Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ali Syari'ati: Manusia Theomorfis

11 September 2024   03:52 Diperbarui: 11 September 2024   03:52 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.merdeka.com/dunia/ali-syariati-akhir-tragis-sang-pemikir.html

Ali Syari'ati adalah salah satu pemikir besar dunia Islam yang gagasannya tentang manusia telah banyak memberikan pengaruh signifikan terhadap berbagai gerakan intelektual dan politik, terutama di dunia Muslim. Syari'ati, yang lahir di Iran pada tahun 1933, dikenal sebagai seorang intelektual revolusioner yang mencoba menggabungkan Islam dengan pemikiran sosial modern. Dalam pandangannya, manusia bukan hanya makhluk biologis, melainkan makhluk "theomorfis" -- istilah yang digunakannya untuk menjelaskan hakikat manusia sebagai ciptaan yang mencerminkan sifat-sifat ketuhanan.

Pemikiran ini didasarkan pada keyakinan Syari'ati bahwa manusia memiliki potensi spiritual yang tinggi, dan bahwa manusia dapat, serta harus, berupaya mencerminkan sifat-sifat Tuhan dalam hidupnya. Konsep manusia theomorfis ini berakar pada pemahaman bahwa manusia, sebagai ciptaan Tuhan, membawa aspek-aspek ilahi dalam jiwanya. Oleh karena itu, tugas utama manusia adalah mencapai kedekatan dengan Tuhan melalui tindakan dan perilakunya di dunia.

Manusia: Makhluk Yang Diciptakan Dengan Potensi Ketuhanan

Syari'ati memahami manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan dengan kapasitas untuk bertindak sebagai wakil-Nya di dunia. Konsep "khalifah" atau wakil Tuhan di bumi dalam Islam adalah landasan dari pandangan ini. Bagi Syari'ati, manusia tidak hanya dilihat sebagai makhluk yang tunduk kepada Tuhan, tetapi juga sebagai individu yang diberi potensi untuk menegakkan nilai-nilai ketuhanan seperti keadilan, cinta, dan kebenaran.

Dengan pemahaman ini, manusia memiliki peran aktif dalam membentuk dunia yang lebih baik. Syari'ati menekankan bahwa manusia harus melampaui sifat-sifat duniawinya dan berupaya untuk mengaktualisasikan nilai-nilai ilahi yang ada dalam dirinya. Proses ini bukan hanya bersifat personal, tetapi juga sosial, di mana manusia harus berperan dalam menciptakan masyarakat yang adil dan berlandaskan pada nilai-nilai ketuhanan.

Dalam perspektif ini, Syari'ati mengkritik pandangan dunia sekuler yang mengabaikan aspek spiritual manusia dan memandang manusia hanya sebagai makhluk material atau ekonomis. Ia menilai bahwa pendekatan yang hanya menitikberatkan pada aspek fisik dan material dari manusia akan menyebabkan keterasingan, penderitaan, dan ketidakadilan sosial. Sebaliknya, pendekatan yang menekankan potensi spiritual manusia dapat menghasilkan transformasi sosial yang lebih adil dan bermakna.

Manusia Theomorfis: Perpaduan Antara Tuhan dan Manusia

Istilah "theomorfis" yang digunakan Syari'ati merujuk pada gagasan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mencerminkan sifat-sifat ketuhanan dalam dirinya. Ini adalah aspek penting dari teologi Islam, di mana manusia diciptakan menurut "fitrah" atau sifat dasar yang suci, yang mencerminkan Tuhan. Dalam konteks ini, manusia memiliki dua potensi: potensi untuk menjadi "tanah" atau makhluk yang terjebak dalam hal-hal material dan duniawi, dan potensi untuk menjadi "ruh" atau makhluk spiritual yang terhubung dengan Tuhan.

Syari'ati melihat bahwa konflik utama dalam diri manusia adalah antara dua aspek ini -- antara kecenderungan material dan spiritualnya. Manusia terus-menerus berjuang untuk menyeimbangkan dua kekuatan ini dalam hidupnya. Dengan berpegang pada nilai-nilai ketuhanan, manusia dapat mencapai keseimbangan yang tepat, di mana aspek spiritualnya mengarahkan kehidupannya yang material.

Syari'ati juga menegaskan bahwa peran manusia sebagai makhluk theomorfis adalah untuk menegakkan keadilan di dunia. Tuhan, dalam pandangan Islam, adalah sumber dari segala keadilan, dan manusia, sebagai wakil Tuhan di bumi, memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa nilai-nilai keadilan tersebut diwujudkan dalam kehidupan sosial dan politik. Ini bukanlah tugas yang mudah, tetapi Syari'ati percaya bahwa manusia memiliki kemampuan untuk melakukannya jika mereka menyadari potensi spiritualnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun