Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Julia Kristeva: Konstruksi Wacana Tubuh

9 Oktober 2024   06:32 Diperbarui: 9 Oktober 2024   06:37 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Julia Kristeva: Konstruksi Wacana Tubuh

Julia Kristeva adalah salah satu pemikir terkemuka dalam bidang teori feminisme, psikoanalisis, dan filsafat kontemporer. Salah satu gagasan paling menarik yang dikembangkan Kristeva adalah konstruksi wacana tubuh, terutama dalam konteks perempuan, bahasa, dan identitas. Pemikirannya berakar pada konsep tubuh sebagai entitas yang tidak hanya biologis tetapi juga sebagai fenomena yang dikonstruksi melalui bahasa, budaya, dan struktur sosial. Artikel ini akan menguraikan bagaimana Kristeva memandang tubuh sebagai medan perjuangan antara norma-norma sosial dan individualitas, serta implikasinya dalam teori feminis dan psikoanalisis.

Latar Belakang Pemikiran Kristeva

Kristeva lahir di Bulgaria pada tahun 1941 dan kemudian pindah ke Prancis, di mana ia mengembangkan sebagian besar pemikirannya. Pengaruh dari filsafat eksistensialis, strukturalisme, dan psikoanalisis dapat terlihat dalam karya-karyanya. Kristeva merupakan seorang ahli dalam linguistik, yang menggunakan pendekatan semiotika untuk memahami bahasa, tubuh, dan identitas. Di antara teorinya yang paling berpengaruh adalah konsep tentang abject (menjijikkan), intertekstualitas, dan hubungan antara subjek dengan tubuh.

Tubuh Sebagai Situs Kultural

Bagi Kristeva, tubuh tidak hanya sekadar entitas biologis yang ada di luar subjek, tetapi juga merupakan konstruksi sosial yang sarat dengan makna. Tubuh, terutama tubuh perempuan, dalam wacana patriarkal sering kali dijadikan objek kontrol, pengaturan, dan penindasan. Dalam pandangannya, representasi tubuh perempuan dalam budaya dan teks-teks sosial sangat dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan dominan yang berusaha mengatur bagaimana tubuh itu seharusnya dirasakan, dilihat, dan dialami.

Dalam karya-karyanya, Kristeva sering menekankan peran tubuh dalam pembentukan identitas dan subjektivitas. Ia memperkenalkan konsep chora, yang merujuk pada ruang pralinguistik di mana tubuh ibu dan bayi menyatu sebelum diferensiasi bahasa. Bagi Kristeva, tubuh ibu adalah pusat dari pengalaman pralinguistik ini, di mana bayi belum terpisah dari identitas ibunya. Namun, proses masuk ke dalam bahasa (yaitu, dunia simbolik Lacanian) memaksa subjek untuk meninggalkan hubungan ini dan masuk ke dalam aturan bahasa patriarkal yang rigid.

Abject dan Tubuh Menjijikkan

Salah satu kontribusi penting Kristeva dalam memahami tubuh adalah konsep abject, yang dijelaskan dalam bukunya Powers of Horror: An Essay on Abjection (1980). Abject adalah sesuatu yang mengancam batas-batas identitas dan tatanan sosial, dan seringkali diidentifikasi dengan tubuh manusia dalam bentuk yang melampaui kontrol: kotoran, darah, cairan tubuh, dan lainnya. Tubuh perempuan sering kali diasosiasikan dengan abject, terutama karena kemampuannya untuk melahirkan, menstruasi, dan proses biologis lainnya yang dianggap "tak terkendali" oleh norma-norma budaya patriarki.

Kristeva berargumen bahwa abject adalah sesuatu yang menimbulkan rasa jijik dan ketakutan karena ia mengingatkan kita pada ketidakmampuan kita untuk benar-benar mengendalikan tubuh kita. Tubuh perempuan, dalam konteks ini, sering kali menjadi fokus kecemasan sosial karena fungsi biologisnya yang "mendefinisikan" batas antara kehidupan dan kematian, kebersihan dan kekotoran, serta keindahan dan keburukan. Melalui tubuh yang dianggap sebagai sesuatu yang "menjijikkan", patriarki sering kali mengalienasi perempuan dari subjektivitas mereka sendiri.

Wacana Tubuh Perempuan dalam Psikoanalisis dan Feminisme

Bagi Kristeva, tubuh perempuan adalah pusat dari perjuangan identitas. Tubuh tidak hanya merupakan entitas biologis, tetapi juga adalah medium dari penandaan sosial. Dalam hal ini, Kristeva mengembangkan kritik terhadap pemikiran Freud dan Lacan. Psikoanalisis, terutama dalam pandangan tradisional Freud dan Lacan, sering kali memandang tubuh perempuan sebagai objek yang terpinggirkan dari bahasa dan kekuasaan. Kristeva menantang pandangan ini dengan menunjukkan bagaimana tubuh perempuan bukan hanya objek pasif, tetapi juga agen aktif yang dapat mengganggu dan merusak struktur sosial patriarkal melalui tindakan-tindakan subversif.

Kristeva juga berbicara tentang bagaimana bahasa, dalam wacana patriarki, memarginalkan tubuh perempuan melalui apa yang ia sebut "the symbolic order." Tubuh perempuan sering kali dikodifikasi dalam bahasa sebagai yang "lain", yang berbeda, dan karena itu harus dikendalikan. Dalam tradisi Lacanian, tubuh perempuan dikaitkan dengan "the semiotic" atau dimensi pralinguistik dari bahasa yang melibatkan ekspresi tubuh, emosi, dan pengalaman. Sementara itu, "the symbolic" adalah ranah bahasa yang rasional dan dikendalikan oleh aturan-aturan patriarki.

Namun, Kristeva percaya bahwa tubuh perempuan juga memiliki potensi untuk mendobrak batas-batas simbolik ini. Melalui bahasa tubuh yang diasosiasikan dengan the semiotic, perempuan dapat melawan pengaturan sosial yang menindas dan mengklaim kembali subjektivitas mereka. Dalam pandangan Kristeva, tubuh perempuan menjadi medan perlawanan melalui ekspresi fisik, estetika, dan artistik yang dapat menantang aturan-aturan simbolik patriarkal.

Implikasi Konstruksi Wacana Tubuh dalam Konteks Modern

Pemikiran Kristeva tentang konstruksi wacana tubuh memiliki relevansi yang luas dalam konteks modern, terutama dalam debat feminis kontemporer mengenai tubuh, gender, dan identitas. Dalam era di mana wacana tentang tubuh semakin dipolitisasi---baik dalam hal hak reproduksi, representasi gender, atau kontrol sosial---teori Kristeva menawarkan cara baru untuk memikirkan tubuh sebagai ruang yang penuh dengan potensi subversif. Tubuh, menurut Kristeva, tidak hanya dapat dilihat sebagai objek pasif yang dikendalikan oleh struktur sosial, tetapi juga sebagai agen aktif yang mampu merusak, mengganggu, dan mendefinisikan ulang norma-norma yang ada.

Secara keseluruhan, gagasan Kristeva tentang konstruksi wacana tubuh menantang pandangan tradisional tentang tubuh perempuan sebagai sesuatu yang "lain" atau terpinggirkan. Melalui pendekatannya yang menggabungkan linguistik, psikoanalisis, dan teori feminis, Kristeva berhasil menunjukkan bagaimana tubuh bukan hanya sekadar objek biologi, tetapi juga medan perjuangan yang dinamis dalam pembentukan identitas dan kebudayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun