Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Freelancer - Author, Freelance Script Writer, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Viral: Bakso Mokbang Pancoran, Cocok Untuk yang Doyan Mukbang

30 November 2024   16:37 Diperbarui: 30 November 2024   21:09 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi Dimas Jayadinekat

Awalnya penasaran dan akhirnya mencoba mukbang, maka saya pun mengikuti pengikut tiktok Bakso Mokbang Pancoran yang belakangan ini viral dan menjadi fyp (For Your Page. Atau halaman rekomendasi atau halaman awal pada TikTok yang bisa langsung dilihat pengguna saat membuka aplikasi medsos tersebut, pen).

Kesan sekilas, sebelum video yang fyp itu habis, adalah fenomena Mukbang yang tren dan identik dengan memakan dengan porsi besar.

Sebagai penggemar bakso, maka ketika ditawari konsep mukbang ini, akhirnya siang tadi saya bersama keluarga pergi mendatangi warung bakso mokbang Pancoran ini.

Sebelum membahas tentang makanan dan kondisi saat saya berkunjung, saya ingin sampaikan dulu tentang apa itu mukbang, berdasarkan arti sebenarnya.

Tren mukbang mulai muncul di Indonesia pada tahun 2010-an, ketika tren media sosial dan youtube mulai digandrungi.

Mukbang adalah kegiatan merekam diri sendiri saat makan dan berinteraksi dengan penonton.

Istilah mukbang berasal dari bahasa Korea, yaitu muk yang berarti "makan" dan bang yang berarti "siaran" atau "ruangan".

Mukbang awalnya dianggap tabu di Korea karena masyarakat Korea menganggap orang yang makan sendirian sebagai orang yang kesepian. 

Namun, persepsi ini perlahan berubah seiring dengan perkembangan zaman.

Pada video mukbang, orang yang melakukan mukbang akan berinteraksi dengan penontonnya dengan mengobrol, menjelaskan makanan, dan berkomentar tentang rasa dan tekstur makanan.

Tadinya saya juga ingin seperti itu dan melakukan wawancara dengan pemilik Bakso Mokbang Pancoran, tapi karena sudah mulai pegal mengantri dan juga melihat antriannya yang cukup panjang, semua itu saya tunda.

Fokus saya saat itu hanya merekam suasana, konsep warung dan marketingnya, dan tentu kelayakan rasanya-tentu dengan standar "lidah" tukang jajan saja. 

Bagi yang ingin melihat gambaran lokasi dan video rekamannya semua ada di sini.

Di lihat dari konsep yang ditawarkan sang pemilik, yakni Mukbang, yang kemudian ditulisnya dengan Mokbang dan dijadikan "merek dagang" , ini sangat menarik.

Dari tampilan logo yang dibuatnya kemudian konsep digital marketing menggunakan media sosial terutama tiktok, sangatlah tepat.

Terbukti jajanan jalanan sejuta umat ini pun bukan sekadar viral, tapi juga mengundang infotainment datang meliput.

Warungnya yang semula berada di Jalan Pancoran Barat XI Jakarta Selatan, tak mampu menahan pengunjung yang membludak karena penasaran, lokasi yang berada di dalam gang-meski cukup besar-tak mampu juga menahan rasa keingintahuan netizen.

Secara audiovisual, meski tidak dengan pembuatan video yang "neko-neko", mereka sangat berhasil hingga akhirnya memaksa untuk pindah ke tempat yang lebih besar.

Kekuatan marketing digitalnya adalah dengan menayangkan live setiap hari yang dinyalakan sepanjang warung buka, kecuali jam istirahatnya, biasa di jam 14.00 - 15.00.

Harga seporsinya pun cukup menantang, tidak murahan, tapi juga terjangkau mengingat siapapun boleh mengambil jumlah bakso sebanyak mungkin. Harganya hanya Rp 20.000 dan untuk anak-anak Rp 10.000.

Aturan dari manajemen warungnya adalah, saat mengambil bakso, mangkok tak boleh ditaruh dan ketika bakso yang diletakkan di sana jatuh, maka diminta berhenti.

Bakso yang sudah diambil pun tak boleh dibagikan ke teman atau keluarga lain dan ini bagian terpentingnya, HARUS HABIS!

Jika tidak habis, bersiaplah terkena denda seharga semangkok baksonya, maunya kenyang dan untung malah jadi rugi, kan?

Baksonya tersedia bakso biasa dengan ukuran kecil, sedang dan besar. Kuahnya ada yang rasanya biasa, ada yang super pedas dan disertai topping cabai merah mengambang di sekitarnya. 

Topping baksonya standar, ada mie kuning, mie bihun, tauge dan sawi, kemudian tulang ayam dengan sedikit daging. Serta juga tersedia kondimennya yakni kecap, saus pedas, sambal, cuka, bawang goreng, garam dan bawang putih goreng.

Bagaimana standar rasanya? Jika menurut saya yang awam dan juga istri, berada di kisaran angka 7. Oh ya, bagi yang gemar gurih dan asin, masih bisa mengambil garam namun secukupnya saja, karena kuahnya sudah dibumbui.

Desain interior warung, mungkin karena baru, dan juga baru saja pindah, sepertinya masih dalam tahap pengembangan.

Parkiran untuk pengendara motor cukup luas, mungkin bisa sampai 30an motor. Dan untuk mobil juga bisa, tapi taksiran saya  tadi tidak lebih dari 5 mobil.

Lokasi barunya kini pun mudah diakses, berada di pinggir jalan raya, tepatnya di Jalan Duren Tiga Raya no 9 Pancoran, Jakarta Selatan.

Jika ditanya dan saya jawab dengan jujur, makan mukbang di Bakso Mokbang Pancoran ini memuaskan dan mengenyangkan. Mau coba?***

Dokumentasi pribadi Dimas Jayadinekat
Dokumentasi pribadi Dimas Jayadinekat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun