Mengutip dari teori NLP, delesi membuat pesan kurang jelas dan sering kali menimbulkan kesalahpahaman dalam komunikasi.
Beberapa dekade lalu, komunikasi lebih banyak dilakukan secara tatap muka.Â
Dikutip dari berbagai sumber tentang studi komunikasi interpersonal, interaksi langsung lebih jarang mengalami delesi karena ada ekspresi wajah dan nada suara yang memberikan konteks tambahan.Â
Sekarang, dengan dominasi teks dan emoji, kita sering kali kehilangan konteks tersebut.
2. Distorsi: Fakta yang Berubah di Kepala Kita
Distorsi terjadi saat seseorang menafsirkan sesuatu secara keliru atau membangun asumsi tanpa bukti. Di dunia modern, hal ini semakin sering terjadi karena arus informasi yang cepat dan tidak selalu akurat.
Mengutip dari kajian psikologi kognitif, manusia sering kali mengisi kekosongan informasi dengan dugaan mereka sendiri.Â
Misalnya, jika seseorang tidak membalas pesan dalam waktu lama, kita bisa langsung berpikir "dia pasti marah" atau "dia sengaja mengabaikan aku." Padahal, bisa saja dia hanya sibuk atau ponselnya kehabisan baterai.
Dulu, sebelum era digital, orang lebih banyak berkomunikasi langsung. Tanpa pesan instan, orang lebih sabar menunggu balasan dan tidak langsung menyimpulkan sesuatu secara negatif.Â
Namun sekarang, dengan ekspektasi respons cepat, distorsi semakin sering terjadi.
3. Generalisasi: Semua Itu Sama Saja!