Gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang akan segera dilaksanakan kembali menjadi sorotan dunia.Â
Konflik yang terus berulang ini telah menghasilkan banyak perjanjian gencatan senjata sepanjang sejarah, meskipun perdamaian permanen masih tampak jauh dari jangkauan.Â
Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa peristiwa penting gencatan senjata, penyebab konflik berkepanjangan, dan prospek keberhasilan gencatan yang baru.
Sejarah Gencatan Senjata Israel dan Hamas
Gencatan senjata pertama antara Israel dan Hamas terjadi setelah perang Gaza pada tahun 2008-2009.Â
Dilansir dari The Guardian, perjanjian tersebut difasilitasi oleh Mesir, namun hanya bertahan beberapa bulan sebelum kembali pecah akibat serangan roket dan serangan udara balasan.
Ini merupakan beberapa gencatan senjata yang pernah terjadi di antara mereka:
Gencatan Senjata 2012: Difasilitasi oleh Mesir setelah eskalasi konflik selama delapan hari. Mengutip dari Al Jazeera, perjanjian ini bertahan relatif lebih lama dibandingkan sebelumnya, meskipun insiden sporadis tetap terjadi.
Gencatan Senjata 2014: Perjanjian ini muncul setelah perang 50 hari yang menyebabkan ribuan korban jiwa. Laporan dari BBC menunjukkan bahwa meskipun perjanjian ini mengurangi intensitas konflik, blokade Gaza tetap menjadi masalah utama.
Gencatan Senjata 2021: Difasilitasi oleh Mesir setelah konflik selama 11 hari yang menewaskan ratusan warga sipil. The New York Times mencatat bahwa situasi tetap tegang karena pelanggaran di Masjid Al-Aqsa.
Gencatan Senjata 2023: Perjanjian ini datang setelah pertempuran singkat yang menyebabkan kerugian besar di Gaza. Mengutip dari Reuters, kesepakatan ini juga difasilitasi oleh Mesir dan Qatar.
Gencatan Senjata 2024: Dilansir dari Reuters, perjanjian ini mencakup komitmen untuk mengurangi blokade di Gaza dan penghentian serangan roket oleh Hamas. Namun, keberhasilannya masih harus diuji.
Gencatan Senjata Terbaru 2025: Pada 19 Januari 2025, sebuah perjanjian gencatan senjata baru diumumkan setelah meningkatnya kekerasan yang menyebabkan ratusan korban jiwa. Â
Dilansir dari Al Jazeera, kesepakatan ini kembali difasilitasi oleh Qatar dan Mesir, dengan fokus pada penghentian serangan udara dan roket, serta komitmen untuk membuka akses kemanusiaan di Gaza.
Pelanggaran Perjanjian: Siapa yang Paling Sering Melanggar?
Pelanggaran sering terjadi dari kedua belah pihak, namun menurut laporan dari Human Rights Watch, Israel lebih sering melanggar perjanjian dengan serangan udara yang menargetkan infrastruktur di Gaza, bahkan setelah perjanjian gencatan senjata diumumkan.Â
Di sisi lain, Amnesty International mencatat bahwa Hamas juga pernah meluncurkan roket ke wilayah Israel, sering kali tanpa pandang bulu, sehingga menimbulkan korban sipil.
Misalnya, setelah gencatan senjata tahun 2021, The New York Times melaporkan bahwa Israel melanjutkan serangan udara dengan alasan menargetkan fasilitas militan.
Sementara Hamas menuduh Israel memprovokasi melalui serangan di kompleks Masjid Al-Aqsa. Situasi ini menunjukkan kurangnya penghormatan terhadap perjanjian dari kedua belah pihak.
Penyebab Konflik Terus Terjadi
Ada beberapa alasan mengapa konflik Israel dan Hamas sulit untuk dihentikan secara permanen:
Pendudukan dan Blokade: Israel terus memperluas wilayah permukiman di Tepi Barat, sementara blokade di Gaza membatasi akses penduduk terhadap kebutuhan dasar. Dilansir dari Human Rights Watch, kondisi ini menciptakan frustrasi yang meluas di kalangan warga Palestina.
Ketegangan Agama dan Politik: Tempat-tempat suci seperti Masjid Al-Aqsa sering menjadi pusat perselisihan, terutama ketika dianggap terancam oleh tindakan Israel. Hal ini memperburuk ketegangan antara kedua pihak.
Kegagalan Diplomasi Internasional: Mengutip dari The New York Times, upaya mediasi sering gagal karena kurangnya kepercayaan di antara kedua pihak. Hamas tidak diakui oleh banyak negara Barat, sementara kebijakan Israel sering dianggap terlalu represif oleh negara-negara Muslim.
Harapan dan Tantangan Gencatan Senjata Terbaru
Gencatan senjata terbaru yang diumumkan pada 19 Januari 2025 difasilitasi oleh Qatar dan Mesir.Â
Mengutip dari Al Jazeera, perjanjian ini mencakup pengurangan blokade di Gaza, pembukaan jalur bantuan kemanusiaan, dan penghentian serangan dari kedua belah pihak. Namun, keberhasilan perjanjian ini masih diragukan.
Jaminan keberhasilan gencatan senjata sangat bergantung pada beberapa faktor:
Komitmen Internasional: Dukungan aktif dari masyarakat internasional, termasuk PBB dan negara-negara besar, diperlukan untuk memastikan implementasi perjanjian.
Penguatan Ekonomi Gaza: Menciptakan stabilitas ekonomi di Gaza dapat mengurangi ketergantungan pada kelompok militan. Dilansir dari Brookings Institution, investasi internasional dan pengurangan blokade adalah langkah penting untuk mencapai hal ini.
Dialog Berkelanjutan: Upaya dialog antara pemerintah Israel dan otoritas Palestina harus dilanjutkan untuk membahas solusi dua negara, yang selama ini dianggap sebagai jalan keluar terbaik.
Meskipun gencatan senjata memberikan jeda sementara dari kekerasan, sejarah menunjukkan bahwa tanpa mengatasi akar penyebab konflik, perdamaian tidak akan bertahan lama.Â
Dengan komitmen internasional, peningkatan kondisi ekonomi, dan dialog yang tulus, harapan untuk perdamaian di Palestina mungkin tetap hidup.Â
Seperti dikutip dari The Washington Post, "Perdamaian tidak hanya membutuhkan senjata yang diam, tetapi juga keadilan yang ditegakkan."
Akankah perjanjian gencatan senjata Israel dan Hamas kali ini benar-benar membawa perdamaian di bumi Palestina? Kita doakan saja.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI