Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sayyid Naquib Al Attas: De-Westernisasi Islam

3 Oktober 2024   15:57 Diperbarui: 3 Oktober 2024   16:02 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
iqra.id/sayyid-naquib-al-attas-islamisasi-ilmu-melalui-bahasa

Pendekatan intelektual Sayyid Naquib Al-Attas terhadap Islam telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam dunia pemikiran Islam kontemporer. Salah satu konsep kunci yang diusung oleh Al-Attas adalah de-westernisasi Islam. Konsep ini mencerminkan upaya kritis Al-Attas untuk membebaskan pemikiran dan budaya Islam dari pengaruh Barat yang dianggapnya telah mendistorsi esensi dan keutuhan peradaban Islam. Dalam konteks de-westernisasi, Al-Attas menekankan perlunya umat Islam untuk memahami kembali nilai-nilai asli dari ajaran Islam dan membangun kembali peradaban yang berlandaskan pada pandangan dunia Islam (Islamic worldview).

Latar Belakang Pemikiran Al-Attas

Sayyid Naquib Al-Attas adalah seorang cendekiawan Muslim yang lahir di Indonesia dan dikenal luas di Malaysia dan dunia Islam pada umumnya. Al-Attas menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk memikirkan persoalan-persoalan fundamental yang dihadapi umat Islam, khususnya dalam bidang pendidikan, epistemologi, dan kebudayaan. Di antara kontribusi terpentingnya adalah konsep Islamisasi ilmu pengetahuan dan kritik terhadap sekularisasi yang menurutnya berakar dari pemikiran Barat modern.

Bagi Al-Attas, salah satu problem utama yang dihadapi dunia Islam adalah kolonialisasi pemikiran yang ditimbulkan oleh dominasi intelektual Barat. Pemikiran dan budaya Barat, menurutnya, telah mempengaruhi cara pandang umat Islam terhadap dunia, sehingga menyebabkan disorientasi dan kebingungan dalam memahami ajaran agama mereka sendiri. Oleh karena itu, ia menyerukan perlunya proses de-westernisasi, yaitu sebuah upaya untuk melepaskan pengaruh Barat dalam segala aspek kehidupan umat Islam, termasuk pendidikan, budaya, dan politik.

Konsep De-Westernisasi Islam

De-westernisasi dalam pandangan Al-Attas bukanlah sekadar upaya untuk menolak segala sesuatu yang berasal dari Barat. Sebaliknya, ia lebih melihatnya sebagai upaya untuk mengembalikan Islam kepada esensinya yang murni, serta menolak aspek-aspek pemikiran dan budaya Barat yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Al-Attas percaya bahwa dominasi Barat telah mengubah cara umat Islam dalam memandang dunia, terutama melalui proses sekularisasi dan rasionalisasi.

Menurut Al-Attas, sekularisasi adalah salah satu mekanisme utama di mana pemikiran Barat mempengaruhi dunia Islam. Sekularisasi, dalam pengertiannya yang luas, adalah proses di mana agama dan nilai-nilai spiritual dipisahkan dari kehidupan publik dan dikecilkan menjadi hanya urusan pribadi. Hal ini sangat bertentangan dengan pandangan Islam, yang memandang agama sebagai prinsip yang menyeluruh dan mencakup semua aspek kehidupan, baik individu maupun sosial.

Selain itu, rasionalisme Barat yang berakar pada filsafat Yunani juga menjadi salah satu tantangan bagi umat Islam. Rasionalisme ini mengedepankan pemisahan antara akal dan wahyu, yang dalam konteks Barat menghasilkan pemisahan antara ilmu pengetahuan dan agama. Al-Attas menegaskan bahwa dalam tradisi Islam, tidak ada pemisahan semacam itu, karena akal dan wahyu bekerja secara harmonis untuk membimbing manusia menuju kebenaran. Oleh karena itu, de-westernisasi adalah upaya untuk membebaskan umat Islam dari pandangan dunia yang sekuler dan rasionalis, serta mengembalikan mereka pada pandangan dunia yang holistik dan integral, sebagaimana diajarkan oleh Islam.

Pendidikan sebagai Kunci De-Westernisasi

Salah satu fokus utama Al-Attas dalam proyek de-westernisasi adalah pendidikan. Ia berpendapat bahwa pendidikan adalah alat yang sangat penting untuk membentuk kembali cara berpikir dan pandangan dunia umat Islam. Oleh karena itu, ia mengajukan konsep Islamisasi ilmu pengetahuan sebagai langkah utama dalam proses de-westernisasi. Islamisasi ilmu pengetahuan adalah upaya untuk menyaring pengetahuan-pengetahuan yang berasal dari Barat, agar sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Al-Attas mengkritik sistem pendidikan modern yang didasarkan pada model Barat, yang menurutnya hanya menekankan pada aspek-aspek materialistik dan sekuler dari kehidupan. Dalam sistem ini, ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang netral, terpisah dari nilai-nilai moral dan spiritual. Bagi Al-Attas, pandangan ini sangat berbahaya karena akan menghasilkan generasi Muslim yang terasing dari akar-akar spiritual dan intelektual mereka sendiri. Sebaliknya, ia menyerukan agar pendidikan di dunia Islam didasarkan pada pandangan dunia Islam, di mana ilmu pengetahuan dilihat sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memahami realitas secara lebih mendalam.

Kritik terhadap Modernitas Barat

Dalam Konteks de-westernisasi, Al-Attas juga sangat kritis terhadap modernitas Barat. Ia melihat modernitas sebagai fenomena yang sangat terkait dengan proses sekularisasi, materialisme, dan pemujaan terhadap sains dan teknologi. Menurutnya, modernitas telah menciptakan krisis spiritual di dunia Barat, yang kemudian menular ke dunia Islam melalui kolonialisasi dan globalisasi. Umat Islam, dalam pandangannya, tidak seharusnya mengadopsi modernitas Barat secara mentah-mentah, karena hal itu hanya akan memperdalam krisis yang sudah ada.

Namun, Al-Attas tidak menolak seluruh aspek modernitas. Ia menyadari bahwa ada elemen-elemen positif dalam modernitas, seperti kemajuan dalam sains dan teknologi, yang dapat dimanfaatkan oleh umat Islam. Namun, ia menekankan bahwa modernitas harus disaring melalui lensa Islam, sehingga umat Islam dapat mengambil manfaat dari kemajuan-kemajuan tersebut tanpa harus mengorbankan nilai-nilai dan identitas mereka.

Kesimpulan

De-westernisasi Islam yang diusung oleh Sayyid Naquib Al-Attas adalah sebuah proyek intelektual yang bertujuan untuk membebaskan umat Islam dari pengaruh-pengaruh negatif pemikiran Barat, terutama sekularisme dan rasionalisme. Melalui pendidikan dan Islamisasi ilmu pengetahuan, Al-Attas berharap umat Islam dapat kembali kepada pandangan dunia Islam yang integral dan holistik, di mana agama dan ilmu pengetahuan bekerja bersama untuk membimbing manusia menuju kebenaran. Pemikiran Al-Attas memberikan kontribusi yang sangat penting dalam upaya membangun kembali peradaban Islam yang kuat dan mandiri di tengah-tengah dominasi budaya Barat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun