Jacques Lacan adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam bidang psikoanalisis modern yang membawa perubahan besar dalam memahami psikologi manusia. Terkenal dengan gagasan-gagasan yang kompleks dan kontroversial, Lacan memberikan perspektif baru terhadap teori psikoanalisis yang pertama kali diperkenalkan oleh Sigmund Freud. Salah satu sumbangan terpenting Lacan adalah pendekatannya yang dikenal sebagai "strukturalisme psikoanalisis," yaitu pandangan bahwa struktur bahasa dan sistem simbolis memiliki peran fundamental dalam perkembangan dan pembentukan kepribadian manusia.
Pengaruh Strukturalisme dalam Pemikiran Lacan
Strukturalisme adalah sebuah gerakan intelektual yang berkembang pesat di Perancis pada pertengahan abad ke-20. Strukturalisme bertujuan untuk menemukan struktur-struktur mendasar yang membentuk bahasa, budaya, dan pemikiran manusia. Dalam pandangan strukturalis, elemen-elemen budaya atau bahasa tidak berdiri sendiri tetapi memiliki makna dalam sistem atau struktur yang lebih besar. Lacan, yang terpengaruh oleh tokoh-tokoh strukturalis seperti Claude Lévi-Strauss dalam antropologi dan Ferdinand de Saussure dalam linguistik, menerapkan prinsip-prinsip strukturalisme dalam psikoanalisis, sehingga lahirlah pendekatan strukturalisme psikoanalisis.
Bagi Lacan, cara individu mengalami realitas, memahami diri, dan berhubungan dengan orang lain ditentukan oleh struktur bahasa dan sistem simbolik yang mengelilingi mereka. Ia melihat bahwa subjek manusia tidak sepenuhnya memahami dirinya sendiri karena adanya struktur bahasa yang mengikat pemikiran manusia. Lacan menyatakan bahwa bahasa adalah sesuatu yang datang dari luar diri manusia, namun pada saat yang sama, bahasa ini mengatur bagaimana manusia bisa memahami dunia dan membentuk identitas dirinya.
"The Mirror Stage" atau Tahap Cermin
Salah satu konsep penting dalam strukturalisme psikoanalisis Lacan adalah "tahap cermin" (the mirror stage). Tahap ini merujuk pada fase perkembangan anak ketika ia pertama kali mengenali bayangan dirinya di cermin dan memahami bahwa bayangan itu adalah dirinya sendiri. Pada tahap ini, menurut Lacan, anak mulai membangun identitasnya berdasarkan citra yang ia lihat di cermin. Namun, citra ini bukanlah cerminan sebenarnya dari dirinya, melainkan konstruksi ideal dari apa yang ia ingin menjadi atau apa yang ia bayangkan sebagai dirinya.
Proses ini kemudian membentuk ego anak, yang pada dasarnya adalah struktur yang terbentuk dari luar dirinya melalui simbolisasi dan bahasa. Dalam tahap ini, anak mengalami "alienasi," yaitu keterasingan dari citra dirinya yang sesungguhnya. Fenomena ini menunjukkan bagaimana individu, bahkan sejak usia dini, membangun identitas yang tak sepenuhnya merupakan dirinya tetapi adalah hasil interaksi dengan simbol-simbol eksternal yang membentuk citra diri mereka. Konsep tahap cermin ini menjadi penting karena menunjukkan bagaimana identitas manusia tidak bersifat esensial atau alami, melainkan terbentuk dalam sistem simbolis yang berada di luar dirinya.
Tiga Orde Lacanian: The Imaginary, the Symbolic, dan the Real
Lacan mengembangkan tiga kategori dasar dalam memahami jiwa manusia, yang dikenal sebagai "The Imaginary," "The Symbolic," dan "The Real."
1. The Imaginary (Imaji): Tahapan ini terkait erat dengan tahap cermin dan mencakup proses identifikasi diri melalui citra atau imajinasi. Di sini, individu membentuk konsep tentang dirinya sendiri melalui gambaran atau citra, yang sering kali tidak akurat. Imajinasi ini dapat berupa bagaimana seseorang melihat dirinya dalam masyarakat atau hubungannya dengan orang lain.
