Wacana Tubuh Perempuan dalam Psikoanalisis dan Feminisme
Bagi Kristeva, tubuh perempuan adalah pusat dari perjuangan identitas. Tubuh tidak hanya merupakan entitas biologis, tetapi juga adalah medium dari penandaan sosial. Dalam hal ini, Kristeva mengembangkan kritik terhadap pemikiran Freud dan Lacan. Psikoanalisis, terutama dalam pandangan tradisional Freud dan Lacan, sering kali memandang tubuh perempuan sebagai objek yang terpinggirkan dari bahasa dan kekuasaan. Kristeva menantang pandangan ini dengan menunjukkan bagaimana tubuh perempuan bukan hanya objek pasif, tetapi juga agen aktif yang dapat mengganggu dan merusak struktur sosial patriarkal melalui tindakan-tindakan subversif.
Kristeva juga berbicara tentang bagaimana bahasa, dalam wacana patriarki, memarginalkan tubuh perempuan melalui apa yang ia sebut "the symbolic order." Tubuh perempuan sering kali dikodifikasi dalam bahasa sebagai yang "lain", yang berbeda, dan karena itu harus dikendalikan. Dalam tradisi Lacanian, tubuh perempuan dikaitkan dengan "the semiotic" atau dimensi pralinguistik dari bahasa yang melibatkan ekspresi tubuh, emosi, dan pengalaman. Sementara itu, "the symbolic" adalah ranah bahasa yang rasional dan dikendalikan oleh aturan-aturan patriarki.
Namun, Kristeva percaya bahwa tubuh perempuan juga memiliki potensi untuk mendobrak batas-batas simbolik ini. Melalui bahasa tubuh yang diasosiasikan dengan the semiotic, perempuan dapat melawan pengaturan sosial yang menindas dan mengklaim kembali subjektivitas mereka. Dalam pandangan Kristeva, tubuh perempuan menjadi medan perlawanan melalui ekspresi fisik, estetika, dan artistik yang dapat menantang aturan-aturan simbolik patriarkal.
Implikasi Konstruksi Wacana Tubuh dalam Konteks Modern
Pemikiran Kristeva tentang konstruksi wacana tubuh memiliki relevansi yang luas dalam konteks modern, terutama dalam debat feminis kontemporer mengenai tubuh, gender, dan identitas. Dalam era di mana wacana tentang tubuh semakin dipolitisasi---baik dalam hal hak reproduksi, representasi gender, atau kontrol sosial---teori Kristeva menawarkan cara baru untuk memikirkan tubuh sebagai ruang yang penuh dengan potensi subversif. Tubuh, menurut Kristeva, tidak hanya dapat dilihat sebagai objek pasif yang dikendalikan oleh struktur sosial, tetapi juga sebagai agen aktif yang mampu merusak, mengganggu, dan mendefinisikan ulang norma-norma yang ada.
Secara keseluruhan, gagasan Kristeva tentang konstruksi wacana tubuh menantang pandangan tradisional tentang tubuh perempuan sebagai sesuatu yang "lain" atau terpinggirkan. Melalui pendekatannya yang menggabungkan linguistik, psikoanalisis, dan teori feminis, Kristeva berhasil menunjukkan bagaimana tubuh bukan hanya sekadar objek biologi, tetapi juga medan perjuangan yang dinamis dalam pembentukan identitas dan kebudayaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H