Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GmnI) adalah salah satu organisasi yang memiliki peran besar dalam membentuk kesadaran nasionalisme di kalangan pemuda Indonesia. Dikenal sebagai organisasi yang mendalami ajaran Soekarno, GmnI bertujuan membentuk kader yang berjiwa nasionalis-kiri, Pancasilais, dan memperjuangkan kaum marhaen. Namun, seiring waktu, muncul kekhawatiran bahwa GmnI tengah bergeser dari jalurnya, dipengaruhi oleh elemen-elemen kiri-avonturis yang cenderung merusak pondasi ideologis organisasi ini.
Apa Itu Kiri-Avonturis dan Mengapa Berbahaya?
Kiri-avonturis adalah istilah untuk menggambarkan kelompok atau individu yang mengusung ideologi kiri dengan cara yang oportunistik dan tidak realistis. Mereka seringkali bersifat provokatif, mengagungkan radikalisme tanpa mempertimbangkan nilai-nilai dasar Pancasila dan kepentingan nasional. Kelompok ini bukan hanya berisiko menimbulkan konflik internal, tetapi juga dapat merusak citra GmnI sebagai organisasi yang nasionalis-kiri dan marhaenistik. Kiri-avonturis cenderung mengabaikan pendekatan yang berbasis pada keseimbangan, dialog, dan musyawarah, nilai-nilai yang sesungguhnya menjadi dasar organisasi GmnI.
Kehadiran unsur-unsur kiri-avonturis dalam GmnI bukanlah fenomena yang sepele. Jika dibiarkan, mereka berpotensi mengarahkan GmnI ke jalan yang menyimpang dari cita-cita besar Bung Karno yang mendambakan Indonesia yang kuat dan berdaulat di atas dasar Pancasila. Oleh karena itu, langkah-langkah serius harus diambil untuk memastikan bahwa GmnI tetap teguh pada prinsipnya sebagai organisasi nasionalis-kiri yang berpijak pada ajaran Marhaenisme.
Mengapa GmnI Harus Berpegang pada Nasionalisme-Soekarnoisme?
Sebagai organisasi yang berakar pada pemikiran Bung Karno, GmnI seharusnya tetap teguh pada prinsip nasionalisme Indonesia yang mengutamakan kepentingan rakyat dan menjaga kesatuan bangsa. Soekarnoisme menekankan pentingnya mempertahankan ideologi Pancasila sebagai dasar negara, menghindari pembusukan terhadap persatuan, serta mempromosikan harmoni dan gotong royong. Kiri-avonturis yang berupaya menyusup ke dalam GmnI kerap kali bertentangan dengan nilai-nilai ini, cenderung menebarkan perpecahan melalui ide-ide non-rasional yang tidak sesuai dengan karakter bangsa Indonesia.
Soekarnoisme adalah landasan utama yang memberikan arah yang jelas bagi gerakan mahasiswa di Indonesia. Melalui ajaran Soekarno, GmnI memiliki kompas ideologis yang mencakup kebangsaan, kerakyatan, dan keadilan sosial. Unsur-unsur kiri-avonturis berpotensi menggeser pemahaman kader-kader muda GmnI dari nasionalisme menjadi radikalisme yang justru dapat merugikan GmnI dalam jangka panjang. Jika GmnI terseret dalam agenda-agenda Avonturisme yang ekstrem, bukan tidak mungkin mereka akan kehilangan dukungan dari masyarakat yang menilai gerakan ini sebagai lebih radikalistik dan tidak relevan dengan konteks Indonesia.
Langkah-langkah untuk Membersihkan GmnI dari Kiri-Avonturis
1. Memperkuat Pemahaman Ideologi Soekarnoisme di Kalangan Kader Salah satu langkah penting adalah memberikan pendidikan dan pembinaan intensif mengenai ideologi Soekarnoisme dan Marhaenisme kepada kader-kader GmnI. Materi ini seharusnya mencakup pemahaman mendalam tentang Pancasila, nasionalisme, dan pemikiran Bung Karno. Dengan pembinaan yang solid, kader akan memiliki landasan yang kuat untuk memahami mana yang sesuai dengan prinsip organisasi dan mana yang berbahaya bagi keutuhan GmnI.
2. Mengidentifikasi dan Menghadapi Kelompok Kiri-Avonturis GmnI perlu memiliki mekanisme untuk mengidentifikasi anggota atau kelompok yang mengusung ideologi kiri yang ekstrem dan bertindak oportunistik. Langkah ini dapat diambil melalui pendekatan dialogis, menegaskan kembali komitmen ideologis, dan jika perlu, memberikan sanksi kepada mereka yang terbukti berusaha menggeser organisasi dari prinsip-prinsip dasarnya. Hal ini penting untuk memastikan bahwa GmnI tetap solid dan tidak mudah terpecah belah.