Tadinya saya juga ingin seperti itu dan melakukan wawancara dengan pemilik Bakso Mokbang Pancoran, tapi karena sudah mulai pegal mengantri dan juga melihat antriannya yang cukup panjang, semua itu saya tunda.
Fokus saya saat itu hanya merekam suasana, konsep warung dan marketingnya, dan tentu kelayakan rasanya-tentu dengan standar "lidah" tukang jajan saja.Â
Bagi yang ingin melihat gambaran lokasi dan video rekamannya semua ada di sini.
Di lihat dari konsep yang ditawarkan sang pemilik, yakni Mukbang, yang kemudian ditulisnya dengan Mokbang dan dijadikan "merek dagang" , ini sangat menarik.
Dari tampilan logo yang dibuatnya kemudian konsep digital marketing menggunakan media sosial terutama tiktok, sangatlah tepat.
Terbukti jajanan jalanan sejuta umat ini pun bukan sekadar viral, tapi juga mengundang infotainment datang meliput.
Warungnya yang semula berada di Jalan Pancoran Barat XI Jakarta Selatan, tak mampu menahan pengunjung yang membludak karena penasaran, lokasi yang berada di dalam gang-meski cukup besar-tak mampu juga menahan rasa keingintahuan netizen.
Secara audiovisual, meski tidak dengan pembuatan video yang "neko-neko", mereka sangat berhasil hingga akhirnya memaksa untuk pindah ke tempat yang lebih besar.
Kekuatan marketing digitalnya adalah dengan menayangkan live setiap hari yang dinyalakan sepanjang warung buka, kecuali jam istirahatnya, biasa di jam 14.00 - 15.00.
Harga seporsinya pun cukup menantang, tidak murahan, tapi juga terjangkau mengingat siapapun boleh mengambil jumlah bakso sebanyak mungkin. Harganya hanya Rp 20.000 dan untuk anak-anak Rp 10.000.
Aturan dari manajemen warungnya adalah, saat mengambil bakso, mangkok tak boleh ditaruh dan ketika bakso yang diletakkan di sana jatuh, maka diminta berhenti.