"Lihat tuh," bisik Mpok Jumi kepada Kusnad. "Katanya makan serangga, tapi steak mahal yang dimakan."
"Mungkin serbuk jangkriknya impor, Mpok," jawab Kusnad sambil tersenyum kecut.
Tak mau tinggal diam, warga merencanakan aksi protes.Â
"Kita tantang mereka makan serangga langsung dari alam, tanpa diolah!" usul Wagyuman.
"Setuju! Biar mereka rasain gimana makan belalang mentah," tambah Pak Sampan.
Malam itu, poster-poster protes disebar: "Uji Nyali Pejabat: Makan Serangga Hidup di Alun-Alun!"
Keesokan harinya, alun-alun penuh sesak. Rakyat berkumpul menunggu para pejabat. Anak-anak membawa spanduk bertuliskan, "Kami Sudah Makan, Giliran Kalian!"
Raja Baruaja Semeja dan rombongannya tiba dengan wajah tegang.Â
Di depan mereka, meja panjang penuh dengan wadah berisi serangga hidup: belalang, jangkrik, ulat, bahkan kecoa.
"Silakan, Tuanku," kata Mpok Jumi dengan senyum lebar. "Ini menu spesial hari ini."
Datuk Peres menelan ludah. "Ehm, mungkin kita bisa mulai dengan yang sudah dimasak?"