Dan begitulah, Negeri Tembokto kembali menjadi cermin retak dari realitas yang sulit dipahami. Di negeri ini, tambal ban lebih banyak tantangannya dibanding tambal kasus. Tapi siapa tahu, di tangan Wagyuman, tambal ban bisa jadi awal revolusi moral yang tak terduga.***
Catatan: Artikel ini hanyalah fiksi satire belaka. Kalau mirip kenyataan, ya memang kenyataan kita suka terlalu lucu untuk jadi nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H