film pendek dengan bercerita sedikit tentang pengalaman ketika memulai berkarya di tahun 2000-an.Â
Di artikel sebelumnya, saya menulis potensi besarDan dalam artikel tersebut tulisan saya lebih menekankan mengenai film pendek yang akan "meledak" pada suatu masa, yang ternyata di era sekaranglah masa itu terjadi.
Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi, film dapat dibuat dengan mudah hanya dengan peralatan sederhana.
Tapi ini bukan penyederhanaan masalah atau meremehkan mengenai masalah teknik pembuatan film, karena nantinya bisa saja ada anggapan bahwa tidak penting lagi mengenyam pendidikan film.
Tentu itu adalah pendapat yang salah besar!
Pendidikan film sangat perlu agar para calon sineas bahkan para sineas dapat terus mengembangkan film bukan saja sekadar menjadi media hiburan.
Disadari atau tidak, film merupakan penggabungan dari seni dan teknologi, dimana keduanya akan terus berkembang mengikuti perkembangan pola pikir manusia.Â
Sehingga mempelajari film baik secara akademis ataupun di dalam ilmu terapannya adalah hal mutlak.
Film pendek kini semakin mendapatkan tempat dengan kian banyaknya festival film, bukan saja yang di luar negeri, tapi juga di dalam negeri.
Bahkan pemerintah telah memperhatikan hal tersebut, salah satunya lewat program Layar Indonesiana dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan.
Program Layar Indonesiana hadir dan memberikan berbagai fasilitas serta kesempatan yang sama kepada para sineas muda Indonesia.
Mulai dari workshop, pendampingan pra produksi, produksi, hingga pasca produksi dengan total biaya pendanaan produksi sebesar Rp.80.000.000,- untuk setiap proyek yang terpilih.
Begitupun ketika kita mengikuti festival-festival di luar negeri, ada istilahnya festival Circut, atau festival sirkuit.
Menurut thefilmfund.co, jika Anda mendaftar di satu festival, festival lain mungkin mengundang Anda untuk tampil di festival mereka.Â
Atau jika Anda mendaftar di beberapa festival yang berdekatan, dan satu festival mendengar Anda telah diterima di festival lain, mereka mungkin juga ingin Anda tampil di festival mereka.
Misalnya, akan sangat sulit untuk menghadiri Festival Film Sundance tanpa terlebih dahulu menyelenggarakan serta mengikuti workshop atau menampilkan film Anda di festival-festival kecil lainnya.
Hadiah selalu menjadi daya tarik utama dalam festival. Banyak festival menawarkan hadiah menarik seperti distribusi film atau perlengkapan dan langganan, tetapi terkadang hadiah terbaik yang menjadi incaran adalah uang tunai.
Mengikuti festival film juga dapat membantu mengasah keterampilan pemasaran saat mengisi aplikasi dan mencoba "menjual" film Anda kepada para programmer.Â
Mempelajari cara menulis logline untuk festival dan pada dasarnya mempromosikan diri Anda, proyek Anda, dan cerita Anda, sangatlah berharga. Bahkan jika Anda ditolak di setiap festival, penting untuk terus mencoba! Â
Itu baru dari satu aspek, yaitu mengikuti festival. Bagaimana dengan cara lain yang bisa mendatangkan cuan?
Film funding rasanya juga perlu dilakukan dan dibuat datanya agar potensi cuan masuk ke rekening Anda kian membesar.
Jika Anda mencari pendanaan untuk proyek film yang ingin digarap, coba cek laman ini untuk mendapatkan kesempatan menerima hingga $10.000 dan hadiah lainnya. Dan jika Anda rajin, akan banyak sekali ditemukan seperti penawaran dari laman tersebut.
Cara berikutnya yang mungkin termudah, Anda bisa menggunakan media sosial seperti tiktok dan instagram serta mengunggahnya di akun Youtube.
Atau mungkin bekerja sama dengan platform digital serta Over The Top (OTT) channel seperti Netflix, Genflix, lokalfilm.id, Vidio.com, dan sebagainya, dengan menawarkan film Anda untuk tayang di tempat mereka.
Dengan sistem bagi hasil yang masing-masing platform berbeda, temasuk juga prosedur lainnya, para filmmaker, terkhususnya pembuat film pendek berkesempatan mendapatkan cuan dari sana.
Bisa pula dengan melakukan cara "tradisional" yakni lewat roadshow atau pemutaran film keliling. Hal ini sangat mudah dilakukan dibandingkan zaman saya dulu.
Setelah film jadi, yang Anda harus lakukan adalah membuka jaringan dan mencari tempat pemutaran filmnya.Â
Misalnya di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI) Jl. H. R. Rasuna Said No.22 Kavling C, RT.2/RW.5, Karet Kuningan, Kecamatan Setiabudi, Kota Jakarta Selatan.
Di sana ada ruangan mini studio jika hanya mengundang sekitar 50-an orang. Atau jika mau tampak lebih prestisius, Anda bisa menyewa ruangan bioskopnya. Kebetulan film pendek saya pernah diputar di kedua ruangan tersebut.
Anda bisa memperhitungkan sistem keuntungannya dengan memungut tiket yang gunanya bukan untuk acara saja, tapi terutama sebagai screening fee, atau biaya pemutaran film. (Di lain artikel nanti akan saya bagikan tips dan trik nya...sabar ya..)
Bagaimana, apakah sudah terbayang potensi besar Anda berkarya dan mendapatkan cuan dengan membuat film pendek?Â
Jika belum dan ingin terus mendapatkan tips dan trik tentang dari hulu ke hilirnya produksi film pendek, ikuti terus artikel-artikel saya.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H