Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Freelancer - Author, Freelance Script Writer, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyuarakan Keresahan Lewat Cerita: Pentingnya Film dan Sastra Sebagai Media Kritik Sosial

4 Januari 2025   14:29 Diperbarui: 4 Januari 2025   14:29 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pentingnya Film dan Sastra Sebagai Media Kritik Sosial, Photo by Ivan Samkov: pexels.com

Dalam dunia yang semakin kompleks, film dan sastra memiliki peran yang tak tergantikan sebagai media untuk menyuarakan keresahan masyarakat. 

Film dan sastra menjadi cermin sosial yang memproyeksikan berbagai persoalan, mulai dari ketidakadilan, kemiskinan, hingga isu-isu lingkungan. 

Dengan cara yang halus namun kuat, karya-karya kreatif ini mampu menggugah kesadaran kolektif dan mendorong perubahan.

Film Sebagai Media Kritik Sosial

Film adalah salah satu media paling efektif untuk menyampaikan pesan sosial. Melalui narasi visual yang emosional, penonton dapat memahami isu yang diangkat tanpa merasa sedang digurui. 

Misalnya, film Parasite karya Bong Joon-ho berhasil menggambarkan ketimpangan sosial di Korea Selatan dengan cara yang brilian dan menyentuh. 

Film ini tidak hanya mendapat pengakuan internasional, tetapi juga memicu diskusi global tentang kesenjangan ekonomi.

Di Indonesia, film seperti Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak karya Mouly Surya menghadirkan perspektif tentang perempuan dan kekerasan di pedesaan. 

Film ini, seperti dikutip dari The Guardian, "membangkitkan diskusi tentang patriarki yang masih mengakar di masyarakat Asia."

Dengan karya semacam ini, film menjadi medium yang mampu menyuarakan keresahan yang sering kali terpinggirkan.

Sastra sebagai Suara Kaum Marjinal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun