Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Freelancer - Author, Freelance Script Writer, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Serial Parodi Kehidupan: Sandiwara Hukum di Negeri Tembokto

5 Januari 2025   08:23 Diperbarui: 5 Januari 2025   08:23 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sandiwara Hukum di Negeri Tembokto, Photo by KATRIN  BOLOVTSOVA:pexels.com

"Maju dalam teknologi, mundur dalam moral," jawab Kusnad serius.

Sementara itu, di panggung besar hukum Negeri Tembokto, persidangan Harvindo Moasis berubah menjadi drama komedi. 

Hakim, yang tampak bingung antara membaca vonis atau menghadiri seminar luar kota, akhirnya menjatuhkan hukuman berupa "pengabdian sosial." Harvindo hanya perlu membagikan donat gratis di kampung-kampung selama seminggu.

Dan seketika beritanya viral di media sosial, media yang kini harusnya dibenci para wartawan karena selalu lebih cepat daripada gerakan mereka dalam menghasilkan berita resmi.

Para warga militan negeri Tembokto yang tinggal di kota Atrakaj itu pun masih kongkow di warung Wira. Bagi mereka mau nongrong ataupun kerja, hasilnya akan tetap sama. Jadi ya mendingan mereka sering nongkrong saja berjam-jam dan berhari-hari.

"Donat doang? Seriusan?" Wagyuman hampir tersedak kopi mendengar berita itu dari radio di warung Wira.

Mpok Jumi tak tahan lagi dan melempar gorengan ke udara saking kesalnya. 

"Kalau gitu, besok saya mau jadi pengusaha besar aja. Kalau kena kasus, hukumannya cukup bagi nasi uduk gratis!"

Wira mengangguk sambil tersenyum sinis. "Di Tembokto, semuanya mungkin, Mpok. Asal punya koneksi dan modal. Kalau kita mah, apalah daya. Jangan-jangan tambal ban sama jual nasi uduk juga bakal kena pajak tambahan."

Malam itu, di depan warung kopi Wira, Wagyuman membuat pengumuman. "Saya nggak peduli mau dibilang apa, tapi saya akan tetap vokal. Hukum itu harus adil, bukan buat dagelan! Kalau perlu, kita bikin gerakan tambal moral, biar Tembokto ini nggak bolong terus!"

Mpok Jumi tertawa sambil mengelap tangannya yang penuh minyak. "Tambal moral? Jangan-jangan nanti malah dianggap usaha ilegal lagi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun