Jakarta bersiap menghadapi banjir yang salah satunya karena Littering Behavior mereka.
Memasuki bulan November hujan mulai datang dan terutama wargaLittering Behavior adalah perilaku seseorang di dalam membuang sampah secara sembarangan, sehingga jelaslah bahwa ini perilaku yang tidak boleh ada dari setiap orang.
Sayangnya, secara fakta, tanpa harus membutuhkan riset atau survey mendalam, karena cukup dengan melongok keluar dan berjalan di sekitar kita, maka dengan mudahnya didapati perilaku seperti itu.
Hal itu masih menjadi momok di kota Jakarta dan banyak kota besar lainnya di Indonesia. Kebiasaan ini terlanjur mendarah daging, dan mungkin banyak yang belum memahami dampaknya.Â
Coba kita bandingkan dengan kota-kota di negara lain yang sudah berhasil mencapai standar kebersihan kelas dunia, apa yang mereka lakukan sehingga jauh berbeda dari kita?
Menurut survei World Air Quality Report, kota-kota yang menduduki peringkat terbersih di dunia umumnya berada di negara yang masyarakatnya memiliki kesadaran kebersihan tinggi dan pemerintahnya menetapkan aturan ketat tentang sampah.Â
Berikut adalah daftar 10 besar negara atau kota dengan lingkungan terbersih berdasarkan kualitas udara dan kebersihan umum:
1. Zurich, Swiss
Swiss dikenal karena sistem pengelolaan sampahnya yang canggih. Warga Swiss harus memilah sampah dan mengolahnya dengan benar.Â
Mereka bahkan harus membeli kantong sampah khusus sebagai bentuk tanggung jawab pribadi terhadap sampah yang mereka hasilkan.
2. Helsinki, Finlandia
Helsinki mengedepankan penggunaan energi bersih dan pengelolaan limbah yang efektif. Pemerintah menyediakan tempat sampah di setiap sudut kota, dan masyarakatnya terbiasa membuang sampah pada tempatnya.
3. Reykjavik, Islandia
Reykjavik berhasil menjadi kota bebas sampah sebagian besar berkat program daur ulang yang luas serta adanya kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
4. Wellington, Selandia Baru
Kota ini menerapkan program pembuangan sampah terpisah antara sampah organik dan anorganik. Warganya sangat peduli terhadap lingkungan, menjadikan kebersihan kota sebagai tanggung jawab bersama.
5. Kopenhagen, Denmark
Kopenhagen tidak hanya mengelola sampah dengan baik tetapi juga mendorong warganya untuk hidup berkelanjutan, seperti bersepeda dan mengurangi konsumsi plastik sekali pakai.
6. Oslo, Norwegia
Oslo telah melarang penggunaan plastik sekali pakai dan memiliki sistem daur ulang yang hampir sempurna. Kesadaran lingkungan ini berakar kuat dalam budaya masyarakatnya.
7. Singapore, Singapura
Singapura dikenal sebagai kota dengan peraturan ketat tentang kebersihan. Masyarakatnya tahu bahwa littering bisa dikenakan denda yang cukup besar, sehingga sampah hampir tidak terlihat di jalanan.
8. Stockholm, Swedia
Stockholm memiliki tempat pembuangan sampah yang memadai dan mendorong warga untuk mendaur ulang. Kota ini juga sering mengadakan kampanye kebersihan.
9. Tokyo, Jepang
Tokyo berhasil menjaga kebersihannya dengan budaya disiplin dan tanggung jawab tinggi. Warganya terbiasa membawa sampahnya sendiri dan membuangnya di tempat yang benar.
10. Calgary, Kanada
Calgary memiliki program daur ulang yang efektif dan sistem penalti bagi yang membuang sampah sembarangan. Selain itu, masyarakatnya sangat peduli akan dampak lingkungan dan bertanggung jawab atas sampah yang mereka hasilkan.
Kesuksesan kota-kota ini tidak terlepas dari partisipasi warga dan dukungan dari pemerintah. Beberapa kota, seperti Singapura dan Zurich, bahkan menerapkan denda tinggi bagi yang membuang sampah sembarangan.Â
Masyarakat di sana sadar bahwa kebersihan adalah investasi jangka panjang untuk kualitas hidup yang lebih baik.
Sebagai perbandingan, perilaku littering di banyak kota di Indonesia masih diabaikan. Hal ini disebabkan bukan hanya karena minimnya fasilitas pengelolaan sampah, tetapi juga kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan.Â
Di sinilah kita perlu berbenah yakni selain menyediakan infrastruktur yang mendukung, perlu pula kita mengedukasi masyarakat supaya dapat menciptakan kota yang bersih.
Kita perlu belajar dari kota-kota ini dan membangun budaya kebersihan sejak usia dini, sesuatu yang sepertinya luput kita lakukan.Â
Memulai dari langkah kecil, seperti membuang sampah pada tempatnya atau membawa botol minum sendiri, dapat menjadi titik awal perubahan.Â
Sebab, kebersihan bukan sekadar tanggung jawab pemerintah, tetapi tanggung jawab kita semua sehingga pada akhirnya littering behavior tadi perlahan dapat hilang dari bumi Indonesia.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H