Hal penting yang memulai kesuksesan industri filmnya sebenarnya berasal dari masa kemerosotan ekonomi di kala itu.Â
Depresi Besar yang terjadi setelah jatuhnya pasar saham tahun 1929 mengubah Hollywood menjadi pusat kekuatan.Â
Nah, bukan untuk mendiskreditkan film-film tahun dua puluhan yang bergemuruh, yang dapat dikatakan sebagai bagian dari Zaman Keemasan Hollywood, begitu Depresi Besar dimulai, mayoritas orang Amerika beralih ke bioskop sebagai bentuk pelarian mereka.
Kondisi itu terjadi karena harga tiket film sering kali jauh lebih murah daripada tiket pertunjukan teater dan konser.Â
Bahkan menurut history.com , hingga 80 juta orang Amerika pergi ke bioskop setiap minggu selama masa tersebut.
Tahun 1939 menjadi saksi peluncuran beberapa film terbesar dalam sejarah perfilman dunia dan Hollywood pada khususnya.Â
Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi film berwarna, film-film seperti The Wizard of Oz, Gone with the Wind, Mr. Smith Goes to Washington, dan The Hunchback of Notre Dame telah berhasil memukau dan memikat penonton.
Secara historis, lebih banyak film dibuat pada tahun 1920-an dan 1930-an dibandingkan dekade lainnya. Bahkan jika dibandingkan dengan film-film besar yang dirilis saat ini, ratusan film lebih banyak dibuat dan dirilis pada tahun 1930-an. Film-film bergenre populer, terutama film koboi, film gangster dan kriminal, serta musikal.
Hingga kemudian zaman Keemasan Hollywood mulai goyah pada tahun 1948 dan berakhir sepenuhnya pada tahun 1960-an.
Dan yang perlu diketahui bersama, sebagian besar Hollywood pada tahun 1930-an hingga akhir Zaman Keemasan dikuasai oleh lima studio, Metro Goldwyn Mayer (MGM), RKO, 20th Century Fox, Warner Bros., dan Paramount Pictures.Â
Yang membedakan dari kelimanya dengan studio-studio kecil lainnya seperti Universal, United Artists, dan Columbia adalah kenyataan bahwa kelima studio besar tersebut memiliki seluruh jaringan distribusinya yakni bioskop.Â