2. The Symbolic (Simbolik): Tahapan ini melibatkan bahasa dan hukum-hukum sosial. The Symbolic adalah dunia dari aturan, norma, bahasa, dan budaya yang diterima dalam masyarakat. Bagi Lacan, simbolik adalah struktur mendasar yang mengatur perilaku manusia. Ketika individu masuk ke dalam tahapan simbolik, ia tidak hanya belajar bahasa tetapi juga belajar norma-norma dan aturan masyarakat yang mengontrol kehidupan sosial. Bahasa, dalam hal ini, bukan hanya alat komunikasi tetapi juga kerangka yang menentukan apa yang bisa dipahami dan bagaimana individu merasakan dunianya.
3. The Real (Nyata): The Real, dalam pandangan Lacan, adalah aspek realitas yang tidak dapat dilambangkan atau diungkapkan melalui bahasa. The Real adalah hal yang berada di luar jangkauan bahasa dan simbolisasi, sehingga sulit dipahami oleh subjek manusia. Bagi Lacan, The Real sering kali muncul dalam bentuk trauma atau pengalaman yang tak dapat dipahami sepenuhnya karena berada di luar batas pemahaman simbolik dan imajiner. The Real adalah hal yang selalu "hilang" dari pengalaman manusia karena tak dapat sepenuhnya ditangkap dalam struktur bahasa.
Desire (Hasrat) dan "The Other"
Lacan juga mengembangkan gagasan tentang "desire" atau hasrat yang berpusat pada konsep "The Other" (Liyan). Hasrat, menurut Lacan, bukanlah sesuatu yang murni datang dari diri sendiri tetapi terbentuk dalam relasi dengan orang lain. Hasrat ini sering kali diarahkan kepada apa yang dimiliki atau diinginkan oleh orang lain, yang disebut sebagai "The Other." Dalam konsep Lacan, manusia selalu berada dalam posisi mencari pengakuan atau kepuasan dari "The Other" ini.
Hasrat bukan hanya mencerminkan keinginan biologis, tetapi lebih kepada keinginan yang berakar dari struktur sosial dan simbolik yang mengelilingi individu. Sering kali manusia tidak menyadari bahwa hasrat mereka tidak benar-benar berasal dari kebutuhan individu tetapi dari pengaruh eksternal, terutama dari bahasa dan masyarakat. Inilah yang membuat hasrat bersifat tak terbatas karena manusia selalu mencari kepuasan yang sesungguhnya tidak pernah bisa dicapai.
Peran Bahasa dalam Strukturalisme Psikoanalisis
Dalam strukturalisme psikoanalisis Lacan, bahasa memainkan peran penting dalam pembentukan identitas dan kepribadian manusia. Lacan menyatakan bahwa "the unconscious is structured like a language" atau bahwa ketidaksadaran manusia tersusun seperti bahasa. Dengan kata lain, ketidaksadaran bukanlah sekadar kumpulan dorongan instingtif tetapi merupakan sistem yang memiliki aturan dan struktur yang serupa dengan bahasa.
Ketidaksadaran ini dipenuhi dengan simbol dan kode-kode yang bisa diinterpretasikan. Bagi Lacan, tindakan seperti mimpi, slip of the tongue (freudian slip), atau perilaku tak sadar lainnya adalah ekspresi dari ketidaksadaran yang terstruktur dan bisa ditafsirkan melalui analisis simbolis. Hal ini mengukuhkan pandangan Lacan bahwa bahasa adalah komponen esensial dalam memahami aspek-aspek terdalam dari psikologi manusia.
Kesimpulan
Melalui pendekatan strukturalisme psikoanalisis, Jacques Lacan menunjukkan bagaimana bahasa dan simbol-simbol yang ada di luar diri manusia memiliki pengaruh yang kuat dalam pembentukan identitas dan hasrat manusia. Pandangan Lacan membuka perspektif baru bahwa individu tidak pernah sepenuhnya "mengendalikan" dirinya sendiri, karena identitas dan keinginannya dibentuk oleh struktur sosial dan simbolik. Dengan menerapkan prinsip strukturalisme dalam psikoanalisis, Lacan menawarkan pemahaman mendalam tentang cara kerja ketidaksadaran dan mengungkap kompleksitas jiwa manusia dalam kerangka bahasa dan simbolisasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H