Dan semua itu tidak lepas dari perjuangan PSSI sendiri, yang mau tidak mau terlihat perubahannya sejak dipegang Erick Thohir. Semua penanganannya "mendadak" profesional.
Ambil contoh saja, saat kita akan menghadapi timnas China malam ini, tak tanggung-tanggung, demi kenyamanan mereka pun diterbangkan dengan pesawat carteran.
Dengan jarak tempuh sangat jauh, selain memakan waktu dan tenaga, psikis mereka pun akan sangat lelah, apalagi setelah kejadian melawan Bahrain yang sangat merugikan kita.
Penanganan profesional, mungkin ini yang menjadi kata kunci kita. Baik di dalam menangani bangsa dan negara, atau "sekadar" menangangi sepak bola dan olah raga di tanah air.
Sikap profesional memang sangat dibutuhkan karena budaya bangsa kita sekarang ini sudah sangat koruptif!
Berantas Korupsi-Kolusi-Nepotisme (KKN) dijadikan slogan dimana-mana, namun dimana-mana pula, kita kerap dipertontonkan dengan KKN yang sudah membudaya dan melembaga.
Cobalah tengok mengenai "proyek-proyek" pemerintahan yang mengadakan tender-tender besar, pemenangnya sudah dipersiapkan. Ini sudah rahasia umum!
Sama dengan saat "setiap pintu" birokrasi itu punya harga, semua orang sudah paham. Sogokan bukan lagi dengan bahasa "under table", tapi "no table", alias terang-terangan.
Saya pun tak ingin membahas yang tinggi-tinggi itu. Di jajaran pemerintahan terendah, level Keluraan, RT-RW, kondisinya pun sama.
"Ring 1" kekuasaan selalu mendapat previlege dan meninggalkan mereka yang sungguh-sungguh berpotensi serta memiliki kemampuan.
Tanpa jaringan orang dalam (ordal) apalah artinya kita di negeri ini? Semua orang sudah paham itu.