Lalu di titik tertentu, sebelum klimaks atau mendekati akhir cerita, flashback itu akan jelas dan memaparkan fakta yang selama ini menjadi misteri.
Selain dari apa yang telah dijabarkan tersebut, ada lagi yang dikenal dengan double twist. Yakni twist yang diciptakan dua kali secara beruntun.
Sebuah double twist sukses adalah yang mampu membuat kita berkata "oke, kamu berhasil" lalu kemudian tak menyangka ada kejutan berikutnya, kita baru menyadari bahwa twist pertama sudah disiapkan untuk twist kedua.
Sebagai contoh bisa kita lihat di film Primal Fear karya Gregory Hoblit, yaitu drama hukum tentang melindungi orang yang tidak bersalah.Â
Ceritanya adalah pengacara Martin Vail (Richard Gere) saat ia berusaha membantu putra altar Aaron Stampler (Edward Norton) lolos dari tuduhan pembunuhan.Â
Seluruh cerita didasarkan pada kita yang berempati dengan ketidakbersalahan Stampler sampai akhirnya tidak lagi.Â
Kejutan pertama: di tengah cerita, kita mengetahui bahwa Stampler didiagnosis dengan gangguan kepribadian ganda. Karena itu, kita menduga bahwa Stampler benar-benar membunuh Uskup Agung.
Perubahan kedua: pada akhirnya, kita mengetahui bahwa kepribadian Stampler yang polos hanyalah kepura-puraan; hal itu tidak pernah benar-benar ada. Ia hanyalah rekayasa yang diciptakan oleh Stampler untuk mendapatkan pembelaan gila.
Sehingga rasanya tak salah jika ada ungkapan, kalau saya tertipu sekali, itu salah Anda. Kalau saya tertipu dua kali, itu salah saya. Salut untuk penulis skenario William Diehl yang berhasil membuat cerita yang bagus di film ini.
Sebuah cerita tanpa plot twist rasanya akan terasa hampa, bagaimana dengan cerita yang Anda tulis?***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H