Salah satu contoh ajaran itu adalah ketika Imlek, ada tradisi membagikan angpao yang sudah jadi tradisi sejak kecil. Dan biasanya setelah dibagikan, para orang tua mengajarkan agar tidak semua uang dihabiskan.
Itulah yang menyebabkan ketika dewasa mereka sampai berani menabung 50%-60% dari pendapatannya. Mereka tak peduli dengan "gaya" dan sebanyak apapun cicilan, menabung tetap harus menjadi prioritas utamanya.
2. Etos Kerja yang Bagus
Orang Tionghoa diajarkan untuk giat bekerja, terutama bagi kaum perantauan, dengan sendirinya mereka menyadari bahwa beretos kerja baik akan berimbas pada pendapatan yang akan diraih.
Bukti mereka beretos kerja bagus sudah tak terbantahkan bahkan ada sisi lainnya yang terlihat bahwa dengan hal itu mereka jadi orang yang mempunyai kalkulasi akurat, minimal mereka akan sangat berhati-hati dalam memperhitungkan keuangan dan strategi bisnis.
Sehingga dalam kondisi demikian mau tidak mau membuat mereka harus mencatat segala pengeluaran, ketika 1 rupiah keluar, harus jelas dan tercatat untuk apa digunakan.
Dengan tercatatnya keuangan secara benar, wajar jika etos kerja pun meningkat, karena jadi tahu betul jika terjadi penurunan omzet sehingga kinerja harus ditingkatkan.
3. Hemat
Ingat, Hemat bukan pelit. Dan pemahaman hidup hemat sudah berakar serta mendarah daging di kehidupan etnis Tionghoa.
Hidup hemat sudah menjadi hal demikian karena sejak dahulu para leluhur mereka yang gemar merantau dengan sadar harus puna kemampuan menghemat agar hidup dapat terus berlanjut.
Bagi etnis Tionghoa yang berdagang, untung sedikit tak jadi masalah selama usahanya dapat terus berjalan, sehingga rasanya kita tak perlu heran, jika saat ini China bisa menguasai perekonomian dunia.