Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Betty Friedan: Mistik Feminin

15 Agustus 2024   05:36 Diperbarui: 15 Agustus 2024   09:17 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Warisan dan Pengaruh *The Feminine Mystique*

*The Feminine Mystique* menjadi salah satu karya yang paling penting dalam sejarah feminisme, menginspirasi ribuan perempuan untuk menuntut hak yang setara di berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan politik. 

Buku ini memicu gelombang kedua feminisme, yang berfokus pada isu-isu seperti hak reproduksi, kesetaraan upah, dan penghapusan diskriminasi gender di tempat kerja.

Betty Friedan melalui karyanya, berhasil mengartikulasikan ketidakpuasan yang dirasakan oleh banyak perempuan dan memberikan bahasa untuk menyuarakan perasaan mereka yang selama ini terpendam. Ia juga membantu membuka jalan bagi perdebatan dan perubahan sosial yang signifikan terkait peran perempuan dalam masyarakat modern. 

Meskipun ada kritik terhadap beberapa pandangan Friedan, terutama dari kalangan feminis kulit hitam dan feminis radikal yang merasa bahwa *The Feminine Mystique* terlalu fokus pada pengalaman perempuan kulit putih kelas menengah, kontribusi Friedan terhadap gerakan feminisme tidak dapat disangkal.

Kesimpulan

Mistik feminin, seperti yang diuraikan oleh Betty Friedan dalam *The Feminine Mystique*, adalah sebuah konsep yang menggambarkan bagaimana peran domestik yang dipaksakan kepada perempuan telah menjadi sumber ketidakbahagiaan dan ketidakpuasan bagi banyak perempuan. 

Karya Friedan menjadi pilar penting dalam sejarah feminisme, menantang pandangan tradisional tentang peran perempuan dan membuka jalan bagi perubahan sosial yang lebih luas. 

*The Feminine Mystique* tidak hanya mengubah cara perempuan melihat diri mereka sendiri, tetapi juga menginspirasi generasi berikutnya untuk terus memperjuangkan kesetaraan gender.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun