---
Buku "Aneka Pandangan Fenomena Politik: Golput" dengan penyunting dan kata pengantar oleh Arbi Sanit ini hadir sebagai sebuah karya yang menawarkan analisis mendalam mengenai fenomena politik yang cukup kontroversial di Indonesia, yakni "Golput" atau gerakan tidak memilih dalam pemilu. Dalam dunia demokrasi, Golput sering dianggap sebagai bentuk ketidakpedulian politik, namun bagi sebagian kalangan, gerakan ini justru mencerminkan bentuk kritik yang serius terhadap sistem politik yang ada.
Konteks Sejarah dan Pemikiran
Fenomena Golput di Indonesia sudah muncul sejak masa Orde Baru, terutama ketika banyak pihak merasa pemilu hanyalah formalitas belaka dan pilihan yang tersedia tidak mampu mewakili aspirasi masyarakat luas. Di masa itu, kondisi politik berada di bawah kontrol ketat rezim Soeharto, di mana partai-partai politik hanya menjadi alat negara dan bukan wahana demokrasi yang sehat. Dalam konteks ini, Golput hadir sebagai bentuk perlawanan non-aktif terhadap sistem yang dianggap korup dan otoritarian.
Arbi Sanit dalam buku ini menyoroti berbagai alasan mengapa seseorang memilih untuk Golput. Beberapa alasan utamanya adalah kekecewaan terhadap partai politik yang tidak memiliki visi yang jelas untuk perubahan, ketiadaan calon pemimpin yang dianggap layak, serta sistem politik yang tidak inklusif dan kurang transparan. Dalam sudut pandang ini, Golput bukan sekadar sikap apatis, melainkan bentuk perlawanan politik yang lebih dalam.
Keberagaman Perspektif
Salah satu keunggulan buku ini adalah pengumpulan berbagai pandangan dari tokoh-tokoh politik, akademisi, dan aktivis mengenai fenomena Golput. Dalam setiap tulisan yang dimuat, kita bisa melihat ragam perspektif yang berbeda-beda mengenai mengapa masyarakat memutuskan untuk tidak menggunakan hak pilihnya. Arbi Sanit dengan cermat memilih esai-esai yang mewakili berbagai pandangan politik yang luas, dari mereka yang menganggap Golput sebagai ancaman demokrasi hingga yang melihatnya sebagai hak politik yang sah dan valid dalam suatu sistem demokrasi.
Di dalam resensi ini, penting juga untuk menyoroti bahwa banyak penulis dalam buku ini menggarisbawahi bahwa gerakan Golput, meskipun sering dilihat sebagai problematik dalam demokrasi, tetap mencerminkan kekecewaan mendalam masyarakat terhadap janji-janji politik yang tidak kunjung terealisasi. Pada akhirnya, ini mengingatkan kita akan pentingnya reformasi politik yang lebih substansial, di mana rakyat merasa bahwa suara mereka benar-benar berharga.
Kritik Terhadap Sistem Politik
Buku ini juga secara tidak langsung menjadi kritik terhadap partai-partai politik di Indonesia. Arbi Sanit dengan elegan menyampaikan bahwa Golput mencerminkan kegagalan partai-partai dalam memahami dan merespon keinginan rakyat. Sejumlah partai politik hanya berkutat pada persoalan elektabilitas dan kekuasaan, tetapi gagal menyentuh substansi masalah sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat. Dalam beberapa tulisan, disinggung bagaimana politik transaksional dan oligarki semakin memperburuk citra partai-partai di mata masyarakat.
Tulisan-tulisan dalam buku ini juga tidak lepas dari sentuhan akademik yang kuat, yang mencerminkan kedalaman analisis politik Arbi Sanit. Ia secara konsisten menyoroti bagaimana elite politik Indonesia gagal memahami bahwa partisipasi politik tidak sebatas memilih dalam pemilu, tetapi juga mencakup bagaimana partai politik menyerap dan menyalurkan aspirasi rakyat.
Relevansi di Era Reformasi
Meskipun buku ini ditulis dalam konteks masa Orde Baru, isinya tetap relevan di era Reformasi. Demokrasi pasca-Reformasi di Indonesia memang telah banyak mengalami perubahan, namun beberapa problem utama seperti korupsi, politik uang, dan keterbatasan pilihan politik masih menjadi isu besar yang belum terselesaikan. Dalam konteks ini, gerakan Golput bisa saja terus eksis dan bahkan berkembang jika partai-partai politik dan sistem pemilu tidak berbenah secara mendasar.
Golput di masa kini mungkin berbeda dalam motivasinya dibandingkan di masa lalu, namun esensi dari gerakan ini tetap menunjukkan kekecewaan terhadap sistem politik yang belum ideal. Buku ini mengingatkan kita bahwa Golput bukan sekadar gerakan antusias politik, tetapi cerminan dari krisis kepercayaan yang dialami masyarakat terhadap lembaga-lembaga politik.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, buku "Aneka Pandangan Fenomena Politik: Golput" adalah bacaan penting bagi siapa saja yang ingin memahami lebih dalam fenomena Golput dalam konteks politik Indonesia. Arbi Sanit berhasil menghadirkan berbagai perspektif yang tajam dan kritis tentang mengapa masyarakat memilih untuk tidak memilih. Buku ini tidak hanya memberikan gambaran mengenai Golput sebagai fenomena politik, tetapi juga membuka ruang diskusi yang lebih luas tentang bagaimana sistem politik Indonesia perlu terus diperbaiki agar dapat memenuhi harapan rakyat.
Bagi kalangan akademisi, aktivis, dan politisi, buku ini bisa menjadi bahan refleksi penting dalam upaya memahami fenomena politik Indonesia dari sudut pandang yang berbeda. Dan bagi masyarakat umum, buku ini menawarkan pandangan bahwa dalam sebuah demokrasi, semua pilihan---termasuk pilihan untuk tidak memilih---adalah bentuk hak politik yang sah dan harus dihargai.
Sebagai penutup, "Aneka Pandangan Fenomena Politik: Golput" adalah sebuah pengingat bahwa demokrasi sejati bukan hanya tentang berpartisipasi dalam pemilu, tetapi juga tentang membangun sistem politik yang benar-benar inklusif, transparan, dan berpihak kepada rakyat.
---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H