Pendudukan dan Blokade: Israel terus memperluas wilayah permukiman di Tepi Barat, sementara blokade di Gaza membatasi akses penduduk terhadap kebutuhan dasar. Dilansir dari Human Rights Watch, kondisi ini menciptakan frustrasi yang meluas di kalangan warga Palestina.
Ketegangan Agama dan Politik: Tempat-tempat suci seperti Masjid Al-Aqsa sering menjadi pusat perselisihan, terutama ketika dianggap terancam oleh tindakan Israel. Hal ini memperburuk ketegangan antara kedua pihak.
Kegagalan Diplomasi Internasional: Mengutip dari The New York Times, upaya mediasi sering gagal karena kurangnya kepercayaan di antara kedua pihak. Hamas tidak diakui oleh banyak negara Barat, sementara kebijakan Israel sering dianggap terlalu represif oleh negara-negara Muslim.
Harapan dan Tantangan Gencatan Senjata Terbaru
Gencatan senjata terbaru yang diumumkan pada 19 Januari 2025 difasilitasi oleh Qatar dan Mesir.Â
Mengutip dari Al Jazeera, perjanjian ini mencakup pengurangan blokade di Gaza, pembukaan jalur bantuan kemanusiaan, dan penghentian serangan dari kedua belah pihak. Namun, keberhasilan perjanjian ini masih diragukan.
Jaminan keberhasilan gencatan senjata sangat bergantung pada beberapa faktor:
Komitmen Internasional: Dukungan aktif dari masyarakat internasional, termasuk PBB dan negara-negara besar, diperlukan untuk memastikan implementasi perjanjian.
Penguatan Ekonomi Gaza: Menciptakan stabilitas ekonomi di Gaza dapat mengurangi ketergantungan pada kelompok militan. Dilansir dari Brookings Institution, investasi internasional dan pengurangan blokade adalah langkah penting untuk mencapai hal ini.
Dialog Berkelanjutan: Upaya dialog antara pemerintah Israel dan otoritas Palestina harus dilanjutkan untuk membahas solusi dua negara, yang selama ini dianggap sebagai jalan keluar terbaik.
Meskipun gencatan senjata memberikan jeda sementara dari kekerasan, sejarah menunjukkan bahwa tanpa mengatasi akar penyebab konflik, perdamaian tidak akan bertahan lama.Â