif di mana tubuh dan dunia saling memengaruhi. Dunia bukanlah sesuatu yang "ada di luar sana" menunggu untuk diamati, melainkan sesuatu yang terus-menerus dibentuk oleh tindakan perseptual kita. Dalam hal ini, persepsi bersifat dialogis: kita memahami dunia melalui interaksi langsung, bukan melalui representasi mental atau simbolik.

Contohnya, ketika melihat sebuah lukisan, kita tidak hanya menangkap bentuk dan warna secara pasif. Sebaliknya, kita "terlibat" dengan lukisan itu, merasakan kedalaman, emosi, dan makna yang terkandung di dalamnya. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi adalah pengalaman yang utuh dan melibatkan seluruh tubuh, bukan hanya pancaindra.

Kritik terhadap Objektivisme dan Subjektivisme

Merleau-Ponty mengkritik dua pendekatan utama dalam filsafat: objektivisme dan subjektivisme. Objektivisme menganggap dunia sebagai entitas independen yang dapat dipahami secara objektif melalui ilmu pengetahuan. Subjektivisme, di sisi lain, memandang dunia sebagai konstruksi pikiran atau kesadaran individu.

Menurut Merleau-Ponty, kedua pendekatan ini gagal memahami hakikat persepsi. Objektivisme mengabaikan peran tubuh dan pengalaman subjektif, sementara subjektivisme mengabaikan kenyataan bahwa kita selalu hidup dalam dunia yang sudah bermakna. Ia menawarkan pendekatan yang lebih holistik, di mana tubuh, pikiran, dan dunia saling terkait dalam jaringan makna yang dinamis.

Dimensi Sosial Persepsi

Selain menekankan tubuh sebagai pusat pengalaman, Merleau-Ponty juga membahas dimensi sosial dari persepsi. Ia berpendapat bahwa persepsi tidak pernah murni individual, tetapi selalu dipengaruhi oleh interaksi dengan orang lain. Kita memahami dunia tidak hanya melalui pengalaman langsung, tetapi juga melalui dialog, budaya, dan norma sosial.

Misalnya, ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, kita tidak hanya mendengar kata-kata mereka secara pasif, tetapi juga memahami ekspresi wajah, gestur, dan nada suara mereka. Persepsi kita tentang orang lain dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya di mana kita hidup.

Pengaruh dalam Berbagai Bidang

Pemikiran Merleau-Ponty memiliki pengaruh yang luas di luar filsafat, terutama dalam psikologi, seni, dan ilmu sosial. Dalam psikologi, idenya tentang tubuh dan persepsi telah menginspirasi pendekatan baru untuk memahami gangguan persepsi dan hubungan tubuh-pikiran. Dalam seni, ia memengaruhi pemahaman tentang kreativitas dan pengalaman estetis, di mana seni dianggap sebagai medium yang mengungkapkan hubungan manusia dengan dunia.

Dalam ilmu sosial, konsep tubuh sebagai agen aktif telah memperkaya kajian tentang identitas, gender, dan pengalaman sosial. Misalnya, teori performativitas Judith Butler mengambil inspirasi dari pandangan Merleau-Ponty tentang tubuh sebagai situs di mana makna dan identitas diciptakan.

Relevansi Hari Ini

Pemikiran Merleau-Ponty tetap relevan dalam menghadapi tantangan kontemporer. Dalam dunia yang semakin didominasi oleh teknologi, ide tentang tubuh sebagai pusat pengalaman membantu kita memahami dampak digitalisasi terhadap cara kita berinteraksi dengan dunia. Teknologi seperti realitas virtual dan augmented reality, misalnya, mengaburkan batas antara tubuh dan dunia, sehingga menantang pemahaman tradisional tentang persepsi.

Selain itu, dalam konteks filsafat lingkungan, pandangan Merleau-Ponty tentang hubungan tubuh-dunia dapat membantu kita merumuskan cara hidup yang lebih berkelanjutan dan selaras dengan alam. Dengan mengakui bahwa kita adalah bagian dari dunia, bukan entitas terpisah, kita dapat mengembangkan rasa tanggung jawab yang lebih besar terhadap lingkungan.

Kesimpulan

Melalui Phenomenology of Perception, Merleau-Ponty telah memberikan kontribusi penting dalam memahami pengalaman manusia. Dengan menempatkan tubuh di pusat persepsi, ia menantang pandangan tradisional tentang hubungan antara manusia dan dunia. Pemikirannya menawarkan pendekatan yang lebih holistik, di mana tubuh, pikiran, dan dunia dipahami sebagai bagian dari jaringan makna yang saling terkait. Dalam dunia yang terus berubah, gagasan Merleau-Ponty tetap menjadi sumber inspirasi untuk memahami kompleksitas pengalaman manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun