2. The Symbolic (Simbolik): Tahapan ini melibatkan bahasa dan hukum-hukum sosial. The Symbolic adalah dunia dari aturan, norma, bahasa, dan budaya yang diterima dalam masyarakat. Bagi Lacan, simbolik adalah struktur mendasar yang mengatur perilaku manusia. Ketika individu masuk ke dalam tahapan simbolik, ia tidak hanya belajar bahasa tetapi juga belajar norma-norma dan aturan masyarakat yang mengontrol kehidupan sosial. Bahasa, dalam hal ini, bukan hanya alat komunikasi tetapi juga kerangka yang menentukan apa yang bisa dipahami dan bagaimana individu merasakan dunianya.
3. The Real (Nyata): The Real, dalam pandangan Lacan, adalah aspek realitas yang tidak dapat dilambangkan atau diungkapkan melalui bahasa. The Real adalah hal yang berada di luar jangkauan bahasa dan simbolisasi, sehingga sulit dipahami oleh subjek manusia. Bagi Lacan, The Real sering kali muncul dalam bentuk trauma atau pengalaman yang tak dapat dipahami sepenuhnya karena berada di luar batas pemahaman simbolik dan imajiner. The Real adalah hal yang selalu "hilang" dari pengalaman manusia karena tak dapat sepenuhnya ditangkap dalam struktur bahasa.
Desire (Hasrat) dan "The Other"
Lacan juga mengembangkan gagasan tentang "desire" atau hasrat yang berpusat pada konsep "The Other" (Liyan). Hasrat, menurut Lacan, bukanlah sesuatu yang murni datang dari diri sendiri tetapi terbentuk dalam relasi dengan orang lain. Hasrat ini sering kali diarahkan kepada apa yang dimiliki atau diinginkan oleh orang lain, yang disebut sebagai "The Other." Dalam konsep Lacan, manusia selalu berada dalam posisi mencari pengakuan atau kepuasan dari "The Other" ini.
Hasrat bukan hanya mencerminkan keinginan biologis, tetapi lebih kepada keinginan yang berakar dari struktur sosial dan simbolik yang mengelilingi individu. Sering kali manusia tidak menyadari bahwa hasrat mereka tidak benar-benar berasal dari kebutuhan individu tetapi dari pengaruh eksternal, terutama dari bahasa dan masyarakat. Inilah yang membuat hasrat bersifat tak terbatas karena manusia selalu mencari kepuasan yang sesungguhnya tidak pernah bisa dicapai.
Peran Bahasa dalam Strukturalisme Psikoanalisis
Dalam strukturalisme psikoanalisis Lacan, bahasa memainkan peran penting dalam pembentukan identitas dan kepribadian manusia. Lacan menyatakan bahwa "the unconscious is structured like a language" atau bahwa ketidaksadaran manusia tersusun seperti bahasa. Dengan kata lain, ketidaksadaran bukanlah sekadar kumpulan dorongan instingtif tetapi merupakan sistem yang memiliki aturan dan struktur yang serupa dengan bahasa.
Ketidaksadaran ini dipenuhi dengan simbol dan kode-kode yang bisa diinterpretasikan. Bagi Lacan, tindakan seperti mimpi, slip of the tongue (freudian slip), atau perilaku tak sadar lainnya adalah ekspresi dari ketidaksadaran yang terstruktur dan bisa ditafsirkan melalui analisis simbolis. Hal ini mengukuhkan pandangan Lacan bahwa bahasa adalah komponen esensial dalam memahami aspek-aspek terdalam dari psikologi manusia.
Kesimpulan
Melalui pendekatan strukturalisme psikoanalisis, Jacques Lacan menunjukkan bagaimana bahasa dan simbol-simbol yang ada di luar diri manusia memiliki pengaruh yang kuat dalam pembentukan identitas dan hasrat manusia. Pandangan Lacan membuka perspektif baru bahwa individu tidak pernah sepenuhnya "mengendalikan" dirinya sendiri, karena identitas dan keinginannya dibentuk oleh struktur sosial dan simbolik. Dengan menerapkan prinsip strukturalisme dalam psikoanalisis, Lacan menawarkan pemahaman mendalam tentang cara kerja ketidaksadaran dan mengungkap kompleksitas jiwa manusia dalam kerangka bahasa dan simbolisasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H