Seluruh siswa mendadak hening dan pelajaran yang tinggal beberapa waktu lagi selesai menjadi terasa berabad-abad!
Setelah itupun saya mendadak populer, ada dua orang cewek yang mendengar peristiwa itu, dan koplaknya, mereka bergibah di depan saya.
Sejak saat itu, setiap ada PR, tugas saya tidak diperiksa. Bahkan teman sebangku jadi kena imbasnya dicuekin pula. Saya sih bersyukur saja, dicuekin guru killer seperti itu.
Namun, lama kelamaan kok serasa tak nyaman juga ketika keberadaan kita dianggap tidak ada.
Mau tak mau, saya mulai memperhatikan caranya mengajar dan sedikit demi sedikit mulai ada yang dipahami. Sampai suatu ketika di pelajaran aritmetika-logika, kalau tidak salah, kami ulangan.
Hasilnya sangat mengejutkan saya dan juga mungkin beliau serta kawan-kawan. Semua hasil dibagikan, punya saya tidak dipanggil-panggil, ada apa ini?
Mereka yang pandai di kelas, sudah dipanggil, teman sebangu saya dipanggil, nilainya sembilan. Dan punya saya masih belum ada, sementara beliau masih memegang selembar hasil ulangan.Â
Tak mungkin dong jika itu punya saya, si anak pemalas dan bodoh dalam pelajaran matematika ini.
Ternyata, ia melihat dan menatap saya, dan menyebutkan nama saya sambil tersenyum, saya lupa apa yang dikatakannya, tapi yang saya rasakan hingga saat ini ia seperti berkata, "Gitu dong, akhirnya kamu bisa juga."
Dan itu adalah nilai pertama serta terakhir saya dapat nilai sempurna di ulangan pelajaran matematika, 10!Â
Hingga kini, saya selalu ingat kata-katanya, "Matematika itu sulit, nak. Maka jangan kau persulit dengan caramu,"