2. Teori Kritis
Teori Kritis, yang dikembangkan oleh Mazhab Frankfurt seperti Theodor Adorno dan Max Horkheimer, lebih menekankan pada analisis budaya dan ideologi yang mengikat masyarakat. Teori ini melihat gerakan sosial sebagai sarana untuk membongkar mekanisme ideologi yang mengukuhkan dominasi dan eksploitasi. Bagi para pemikir Kritis, salah satu tantangan terbesar gerakan sosial adalah bagaimana mengatasi hegemoni budaya dan ideologis yang membuat individu menjadi patuh terhadap sistem yang menindas.
Dalam konteks kontemporer, Teori Kritis sering digunakan untuk menganalisis gerakan-gerakan yang berfokus pada isu identitas, seperti gerakan feminisme, gerakan LGBTQ+, atau gerakan hak-hak minoritas etnis, di mana perjuangan melawan diskriminasi ideologis dan kultural menjadi pusat perhatian.
3. Teori Identitas Kolektif
Teori Identitas Kolektif melihat gerakan sosial sebagai produk dari konstruksi identitas bersama di antara individu-individu yang merasa memiliki kepentingan dan tujuan yang sama. Teori ini lebih bersifat sosiologis, dengan menekankan pada bagaimana individu-individu dalam masyarakat membentuk identitas sosial mereka dan bagaimana identitas tersebut dapat mengarahkan mereka untuk berpartisipasi dalam gerakan sosial.
Gerakan-gerakan yang fokus pada isu identitas, seperti gerakan hak-hak perempuan, gerakan lingkungan hidup, atau gerakan masyarakat adat, seringkali menggunakan kerangka identitas kolektif untuk memperkuat solidaritas di antara anggotanya. Teori ini menjelaskan bahwa keberhasilan gerakan sosial tidak hanya ditentukan oleh faktor material atau struktural, tetapi juga oleh kemampuan gerakan tersebut untuk membangun rasa solidaritas dan kesadaran kolektif.
4. Teori Mobilisasi Sumber Daya
Teori Mobilisasi Sumber Daya berpendapat bahwa keberhasilan sebuah gerakan sosial bergantung pada kemampuan kelompok untuk mengakses dan memobilisasi sumber daya yang diperlukan, seperti uang, tenaga kerja, dan dukungan politik. Gerakan sosial, dalam pandangan ini, tidak hanya soal kesadaran ideologis atau identitas kolektif, tetapi juga soal kemampuan strategis untuk menggunakan sumber daya yang ada.
Teori ini sering digunakan dalam analisis gerakan sosial modern, terutama yang terkait dengan organisasi formal seperti LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), di mana pengelolaan sumber daya memainkan peran penting dalam menentukan efektivitas dan keberlanjutan gerakan.
Etika Gerakan Sosial
Filsafat gerakan sosial juga tidak lepas dari persoalan etika. Pertanyaan-pertanyaan seperti apakah gerakan sosial selalu dibenarkan, atau sejauh mana kekerasan dapat digunakan dalam memperjuangkan perubahan, merupakan isu sentral dalam diskusi filsafat gerakan sosial.