Mohon tunggu...
Dimas Jayadinekat
Dimas Jayadinekat Mohon Tunggu... Freelancer - Author, Freelance Script Writer, Public Speaker, Enterpreneur Coach

Penulis buku Motivasi Rahasia NEKAT (2012), Penulis Skenario lepas di TVRI dan beberapa rumah produksi (2013-kini), Penulis Rubrik Ketoprak Politik di Tabloid OPOSISI dan Harian TERBIT (2011-2013), Content Creator di Bondowoso Network, Pembicara publik untuk kajian materi Film, Skenario, Motivasi, Kewirausahaan, founder Newbie Film Centre

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Debat Pilkada Jakarta 2024, Sejauh Mana Budaya Betawi akan Mereka Kembangkan?

7 Oktober 2024   06:23 Diperbarui: 7 Oktober 2024   07:13 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto tayangan di Kompas TV

Debat perdana Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024 telah berlangsung malam tadi, Minggu (6/10/2024) pukul 19.00 WIB, di grand ballroom Jakarta International Expo (JIExpo) Convention Centre and Theatre, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Tiga kandidat hadir melakukan "diskusi" dalam acara debat pilkada 2024 tersebut dan semuanya tampil normatif, kalem, damai, tak ada kesan "saling serang" selayaknya acara sejenis yang begitu seru karena biasanya terjadi debat kusir belaka.

Jika saya coba melihat dari beragam sudut pandang, baik secara awam maupun keilmuwan, baik ilmu psikologi atau berujung pada pengalaman ketika tampil sebagai pembicara publik, akan terlihatlah siapa yang paling siap dan sempurna penampilannya.

Mungkin Anda punya penilaian berbeda, namun jika saya menilainya secara obyektif dari sudut pandang sendiri, Ridwan Kamil dan Rano "Doel" Karno yang paling santai serta komunikatif. Bisa jadi karena mereka berpengalaman jadi Gubernur.

Terlihat pula bagaimana RK tampil ngemong ketika Suswono tidak mampu menyelesaikan pantun karena keterbatasan durasi bicara.

Pramono Anung bukan berpenampilan buruk, namun gaya bicaranya sebagai mantan "Ring 1" pemerintah dan kader partai sejati masih terlihat kental. Normatif, diplomatis, dan teoritis, meski tetap ada upaya kuat serta layak untuk menjadi calon Gubernur.

Sementara pasangan Darma Pongkrekun dan Kun Wardhana, sepertinya memang belum terlalu layak menjadi pemimpin rakyat Jakarta, mohon maaf.

Penampilan Doel, mengenai eksistensi kebetawiannya yang kental sudah tak perlu diragukan. Gaya bicara dan dialeknya menunjukkan bahwa dirinya layak disebut intelektual asli Betawi.

Namun di sisi lain, RK juga berusaha meyakinkan masyarakat Jakarta terkhusus warga etnis Betawi yang dianggap sebagai pribumi, bahwa dirinya sangat peduli tentang Jakarta dan khususnya Budaya Betawi.

Terutama saat sebuah pertanyaan dibacakan oleh host mengenai budaya Betawi yang diurainya berdasarkan Peraturan Gubernur (Pergub) Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 11 Tahun 2017 tentang Ikon Budaya Betawi.

Menurut Pergub tersebut yang dikategorikan sebagai ikon budaya Betawi adalah Ondel-ondel, Kembang kelapa, Ornamen gigi balang, Baju sadariah, Kebaya kerancang, Batik Betawi, Kerak telor, Bir pletok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun