Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Freelancer - Author, Freelance Script Writer, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Serial Parodi Kehidupan: Tembokto dan Pajak Senyum

31 Desember 2024   07:06 Diperbarui: 31 Desember 2024   08:26 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Serial Parodi Kehidupan: Tembokto dan Pajak Senyum, Photo by Heber  Vazquez: pexels.com

Namun, seperti kata pepatah, di mana ada tekanan, di situ ada ide kreatif, Wagyuman mulai berpikir keras bagaimana cara mengakali kebijakan absurd ini. 

Setelah dua malam tidak bisa tidur, akhirnya dia punya ide brilian: menjual masker penutup wajah! 

Dengan masker ini, ekspresi wajah bisa disembunyikan, dan siapa pun tidak perlu khawatir ketahuan senyum. "Top banget ide saya! Sekali ini pasti laris," pikirnya penuh semangat.

Benar saja, keesokan harinya, lapak tambal ban  Wagyuman berubah fungsi menjadi toko masker. 

Dia menawarkan masker-masker dengan berbagai motif: mulai dari wajah marah, netral, hingga wajah badut. 

Para warga yang sudah muak dengan pajak senyum langsung menyerbu. "Pak, ada stok masker muka seram? Biar nggak ada yang berani minta senyum!" tanya seorang ibu-ibu dengan penuh harap.

Bisnis masker ini berkembang pesat. Bahkan, ada seorang pengusaha kaya yang memesan masker dengan motif senyum palsu khusus. 

"Ini biar saya tetap kelihatan bahagia di depan klien, tapi nggak perlu bayar pajak," katanya sambil tertawa, meski suara tawanya agak palsu.

Namun, kesuksesan mendadak Wagyuman ternyata mengundang perhatian aparat pemerintah. Pak Rete, yang selama ini dianggap antek pemerintah, melaporkan aktivitas mencurigakan di lapak tambal ban tersebut. 

"Ada yang nggak beres! Ini seperti bentuk protes terselubung terhadap kebijakan negara," lapor Pak Rete kepada petugas pajak setempat.

Tak lama kemudian, datanglah rombongan petugas dengan seragam lengkap. Mereka mengepung lapak  Wagyuman seperti hendak menangkap buronan kelas kakap. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun