Memang aku merasa dunia ini tidak adil!
Pendapat yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin seakan sebuah pameo lumrah serta terjadi secara wajar bertahun-tahun, bahkan kini sepertinya tambah parah.
"Nda, kalo gue boleh milih, gue pasti pingin jadi elo," ucap Yodi tiba-tiba.
"Maksudnya, lo mau operasi kelamin, gitu?" godaku
"Astagfirullah al adzhiim..najis..ngaco lo ah," Yodi berkata muak.
"Bercyanda, Yod. Jangan tegang-tegang ah. Putus nanti urat lo," ledekku.
"Amit-amit dah gue kalo sampe begitu. Percuma gue salat, ngundang azab Allah itu sih,"
Yodi sejak kecil memang dekat dengan agamanya, sering ke masjid dan rajin salat. Itulah salah satu alasan aku selalu mempercayainya. Sampai sekarang, baik dari pembicaraan ataupun dari postingan di media sosial, aku meyakini bahwa Yodi adalah sahabat yang baik, meski kami berlawanan jenis.
Mungkin ini akan jadi kondisi yang rawan apabila melihat status dudanya, sementara aku sampai saat ini masih melajang. Apalagi Yodi pun pernah bercerita penyebab perceraiannya, yaitu karena ia dianggap tak mampu menafkahi istri serta anak-anaknya.
"Ya terus kenapa lo pingin jadi gue?" tanyaku iseng.
"Elo kaya dari lahir. Itu aja," jawabnya singkat.