Belakangan ini tersiar kabar bahwa Presiden terpilih, Prabowo Subianto akan membentuk Zaken Kabinet dan kabarnya itu semakin santer saja.
Zaken kabinet bentukan Prabowo ini terkonfirmasi dari media lewat ucapan Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani dan Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad.
Dalam artikel di Tempo.co, Muzani mengatakan bahwa Prabowo sedang menyaring nama-nama bakal calon anggota kabinetnya.
"Yang jelas, Pak Prabowo ingin sebuah pemerintahan Zaken di kabinetnya," ucap Muzani di Gedung DPR, Jakarta, Senin (9/9/2024).
Dikutip dari CNN Indonesia, Sabtu, (14/0/2024), Sufmi Dasco Ahmad menegaskan komposisi kabinet Prabowo akan lebih banyak di isi kalangan profesional atau ahli. Sebaliknya, jatah menteri dari partai politik lebih sedikit.
Susunan kabinet ini akan rampung sebelum pelantikan Prabowo pada 20 Oktober 2024. Dasco memperkirakan perihal nomenklatur kementerian/lembaga (K/L) hingga orang yang ditunjuk bakal final H-7 atau H-5 pelantikan.
Dan momentum itu sepertinya telah terjadi sore kemarin, Senin, (14/10/2024) di Jl. Kertanegara, Jakarta Selatan, di kediaman Prabowo Subianto.
Bahkan jika kita mencari beritanya, sudah ada media yang merilis siapa saja tokoh-tokoh tersebut, konon sudah ada 49 orang dari berbagai kalangan bahkan sebagiannya sudah ditawarkan amanah secara spesifik menjadi menteri apa.
Dengan era keterbukaan informasi seperti sekarang ini, kita dapat mengetahui pula apa yang disebut sebagai Zaken Kabinet ini.
Kabinet Zaken (bahasa Belanda: zakenkabinet) adalah suatu kabinet dalam pemerintahan yang jajaran menterinya berasal dari kalangan ahli dan bukan representasi dari suatu partai politik tertentu.
Fungsi dan tujuan dari suatu kabinet zaken adalah sebagai berikut:
- menghindari terjadinya malfungsi kabinet
- menghindari terjadinya praktik korupsi dalam kabinet
- memaksimalkan kinerja dari para menteri anggota kabinet
Dalam sejarah pemerintahan Indonesia, Indonesia pernah memiliki beberapa kabinet zaken, di antaranya: Kabinet Djuanda, Kabinet Natsir, dan Kabinet Wilopo.Â
Kabinet Djuanda adalah kabinet zaken yang dipimpin oleh Perdana Menteri Djuanda Kartawidjaja pada masa pemerintahan Sukarno. Masa pemerintahannya dimulai sejak 9 April 1957 sampai dengan 5 Juli 1959.
Kabinet Natsir adalah kabinet zaken yang dipimpin oleh Perdana Menteri Mohammad Natsir pada masa pemerintahan Sukarno. Masa pemerintahannya dimulai sejak 6 September 1950 sampai dengan 21 Maret 1951.Â
Kabinet Wilopo adalah kabinet zaken yang dipimpin oleh Perdana Menteri Wilopo pada masa pemerintahan Sukarno. Masa pemerintahannya dimulai sejak 3 April 1952 sampai dengan 3 Juni 1953.
Tentu, dengan dibentuknya susunan kabinet yang profesional, Prabowo ingin bangsa ini benar-benar menjadi Macan Asia.
Sesuatu yang tidak mustahil dan saat sekarang ini sedang diperjuangkan oleh Erick Thohir selaku Ketua Umum PSSI, itulah mengapa saya coba mengaitkan kedua hal berbeda "jalur" ini. Yang satu jalur politik lainnya berada di jalur olahraga.
Mungkin sekitar satu dekade lalu, Indonesia menjadi tim sepak bola handal dan tampil di Piala Dunia hanyalah mimpi kosong serta omong besar belaka.
Namun kini, setiap pertandingan Timnas PSSI di segala usia, semua penasaran ingin menyaksikan dan memberikan dukungan penuh.
Bagaimana tidak? jika melihat permainan anak-anak asuhan Shin Tae-yong sekarang ini, kita seperti diajak menyaksikan tim kelas dunia. Strategi permainan, fisik, kecepatan dan tentu tampang pemainnya, sangat enak untuk dinikmati.
Hanya dalam waktu singkat, atmosfir sepak bola Indonesia telah berubah dan menjadi sebuah industri yang menjanjikan sehingga dunia pun seakan ingin mendukungnya.
Mengapa mereka mendukung dan mengalihkan perhatiannya ke negeri ini, selain tentu dari efek viral media sosial tentunya, semuanya karena mereka melihat ada cuan alias pundi-pundi uang yang cukup menjanjikan saat ikut mengekspos timnas.
Dan semua itu tidak lepas dari perjuangan PSSI sendiri, yang mau tidak mau terlihat perubahannya sejak dipegang Erick Thohir. Semua penanganannya "mendadak" profesional.
Ambil contoh saja, saat kita akan menghadapi timnas China malam ini, tak tanggung-tanggung, demi kenyamanan mereka pun diterbangkan dengan pesawat carteran.
Dengan jarak tempuh sangat jauh, selain memakan waktu dan tenaga, psikis mereka pun akan sangat lelah, apalagi setelah kejadian melawan Bahrain yang sangat merugikan kita.
Penanganan profesional, mungkin ini yang menjadi kata kunci kita. Baik di dalam menangani bangsa dan negara, atau "sekadar" menangangi sepak bola dan olah raga di tanah air.
Sikap profesional memang sangat dibutuhkan karena budaya bangsa kita sekarang ini sudah sangat koruptif!
Berantas Korupsi-Kolusi-Nepotisme (KKN) dijadikan slogan dimana-mana, namun dimana-mana pula, kita kerap dipertontonkan dengan KKN yang sudah membudaya dan melembaga.
Cobalah tengok mengenai "proyek-proyek" pemerintahan yang mengadakan tender-tender besar, pemenangnya sudah dipersiapkan. Ini sudah rahasia umum!
Sama dengan saat "setiap pintu" birokrasi itu punya harga, semua orang sudah paham. Sogokan bukan lagi dengan bahasa "under table", tapi "no table", alias terang-terangan.
Saya pun tak ingin membahas yang tinggi-tinggi itu. Di jajaran pemerintahan terendah, level Keluraan, RT-RW, kondisinya pun sama.
"Ring 1" kekuasaan selalu mendapat previlege dan meninggalkan mereka yang sungguh-sungguh berpotensi serta memiliki kemampuan.
Tanpa jaringan orang dalam (ordal) apalah artinya kita di negeri ini? Semua orang sudah paham itu.
Negara pada akhirnya dikuasai segelintir orang yang namanya selalu berubah dari zaman ke zaman namun inti penguasaan serta pemalakannya sama saja.
Konglomerasi, oligarki, mau diubah tapi daya cengkeramnya sudah menancap melukai hati rakyat kecil. Boro-boro kebagian "potongan kue", kadang terciprat ampasnya saja sudah senang minta ampun.
Jika sepak bola bisa diubah dengan menerapkan sistem profesional yang proporsional, maka jika Zaken Kabinet dibuat dengan komitmen kebangsaan, harusnya Indonesia benar-benar berubah menjadi Macan Asia!***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI