Generalisasi terjadi saat seseorang mengambil satu atau beberapa pengalaman dan menganggapnya berlaku untuk semua situasi.
Dilansir dari penelitian perilaku manusia, ini adalah mekanisme bertahan hidup otak untuk menyederhanakan dunia yang kompleks. Namun, dalam kehidupan sosial, generalisasi bisa berbahaya.
Contoh umum adalah pernyataan seperti "Orang kaya itu sombong" atau "Anak muda zaman sekarang malas."Â
Mengutip dari studi psikologi sosial, generalisasi seperti ini sering kali mengabaikan perbedaan individu dan memperkuat stereotip yang tidak selalu benar.
Beberapa dekade lalu, generalisasi juga terjadi, tetapi dengan cara berbeda. Dari berbagai penelitian sejarah budaya, media tradisional seperti televisi dan surat kabar lebih mengontrol narasi yang beredar.Â
Sekarang, dengan media sosial yang memungkinkan siapa saja berbicara, generalisasi menyebar lebih cepat dan luas.
Sadari dan Perbaiki!
Delesi, distorsi, dan generalisasi adalah bagian alami dari cara kita memproses informasi. Namun, jika dibiarkan, ini bisa memperburuk komunikasi dan memperkuat kesalahpahaman.Â
Menurut teori NLP, memahami pola ini membantu kita lebih berhati-hati dalam menyaring informasi, bertanya lebih dalam, dan tidak langsung mengambil kesimpulan.
Di zaman sekarang, di mana informasi bergerak lebih cepat dari sebelumnya, penting untuk melatih diri agar tidak terjebak dalam kesalahan berpikir yang sering terjadi.Â
Karena pada akhirnya, komunikasi efektif di era digital akan membantu kita membangun hubungan yang lebih baik dan mengurangi kesalahpahaman dalam komunikasi.