Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Giorgio Agamben, Homo Sacer dan Paradoks Kedaulatan

5 Oktober 2024   14:18 Diperbarui: 5 Oktober 2024   14:25 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.nytimes.com/2020/08/21/opinion/sunday/giorgio-agamben-philosophy-coronavirus.html

Melalui analisis ini, Agamben memperingatkan tentang bahaya kekuasaan politik yang tak terkendali dalam masyarakat modern, di mana kehidupan manusia dapat dikurangi menjadi objek manipulasi dan pengendalian oleh negara. Dalam masyarakat yang semakin didominasi oleh teknologi pengawasan dan kontrol, keadaan pengecualian dapat diperpanjang secara terus menerus, menjebak individu dalam situasi di mana hak-hak mereka bisa dirampas kapan saja.

Kritik terhadap Konsep Hak Asasi Manusia

Salah satu implikasi penting dari pemikiran Agamben adalah kritiknya terhadap konsep hak asasi manusia. Dalam pandangan liberal, hak asasi manusia dipandang sebagai hak yang melekat pada setiap individu hanya berdasarkan keberadaan biologis mereka sebagai manusia. Namun, bagi Agamben, hak-hak tersebut tidak lebih dari ilusi karena hak-hak itu hanya berlaku selama seseorang diakui sebagai bagian dari komunitas politik. Ketika individu berada di luar komunitas itu --- seperti pengungsi atau orang yang ditahan tanpa pengadilan --- mereka menjadi homo sacer, yang kehidupannya tidak lagi dilindungi oleh hukum atau moralitas.

Dengan demikian, Agamben menegaskan bahwa hak-hak asasi manusia selalu bergantung pada pengakuan politik. Mereka yang tidak diakui sebagai bagian dari komunitas politik --- baik itu karena status kewarganegaraan, kondisi perang, atau keadaan pengecualian lainnya --- akan kehilangan hak-hak tersebut. Ini menjadi masalah krusial dalam dunia yang semakin global, di mana jutaan orang hidup dalam kondisi pengasingan politik, baik sebagai pengungsi maupun sebagai kelompok yang termarjinalkan.

Relevansi Homo Sacer dalam Politik Kontemporer

Pemikiran Agamben tentang homo sacer memiliki relevansi besar dalam politik kontemporer, khususnya dalam menghadapi tantangan global seperti migrasi, terorisme, dan pandemi. Pemerintah di seluruh dunia terus mengadopsi keadaan pengecualian untuk menanggapi krisis, sering kali dengan merampas hak-hak sipil dan meningkatkan kontrol atas kehidupan individu. Dalam konteks ini, konsep homo sacer membantu kita memahami bagaimana negara dapat menciptakan ruang-ruang pengecualian, di mana manusia direduksi menjadi "kehidupan telanjang," terjebak di antara hukum dan ketiadaan hukum.

Agamben mengingatkan kita tentang pentingnya mengawasi dan mengkritik kekuasaan negara, terutama ketika menggunakan alasan keamanan untuk menangguhkan hak-hak dan kebebasan. Ketika negara-negara semakin bergantung pada keadaan pengecualian untuk mempertahankan kendali, kita perlu merenungkan bagaimana menjaga martabat manusia dan kebebasan di bawah kedaulatan yang semakin represif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun